Dalam deklarasi dukungan PSI terhadap pasangan Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024, tercetuslah panggilan 'gemoy' untuk calon presiden yang sebelumnya pernah diberikan penghargaan 'Kebohongan Award' oleh partai yang menjadi sekoci Jokowi itu.
Panggilan 'gemoy' yang merupakan plesetan dari 'menggemaskan' itu tampaknya diberikan sebagai citra baru bagi Prabowo agar terasa lebih ramah dan dekat dengan pemilih muda.
Sebelumnya, Sekjen PSI--Raja Juli Antoni--menilai pencitraan Prabowo pada Pilpres 2019 sebagai sosok yang lembut, ramah, interaktif dan komunikatif telah gagal.
"Mungkin masa kampanye yang panjang ini akhirnya membuka topeng dan bedak pencitraannya. Beliau kembali menjadi pemimpin yang emosional, egoistik, self sentric dan merasa hebat," ujarnya kepada Kompas (09/04/2019).
Gen Z, Pemilih Pemula dan Massa Mengambang
Anak-anak muda, terutama gen Z yang merupakan pemilih pemula adalah digital native. Mereka pada umumnya mendapatkan informasi melalui media sosial.
Menyadari hal itu, para pendukung Prabowo segera membanjiri media sosial dengan gambar-gambar kartun gemoy Prabowo.
Kampanye digital dan visual menjadi menu utama bagi generasi yang terutama berinteraksi, bersosialisasi dan berkomunikasi melalui media sosial ini.
Rasanya cukup sulit untuk menemukan adu argumentasi dan pertukaran gagasan yang subtantif menjelang pemilihan kepala pemerintahan negara dengan penduduk lebih dari 270 juta ini.
Publik hanya disajikan gambar-gambar kartun gemoy dan foto Prabowo berjoged yang diselingi tautan berita berjudul "Diamkan Saja!" atau ajakan 'move on' dari putusan kontroversial MK yang meloloskan salah satu cawapres dalam kontestasi yang memakan anggaran sebesar 76,6 triliun ini.
Sementara itu, anak-anak muda yang berani bersuara dan bersikap kritis terhadap situasi negara ini menghadapi pembungkaman dan diintimidasi, seperti dialami oleh Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang, usai mengkritisi putusan MK.
Para pemilih muda seolah hanya perlu ikut rame-rame--tanpa perlu pemikiran, penalaran, argumentasi ataupun rasionalisasi--dengan dalih "politik riang gembira" dan "pesta demokrasi."