Mohon tunggu...
imanda agustina hadi
imanda agustina hadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Penanganan Tantrum dalam Kegiatan Belajar Anak Usia Dini

13 Juni 2023   21:07 Diperbarui: 13 Juni 2023   21:09 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun, pada usia tersebut anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan secara cepat sehingga mudah untuk diberikan dorongan
untuk perkembangan kecerdasannya. Sampai saat ini masih banyaknya masyarakat awam serta orang tua kurang mengetahui dan memahami apa itu tantrum. Tantrum adalah tindakan anak usia dini berupa sebuah jeritan dan amukan yang sering disertai hentakan kaki dan tangan saat berguling-guling marah dilantai. Perilaku ini biasanya didapatkan pada anak berusia 18 bulan-4 tahun.Pada peneliti didunia terutama di Amerika Serikat, 50%-80% anak berusia 2 sampai 3  mengalami tantrum secara tertatur, dan 20% mengalami tantrum setiap hari. Sekitar 20% anak berusia 4 tahun masih mengalami temper tantrum secara teratur, dan kemarahans ecara meledak terjadi pada lebih kurang 5% anak usia sekolah. Angka kejadian tantrum di Indonesia pada tahun 2019 telah mencapai 152 per 10.000 anak (0,150,2%), meningkat tajam dibanding sepuluh tahun yang lalu hanya 2-4 per 10.000 anak. Di Indonesia, 23-83% dari anak usia 2-4 tahun pernah mengalami temper tantrum dalam waktu satu tahun.

Dari penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya di Dunia terutama di Indonesia, anak usia dini yang mengalami tantrum hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan. Temper tantrum pada anak usia dini saat ini masih tergolong normal yang  merupakan bagian dari proses perkembangan fisik, kognitif, dan emosi anak. Meskipun masih termasuk kedalam normal, tetapi masyarakat dan orang tua tidak boleh menganggap remeh dan santai terhadap kondisi anak.
Gaya belajar pada anak usia dini adalah cara pandang atau cara anak usia dini menerima
informasi dan proses yang digunakan dalam menerima sebuah pelajaran. Gaya belajar pada
setiap anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (alamiah) dan faktor lingkungan. Jika kita
mengenali gaya belajar anak secara dini, maka kita sebagai orang tua dapat mengelola
pembelajaran pada kondisi 5W 1H (apa, siapa, kapan, mengapa, dimana, dan bagaimana) cara
pembelajaran yang baik dan efektif bagi a
nak.

PEMBAHASAN

Tantrum Pada Anak Usia Dini 

Anak usia dini adalah adalah anak yang berusia 0-6 tahun, pada usia tersebut anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara cepat sehingga mudah untuk diberikan dorongan untuk perkembangan kecerdasannya. Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa "anak usia dini merupakan individu penduduk yang berusia antara 0-6 tahun". Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1, menyebutkan bahwa " yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Mashar (2011:92) menyebutkan bahwa tantrum adalah "suatu letupan kemarahan anak yang sering terjadi pada saat anak menunjukkan sikap negativistik atau penolakan". Perilaku ini sering diikuti dengan tingkah seperti menangis dengan keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang,memukul-mukul, menendang, dan berbagai kegiatan. Perilaku tantrum pada anak merupakan luapan emosi yang tidak terkendali oleh anak disertai dengan rasa marah, menjerit-jerit dan menangis. Tantrum pada anak terjadi ditempat dan waktu tertentu, anak yang mengalami tantrum sebelumnya mereka menerima sebuah penolakan atau mendapatkan kata "tidak" dari
orang tua atau orang sekitar mereka ketika mereka menginginkan sesuatu hal.

Jenis-jenis perilaku tantrum pada anak:
1. Manipulative tantrum, jenis ini terjadi pada anak ketika apa yang diinginkan
mereka tidak terpenuhi.
2. Verbal frustation tantrum, jenis ini terjadi pada anak ketika mereka tidak bisa
menyampaikan keinginan mereka kepada orang lain, contohnya kepada orang
tua, kakak, nenen, atau guru disekolah.
3. Temperamental tantrum, jenis ini terjadi ketika emosi anak mencapai tahap
yang tinggi, yang menyebabkan anak lepas kendali dan tidak dapat terkontrol.

Ciri-ciri perilaku tantrum pada anak:
1. Anak memiliki kebiasaan sulit untuk tidur.
2. Makan dan buang air besar anak tidak teratur.
3. Anak menjadi sulit untuk menyesuaikan diri, baik dengan lingkungan maupun
orang-orang baru.
4. Anak mengalami keterlambatan dalam beradaptasi dengan adanya sebuah
perubahan.
5. Suasana hati anak lebih sering berubah-ubah cenderung kearah yang negatif.
6. Anak mudah untuk dipengaruhi oleh orang lain.

Penyebab perilaku tantrum pada anak:
1. Masalah keluarga, anak yang kurang kasih sayang dan perhatian dari keluarga
dan memiliki keluarga yang kurang harmonis, maka dapat menganggu kestabilan
jiwa mereka.
2. Dimanjakan oleh orang tuam anak yang biasa dimanjakan oleh orang tua dan
semua hal yang mereka inginkan selalu dituruti, maka anak akan memanfaatkan
orang tuanya.
3. Kelelahan, anak yang memiliki jam tidur tidak baik dan sesuai dengan umurnya
akan menyebabkan anak tersebut kelelahan, memiliki tubuh dan fisik yang lemah
sehingga membuat anak akan cepat marah dan mengamuk tidak karuan.
4. Masalah kesehatan, anak yang mengalami kurang enak badan atau anak yang
memiliki masalah kesehatan bahkan cacat tubuh, akan menyebabkan anak sering
marah dan tidak dapat menerima keadaan diri mereka sendiri.
5. Masalah makanan, beberapa jenis makanan yang tidak sesuai dengan anak,
maka akan menyebabkan alergi pada anak yang akan menyebabkan anak
kesulitan untuk mengendalikan diri mereka.
6. Kekecewaan, hal ini sering terjadi pada anak ketika anak tidak dapat
menyampaikan apa yang mereka inginkan, serta orang tua bahkan orang lain
tidak dapat memahami apa yang mereka sampaikan.
7. Meniru orang dewasa, ketika anak terbiasa melihat orang tua, kakak, guru, atau
orang lain yang sedang marah-marah berada didekat mereka, maka anak akan
meniru perilaku tersebut.

Cara mengatasi tantrum pada anak:
1. Orang tua bahkan guru harus bisa untuk mengalihkan perhatian anak dari
penyebab tantrum mereka.
2. Kita dalam menghadapi anak yang sedang tantrum memiliki sikap yang sabar
dan tenang, dan tidak boleh terpancing emosi.
3. Orang tua atau guru memberikan sentuhan lembut dan sederhana, misalnya
ditangan atau dipeluk anak tersebut dan diajak berbicara.
4. Memberikan perintah atau meminta tolong hal sederhana kepada anak untuk
dapat meredakan tantrum anak tersebut.
5. Memberikan pujian dan hadiah kepada anak, apabila mereka berprilaku baik.
6. Orang tua dan guru harus kreatif dalam menyediakan aktivitas yang
menyenangkan bagi anak.

Gaya Belajar Pada Usia Anak Dini

Menurut Jensen, E (2013:55) gaya belajar adalah satu cara yang disukai untuk memikir-
kan, mengolah, dan memahami informasi. Otak manusia tidak memilik satu gaya belajar tunggal. Manusia jauh lebih kompleks daripada itu. Otak manusia tidak memiliki satu gaya belajar tunggal (tergantung pada lingkungan). Gaya belajar pada anak usia dini adalah cara pandang atau cara anak usia dini menerima informasi dan proses yang digunakan dalam menerima sebuah pelajaran.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lynn O"Brien terungkap bahwa gaya belajar
anak dapat dikelompokkan menjadi:

1. Gaya belajar visual adalah, kemampuan anak untuk melihat dan mengamati
suatu benda yang menyebabkan anak akan mendapatkan informasi tentang benda tersebut.
Ciri-ciri gaya belajar visual:
a. Anak berusaha untuk melihat muka gurunya ketika sedang menyampaikan materi.
b. Anak tidak suka untuk mendengar penjelasan orang lain dan menjadi terdepan dalam berbicara.
c. Anak tidak cepat memahami ketika guru mendengarkan pembelajaran secara lisan.
d. Ada dapat berkonsentrasi ketika disekitarnya terdapat keributan dan ramai.
e. Anak akan menggunakan gerakan tubuh ketika kesusahan dalam menyampaikan suatu hal.
f. Anak lebih peduli terhadap penampilan yang mereka gunakan.
g. Anak akan muda mengingat apa yang telah mereka baca dan suka
membaca yang menarik perhatian mata mereka.

2. Gaya belajar auditorial adalah, anak lebih senang dan suka belajar dengan
mendengar suara atau musik.
Ciri-ciri gaya belajar auditorial:
a. Anak suka dengan mtode belajar dengan diskusi dan anak mampu
mengingat pelajaran yang disampaikan secara lisan.
b. Anak lebih senang banyak bicara dan fasih dalam menyampaikan apa
yang mereka ketahui.
c. Anak dapat lebih mudah mengingat lirik lagu dan dapat mengikutinya
secara lengkap.
d. Anak kurang bisa dalam menulis dan membuat sebuah karangan.
e. Anak akan mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang telah mereka
baca.
f. Anak suka berbicara sendiri.
g. Anak sulit untuk berkonsentrasi ketika berada ditempat yang terlalu ada
keributan.
Jika orang tua dan guru melihat ciri-ciri diatas dalam diri anak, maka mereka
dapat meajak anak belajar dengan cara bernyanyi dan mendengarkan musik
yang berkaitan dengan tema pelajaran.

3. Gaya belajar kinestik adalah, anak akan belajar secara optimal dengan cara
menyentuh, membongkar-pasang benda dan melakukannya sendiri.
Ciri-ciri gaya belajar kinestik:
a. Anak tidak akan bisa diam dalam suatu keadaan dan lebih banyak suka
gerak.
b. Tangan anak selalu aktif dan ingin selalu bergerak.
c. Anak memiliki kemampuan untuk mengontrol tubuh yabg baik.
d. Anak lebih suka menyentuh dan memegang benda yang mereka
temukan.
e. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika sedang membaca.
f. Anak lebih suka menyampaikan apa yang mereka inginkan dengan
gerakan.

Pengaruh Tantrum Terhadap Gaya Belajar Anak Usia Dini

Tantrum adalah keadaan ketika seorang anak menunjukkan ledakan kemarahan dan
frustasi yang tidak terkendali. Tantrum pada anak biasanya berupa, teriakan, tendakan,
ataupun berguling-guling dilantai. Tantrum pada ada merupakan ekspresi emosi yang
berlebihan pada anak. Ketika anak, melakukan tindakan negatif seperti itu, bukan berarti anak
itu nakal. Perilaku tantrum terjadi karena kesulitan anak untuk mengungkapkan apa yang anak rasakan, anak inginkan, dan apa yang anak butuhkan.
Ketika anak mengalami tantrum sangat berpengaruh terhadap gaya belajar anak itu
sendiri, anak bisa belajar mengendalikan diri dan belajar berkomunikasi serta mengatasi emosi negatif. Karena itu dilakukan berulang-ulang oleh anak ketika anak mengalami tantrum, maka anak akan terbiasa untuk belajar mengendalikan emosinya. Untuk menghadapi anak tantrum disekolah atau dirumah dapat menggunakan pendekatan psikologi komunikasi. Dalam menghadapi anak yang sedang tantrum, orang tua dan pendidil dapat melakukan memisahkan anak tersebut ke ruangan lain. Pemisahan anak dengan anak lainnya menjadi penting supaya guru bisa fokus untuk menenangkan anak. Pada tahap ini, orang tua dan pendidik tidak boleh jugai kut emosi dan mengeluarkan nada suara yang tinggi. Selanjutnya, orang tua dan guru dapatb ertanya apa yang menjadi penyebab mereka tantrum, dan menunjukkan empati pada anak. Sekaligus, juga memberikan motivasi atau memberikan semangat pada anak. Maka dari itu,setelah orang tua dan guru mengetahui penyebab anak mengalami tantrum, maka orang tuad an pendidik saling berdiskusi untuk menentukan gaya belajar yang sesuai diberikan kepada anak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun