1. Tentukan Tujuan Uji A/B: Sebelum memulai, tentukan dulu apa yang ingin kamu uji. Apakah kamu ingin meningkatkan tingkat keterbukaan email (open rate), tingkat klik (click-through rate), atau konversi (conversion rate)? Dengan tujuan yang jelas, kamu bisa lebih fokus dalam mengukur hasil uji A/B.
2. Identifikasi Elemen yang Akan Diuji: Ada banyak elemen dalam email yang bisa diujikan. Beberapa yang paling umum adalah:
Subjek Email:Â Coba variasikan kata-kata untuk melihat mana yang paling menarik perhatian.
Teks CTA:Â Gunakan kalimat yang berbeda untuk mengajak penerima melakukan tindakan.
Desain Email:Â Uji tata letak, warna, atau gambar yang digunakan.
Panjang Konten: Bandingkan hasil antara email dengan konten pendek vs konten panjang.
Memilih elemen yang tepat untuk diuji akan sangat memengaruhi hasil akhirnya.
3. Gunakan Sampel yang Cukup Besar:Â Agar hasil uji A/B valid, pastikan kamu memiliki sampel penerima yang cukup besar. Semakin besar sampelnya, semakin akurat hasil uji tersebut dalam menggambarkan preferensi keseluruhan audiens.
4. Lakukan Pengujian pada Satu Elemen di Setiap Uji: Untuk mendapatkan hasil yang akurat, hindari menguji terlalu banyak elemen sekaligus. Fokus pada satu elemen dalam setiap pengujian, misalnya hanya subjek email atau hanya teks CTA. Dengan begitu, kamu bisa tahu pasti elemen mana yang memengaruhi hasil.
5. Pantau Hasil Pengujian Secara Rutin: Pengujian bukanlah proses sekali jalan. Pantau hasil uji A/B secara berkala untuk melihat tren apa yang muncul. Dengan pemantauan yang teratur, kamu bisa mengetahui apakah strategi baru yang diuji bekerja atau perlu diubah.
6. Kirim Email ke Dua Kelompok yang Sama Besar:Â Agar pengujian adil, pastikan kamu mengirim dua versi email (A dan B) ke dua kelompok penerima yang memiliki ukuran dan karakteristik yang sama. Ini memastikan bahwa hasil yang diperoleh tidak bias.