Mohon tunggu...
Iman Abdurrahman
Iman Abdurrahman Mohon Tunggu... Koordinator Advokasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia -

seorang yang selalu tergila-gila dengan senyuman :D

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Citilink Terlantarkan Penumpang Lagi

26 Oktober 2015   16:41 Diperbarui: 26 Oktober 2015   16:41 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami masuk pesawat dan duduk sesuai dengan seat yang ada di boarding pass kami. Sudah enak duduk tiba2 datang seorang bapak dan bertanya ke saya kenapa menempati no kursinya. Rupanya bapak tersebut juga mendapat seat 15A dan ibunya 15B. Saya heran kok bisa nomor nya sama. Untuk ada pramugari yang menengahi. Kami masih duduk di tempat duduk semula sedang bapak dan ibu tadi duduk di tempat yang diarahkan oleh pramugari.

Kejadian selanjutnya, sebelum landing di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta tiba-tiba pramugari tadi minta kami pindah ke seat 2 supaya kami cepat keluar dari pintu pesawat. Kami ikutin perintahnya ambil tas di kabin dan duduk yang diperintahkan oleh pramugari tadi.

Begitu pesawat berhenti dan membuka pintu kami di suruh duluan keluar oleh pramugari dan sudah di jemput oleh seorang laki-laki berseragam Citilink yang meminta kami mengikutinya. Dia berkomunikasi di handy talkie menyebut kode tiket kami. Sambil berjalan masuk ke ruang tunggu. Saya lihat peswat ke Jogja masih ada diparkiran dengan tangga masih ada. Kemudian laki yang antar kami ke luar sambil bilang ‘Sebentar pak, tunggu di sini dulu.’ Kami ikuti perintahnya.

Setelah beberapa saat, laki-laki muda berseragam Citilink, kelihatanya tugasnya bagian urus transit tersebut masuk lagi. Bilang ke kami, bahwa kami tidak bisa berangkat ke Jogja. Katanya di sistem nya keberangkatnya udah dialihkan ke besok. Di situ saya mulai heran dan kesal, saya bilang; itu peswatnya masih ada, kenapa kami ga bisa masuk?

Para pekerja Citilink di situ mulai bicara-bicara lagi dan laki-laki muda itu meminta kami menunggu. Dia akan hubungi ke depan dulu. Dalam kondisi cape saya ikut aja. Menunggu. Sampai lihat dari jendela kaca ruang tunggu, kok peswatnya mulai ditutup pintunya. Saya celingak-celinguk cari anak muda tadi. Lalu saya tanya ke counter yang ada dipinggir gate ruang tunggu. Mereka sibuk mempersilahkan dulu penumpang yang jurusan ke Surabaya. Saya lihat jam di hape menunjukan 20.29.

Saya masih berpikir, mungkin saya akan dialihkan ke penerbangan lain yang menuju Jogja. Tunggu punya tunggu loh kok ga ada kabar lagi. Teman saya mulai ga sabar sambil tanya ke pegawai Citilink di pinggir pintu keluar ruang tunggu. Akhirnya laki-laki muda yang tadi datang lagi lalu meminta kami mengikutinya menuju counter tiket Citilink di depan. Dalam kondisi cape saya ikutin aja. Sambil berharap mudah-mudahan ada solusi malam ini bisa berangkat ke Jogja.

Di counter tiket Citilink yang berada di depan Bandara Halim, saya duduk di belakang aja. Teman saya yang duduk menghadapi penjaga counter. Teman saya, cerita besok, hari Senin tanggal 26 Oktober jam 8 pagi ada janji kerja. Jadi meminta pihak Citilink untuk memberangkatkan kami kalau bisa, kalau tidak bisa malam ini karena keberangkatan ke Jogja tidak ada lagi, minta besoknya kalau berangkat yang pagi, sampai jogja sebelum jam 8 pagi. Mereka setuju. Katanya kami akan diberangkatkan naik Batik Air yang jam 5 pagi. Kami setujui oke. Terus mereka masuk ke dalam bicara2 entah dnegan siapa, kami dibiarkan di laur menunggu.

Mereka datang lagi ke meja counter depan kami, bilang bahwa mereka akan beli tiket Batik Air tapi tidak ada tanggungngan lain. silahkan cari temat nginep sendiri dan ongkos sendiri ke Cengkareng. Mendengar itu saya mulai mengubah tempat duduk dari belakang menuju depan.

Saya minta bicara dan disambungkan langsung telpon dengan manajer yang bertanggungjawab dengan urusan kami ini. Setelah tersambung, saya bilang ke seorang laki-laki di telpon, apa solusi bapak untuk soal kami ini? bagaimana soal akomodasi kami? dengan berbelit-belit mereka tidak bisa menangung akomodasi kami. Saya heran, masa sekelas manajer ga tahu aturan tentang delay dan layanan konsumen. Saya ingatkan dia di telpon tentang Keputusan Mentri Perhubungan no. 25 tahun 2008 tentang tanggungan maskapai penerbangan kalau ada penumpangnya tidak bisa berangkat hari ini harus dicarikan penginapannya. Akhirnya disetujui bahwa mereka akan carikan penginapan asal kami menggunakan keberangkatan ke Jogja menggunakan Citilink yang jam 8 pagi dari Halim, menjanjikan juga akan dikasih makan, dan ganti transport. Saya sudah capek, saya iyakan aja keinginannya. Saya lihat jam menunjukan 23.37

Lalu kami di bawa ke hotel dekat bandara Halim namanya Pondok Tirta Sentosa. Sampai tempat nginap saya dipersilahkan masuk kamar berbentuk Caravan. Saya masuk, tercium bau comberan, mulai terasa lapar belum makan dari tadi siang. Saya ke luar kamar ada beberapa staf hotel tersebut saya tanya kalau cari makam dimana. Mereka bilang ada di layanan mereka tapi harus bayar sendiri tidak ditanggung oleh Citilink. Katanya kami tidak punya kerjasama sama Citilink. saya heran tapi ya sudah lah. 

Besoknya saya ke bandara Halim naik taksi bayar 50 ribu dengan uang sendiri. Janji Citilink akan menanggung makan dan transport tidak terbukti. Mereka berbohong dan ingkar janji. Tapi dari semua itu saya menangkap satu kesan bahwa perusahan Citilink ini tidak bertangungjawab. Itu terlihat dari tindakan yang seharusnya bisa dilakukan dengan sederhana dibuat ribet karena harus sesuai SOP nya walaupun SOP itu dilanggar sendiri. perusahaan yang aneh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun