Masyarakat harus mengubah pola pikirnya mengenai stigma-stigma perempuan. Masyarakat tidak boleh menggeneralisasi perempuan, karena hakikatnya semua perempuan memiliki potensinya masing-masing. Perusahaan atau lembaga harus membuka banyak peluang untuk perempuan, menumbuhkan banyak jaringan yang ramah untuk perempuan. Tidak hanya dari faktor eksternal saja, wanita juga harus menumbuhkan kesadaran dirinya untuk melawan glass ceiling tersebut. Menanamkan pada dirinya bahwa wanita dapat membuktikan pada dunia ia bisa merubah stigma terhadap wanita. Wanita tidak boleh merasa kecil diri dan takut untuk melawan glass ceiling.
Dari fenomena glass ceiling inilah yang membuat independent woman mulai tergerak untuk terbebas dari batasan langit-langit kaca tersebut. Keinginan wanita untuk keluar dari batasan dan mencari kebebasan tersebut yang membuat hal-hal sesederhana mendapatkan gaji menjadi kebanggaan bagi wanita. Bagi wanita sendiri, hal tersebut menjadi sebuah pencapaian-pencapaian kecil yang mana wanita memberikan afirmasi positif setelah berjuang melawan glass cailing dengan menyebut dirinya independent woman. Dengan afirmasi tersebut wanita harus lebih memiliki tekad yang tinggi dalam mengupgrade diri untuk mencapai kebebasan langit-langit kaca.
Reference
Muslim, M. I., & Surya Perdhana, M. (2017). Glass Ceiling: Sebuah Studi Literatur. Jurnal Bisnis STRATEGI *, 26(1), 28--38. file:///C:/Users/HP/Downloads/17224-42462-3-PB.pdf
Perempuan Di Birokrasi, K., Glass, F., Pada, C., Republik, K., Febriyanti, I. A., Putri, A. G., Kanti, Y. S., Ummah, A., Febriyanti, A., & Ghaisani Putri, A. (2024). Keterwakilan Perempuan di Birokrasi: Fenomena Glass Ceiling Pada Kementerian Republik Indonesia. In JSGA: Journal Studi Gender dan Anak (Vol. 11, Issue 1). https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/jsga/article/view/10430/5038
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H