Mohon tunggu...
Iman Abdurrahman
Iman Abdurrahman Mohon Tunggu... Koordinator Advokasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia -

seorang yang selalu tergila-gila dengan senyuman :D

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Cerita Ayam Jago di Ayutthaya

2 Oktober 2015   12:27 Diperbarui: 2 Oktober 2015   12:27 3546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Patung ayam jago di Ayutthaya"][/caption]

Biasanya banyak wisatawan ketika datang ke kota Ayutthaya niatnya untuk melihat reruntuhan kota ini. Artefak seperti candi, kuil, patung, benteng, istana kerajaan, pasar terapung, dan karya seni serta museum kerajaan Ayutthaya. Sepertinya sedikit yang memperhatikan patung ayam jago atau ayam jantan yang hampir di setiap tempat di kota ini selalu ada.

Pertama datang ke Ayutthaya saya awalnya agak heran, ketika melihat ke luar jendela mobil travel yang saya tumpangi, di depan sebagian rumah penduduk berderet patung ayam jago. Ada cerita apa antara kota ini dengan patung ayam jago. Pasti ada cerita menarik ini. Keingintahuan tentang patung ayam pun mulai muncul di sela-sela merasakan dan melihat artefak dan reruntuhan kota yang dibangun abad 13 ini.

Tidak heran kalau UNESCO menjadikan kota ini bagian dari warisan dunia pada tahun 2000. Arsitektural yang cantik serta Candi dan patung-patung nya walaupun sudah jadi tempat wisata, sebagian masih dipakai untuk beribadah umat Buddha.

 [caption caption="salahsatu Wat di Ayutthaya yang sering didatangai wisatawan"]

[/caption]

Di tempat-tempat ibadah tersebut, patung ayam jago pun muncul lagi. Disimpan di luar dekat pintu atau gerbang kuil. Dilain kesempatan saya juga melihat patung ayam jago ini dijual di toko souvenir. Rasa penasaran pun makin tinggi, ada cerita apa dengan ayam jago di Ayutthaya ini.

Di Guest House tempat saya nginap, akhirnya rasa penasaran itu saya ungkap pada ibu pemilik penginapan. Di serambi sambil ngopi ibu itu bercerita dengan bahasa Thai dan anaknya menerjemahkan ke dalam bahasa inggris. Saya pun mulai menyerap cerita dan merangkum inti kisahnya.

Konon menurut cerita, ketika Ayutthaya dan Burma berperang pada akhir abad 16, dan Ayutthaya dikuasai oleh Burma. Pangeran Narasuan ahli waris kerajaan Ayutthaya menolak dengan cerdik ada dibawah kuasa Burma.

Waktu itu, baik pangeran Burma maupun pangeran Naresuan sangat menyukai ayam jago. Maka kedua pangeran ini bertaruh adu ayam. Pangeran Burma mengatakan kalau ayam Naresuan ini menang maka Ayutthaya akan dibebaskan dari kekuasaan Burma. 

Ayam Pangeran Naresuan memenangkan taruhan, mempermalukan pangeran Burma. Hanya saja janjinya tidak ditepati. Maka terjadilah peperangan kembali. Sampai kemudian ada serangan ke Burma dari Tiongkok akhirnya Burma kalah.

Pangeran Naresuan membuktikan dirinya sebagai pejuang terampil dan cerdik dengan ayam jago peliharaannya. Ayam ini kemudian dikenal dengan ayam Bangkok. Dan jadi legenda ayam adu sampai sekarang.

Dalam adu ayam jenis ayam Bangkok dan ayam Burma atau terkenal dengan ayam Birma adalah jenis ayam petarung yang handal, harganya pun cukup mahal. Konon katanya, ayam ras ini dilahirkan memang untuk di adu jadi petarung di sambung ayam.

Katanya itulah kenapa ada banyak patung ayam di Ayutthaya. Keberadaanya selain jadi dewa pelindung di tempat-tempat ibadah, yakni dewa dengan sebutan Aryacalanatha atau dewa ayam, juga bagian dari sejarah Ayutthaya karena pernah memenangkan pertarungan dengan taruhan sebuah bangsa.

[caption caption="Pedagang kakilima di Ayutthaya"]

[/caption] 

Kota Ayutthaya adalah sebuah kota yang berjarak sekitar 80 km dari pusat kota Bangkok. Dengan transportasi normal bisa di tempuh sekitar 1,5 jam sampai 2 jam. Tergantung menggunakan transportasinya.

 [caption caption="stasiun Ayutthaya"]

[/caption]

Biasanya, pelancong seperti saya akan mencari harga transportasi paling murah. Untuk itu saya sarankan naik kereta api ekonomi di stasiun Hua Lamphong, stasiun besar di Bangkok. Carilah kereta yang berhenti di Ayutthaya. Harga tiketnya hampir sama dengan harga tiket kereta api Parameks Jogja-Solo sekitar 8000-an.

Waktu itu, saya berangkat ke Ayutthaya bukan dari stasiun kereta tapi dari terminal Mo Chit, terminal bus untuk jurusan kota-kota di utara Bangkok. Karena baru balik dari Pattaya ke Bangkok terus lanjut ke Ayutthaya. Di terminal ini yang jurusan ke Ayutthaya adanya mobil kecil seperti elf atau model mobil travel Cipaganti. Harganya cukup mahal ketimbang naik kereta. Kira-kira sama harganya kalau naik travel Bandung-Jakarta. Nah, pas pulangnya baru naik kereta api ke Hua Lamphong, Bangkok.

 [caption caption="Terminal Mo Chit"]

[/caption]

Sekian ceritanya. Semoga berkenan. Tetap sehat, tetap semangat, dan terus jalan-jalan dengan bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun