Mohon tunggu...
Iman kandias
Iman kandias Mohon Tunggu... Penulis - Dialektika tumbuh bersama tawa

Bersahabat tanpa kelas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Digitalisasi, Peran Media Sosial dalam Mengaplikasikan Model Two Step Flow Communication sebagai Penyebaran Informasi

13 Januari 2020   01:35 Diperbarui: 13 Januari 2020   04:54 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman modernisasi yang beralih ke dunia digitalisasi saat ini dengan cepat mengakses sebuah informasi ditambah adanya legalitas yang tertuang dalam undang-undang No.14 Tahun 2008 mengenai memberikan kewajiban kepada setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik.

Melalui media sosial memberikan warna baru dalam komunikasi untuk menyampaikan pesan, menggambarkan sebuah scenario yang lebih kompleks, dimana pelaku komunikasi benar-benar menyusun pesan yang sesuai dengan maksud penulis pesan dalam situasi yang mereka hadapi namun tidak hanya itu, penuli juga bisa mengedit suatu saat apa yang telah disampaikannya dengan media sosial.

Komunikasi massa atau komunikasi digital merupakan proses komunikasi yang terjadi antar manusia dengan menggunakan media massa. Bertujuan agar para pendengar, pembaca, dan penikmat media massa dapat memahami secara serempak maksud isi pesan yang disampaikan oleh komunikator, baik pesan dari pribadi maupun pesan mewakili instansi atau suatu lembaga.  

Komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan (Berlo, 1960). Konsep komunikasi ini berasal dari bahasa latin, yaitu communicare yang secara harfiah berarti berpartisipasi atau memberitahukan; bisa juga berasal dari kata communis yang berarti milik bersama (kebersamaan). 

Komunikasi dianggap sebagai suatu proses berbagi informasi untuk mencapai saling pengertian atau kebersamaan (Rogers, 1986; Kincaid dan Schramm, 1987). komunikasi di sini merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain sebagainya yang muncul dari benaknya. Komunikasi mengacu tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Indikator penting untuk kemajuan suatu bangsa adalah dengan berjalannya roda pembangunan yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Komunikasi diarahkan untuk perubahan sosial yang terancang dengan baik.

Komunikasi bertujuan untuk secara sadar meningkatkan pembangunan manusiawi, yang berarti bahwa komunikasi dapat menghapus kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan.

Komunikasi pembangunan yang diutamakan adalah kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat. Tujuan komunikasi adalah untuk menanamkan ide-ide, sikap mental, dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan masyarakat.

Dalam dunia komunikasi, kita juga menemukan sebuah satu teori yang berkaitan dengan media massa atau media sosial. Pada tahun 1940 ketika pemilihan umum Presiden Amerika, Paul Felix Lazarsfeld mencari tahu cara kerja media dalam mempengaruhi opini publik mengenai calon presiden Amerika yang berkampanye melalui media massa.

Fokusnya pada saat itu adalah  pengaruh interpersonal dalam penyampaian pesan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya keputusan media dibuat. Ternyata ditemukan hal yang sangat menarik bahwa hanya 5% responden yang mengaku bahwa mereka mengalami perubahan sikap setelah melihat pesan media secara langsung.

Berbekal dari pengamatan yang dilakukan akhirnya Paul Felix Lazarsfeld mengembangkan sebuah model komunikasi yang dikenal sampai sekarang yaitu Two step flow model of communication (model komunikasi bertahap dua).

Model tersebut menjelaskan bahwa proses pengaruh penyebaran informasi melalui media massa kepada khalayak. Model ini digagas oleh Katz dan Lazarsfeld. Menurut model ini, penyebaran dan pengaruh informasi yang disampaikan melalui media massa kepada khalayaknya tidak terjadi secara langsung (satu tahap), melainkan melalui perantara seperti misalnya " Pemuka pendapat (opinion leaders).

Dengan demikian proses pengaruh penyebaran informasi melalui media massa terjadi dalam dua tahap: Pertama, informasi mengalir dan media massa ke para pemuka pendapat (opinion leaders); Kedua, pemuka pendapat meneruskan informasi (opini) tersebut ke sejumlah orang yang menjadi pengikutnya.

Asumsi-asumsi yang melatarbelakangi model komunikasi dua tahap ini adalah : 1) Warga masyarakat pada dasarnya tidak hidup secara terisolasi, melainkan aktif berinteraksi satu sama lainnya, dan menjadi anggota dari satu atau beberapa kelompok sosial; 2) Tanggapan dan reaksi terhadap pesan-pesan media massa tidak terjadi secara Iangsung dan segera, tetapi melalui perantara yakni hubungan-hubungan sosial; 3) Para pemuka pendapat umumnya merupakan sekelompok orang yang aktif menggunakan media massa serta berperan sebagai sumber dan rujukan informasi yang berpengaruh.

Dalam sejarah model komunikasi Two step flow model of communication (model komunikasi bertahap dua) dipakai untuk kepentingan masyarakat luas yang berguna demi mendapatkan informasi.

Pada sejarah model tersebut dipakai untuk mendapatkan informasi politik dan juga influencer sebagai pendongkrak suara calon yang akan dipilih ataupun sebagai serangan terhadap lawan yang telah ditentukan.

Di Indonesia, pada tahun 2014 ketika diadakannya pemilihan umum Presiden Indonesia model komunikasi Two step flow model of communication ini sangat marak dipakai guna memenangkan calon yang didukung. Hal tersebut juga dikarenakan banyaknya pengguna media sosial.

Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang mengatakan bahwa ada 143,26 juta jiwa penduduk Indonesia menggunakan jasa internet untuk mengakses media sosial.

Two step flow of communication di Indonesia dipakai dan lebih dikenal dengan nama buzzer dalam penyampai komunikasi, dengan tahapan informasi mengalir dan media massa ke para pemuka pendapat (opinion leaders); setelah itu pemuka pendapat meneruskan informasi (opini) tersebut ke sejumlah orang yang menjadi pengikutnya. 

Tanpa diragukan, produksi media merespon terhadap perkembangan sosial, budaya dan selanjutnya mempengaruhi perkembangan tersebut. Adanya jenis media tertentu seperti saat ini yang digemari para pengguna jasa internet adalah media sosial seperti Instagram dengan memberikan pelayanan akses upload photo dan juga  IGTV yang memiliki durasi sepuluh menit lebih untuk menonton tayangan sesuai kebutuhan masing masing dengan memberikan sebuah caption di dalam konten foto tersebut. 

Dalam hal ini, buzzer politik kerapkali menyebarkan narasi yang berseberangan dengan narasi kelompok masyarakat sipil sehingga menyebabkan perdebatan yang tidak produktif, seperti tuduhan tuduhan ''jokowi antek asing atau prabowo antek amerika'' yang sampai pada saat ini kebenaran itu sulit didapatkan.

Akan tetapi tidak hanya itu saja, perdebatan kerap muncul ketika buzzer meng-posting sebuah foto yang sumbernya tidak dapat dilacak dengan sedikit bumbu yang terletak pada caption foto sehingga membuat para pembaca mulai panas seperti sumbu kompor yang siap meledak.

Tak jarang pula perdebatan itu menjadi perdebatan yang membuka aib atau menjelekkan pribadi calon seperti ''jokowi tak bisa Bahasa inggris dengan fasih, prabowo tak punya isteri''. Dengan begitu akan berdampak yakni kebingungan dari masyarakat, siapa yang harus dia percaya, walaupun ada sumber-sumber yg kredibel misal media yang kredibel, pemerintah juga masih sebagai sumber yang kredibel.

Tapi di zaman media sosial seperti sekarang, informasi tidak dilihat dari sumbernya yang mana, bahkan seringkali enggak tahu sumbernya dari mana karena merupakan hasil copy paste dari WhatsApp, atau Instagram dan sebagainya. Sehingga, yang terjadi adalah masyarakat harus menentukan sendiri harus percaya dengan siapa. 

Kebanyakan masyarakat mempercayai sesuatu melalui referensi yang telah ia miliki sebelumnya. "Bila dia merasa kelompok A itu jahat, maka informasi yang mendukung referensi itu, akan ia percaya dan akhirnya ia sebarkan, begitu juga sebaliknya

Model Two step flow model of communication (model komunikasi bertahap dua) juga mendatangkan cedera pada kebebasan berpendapat. Akses komunikasi dua tahap ini dengan tahap pertama sang aktor menyampaikan suatu pesan atau ide gagasan.

Pada tahap kedua pengikutnya ataupun pihak lawan yang  mendapatkan pesan atau informasi dari sang aktor ke khalayak luas membuat para pengikut (re:buzzer) baik pengikutnya atau lawannya mendesain sedemikian rupa suatu gagasan atau ide yang telah disampaikannya.

Hingga gerak cepat pemerintah saat ini terlihat dalam menyusut berbagai kasus hoax, ujaran kebencian, hingga makar dalam media virtual. Juga dengan hadirnya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sebagai unsur legal yang dapat menjerat pelaku. Hal yang sama diharapkan juga berlaku bagi para buzzer politik yang terbukti membawa pengaruh negatif.

Di sisi lain, masyarakat yang dalam keadaan minim literasi media dan informasi diposisikan hanya sebatas konsumen dari berbagai informasi yang bersifat propaganda. Inilah kemudian mereduksi kekuatan demokrasi yang selalu mengandaikan kebebasan media.

Dalam demokrasi, penting untuk hadirnya media sebagai wahana netral, pengawal jalannya reformasi serta public interest lainnya, dan bisa pula mewakili atau berada di atas semua kelompok masyarakat, tanpa kehendak untuk menguasai satu di antara lainnya.

Melalui itu semua, Model Two step flow model of communication (model komunikasi bertahap dua) diyakini saat ini menjadi penunjang sebagai penyebaran informasi yang cepat dapat digapai seluruh bangsa Indonesia sehingga hal ini memudahkan para aktor untuk menyapa masyarakat, berinteraksi, hingga menanamkan konsep kepercayaan kepada masyarakat atas diri pribadi dengan nilai nilai kepemimpinan.

Dalam era digitalisasi ini model Two step flow model of communication (model komunikasi bertahap dua) akan terus berkembang untuk terus memberikan sarana informasi melalui keterbukan informasi publik yang akan membuat keaktifan masyarakat dalam membangun peradaban di negara ini semakin nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun