Mohon tunggu...
imanda agustina hadi
imanda agustina hadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Penanganan Tantrum dalam Kegiatan Belajar Anak Usia Dini

13 Juni 2023   21:07 Diperbarui: 13 Juni 2023   21:09 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gaya Belajar Pada Usia Anak Dini

Menurut Jensen, E (2013:55) gaya belajar adalah satu cara yang disukai untuk memikir-
kan, mengolah, dan memahami informasi. Otak manusia tidak memilik satu gaya belajar tunggal. Manusia jauh lebih kompleks daripada itu. Otak manusia tidak memiliki satu gaya belajar tunggal (tergantung pada lingkungan). Gaya belajar pada anak usia dini adalah cara pandang atau cara anak usia dini menerima informasi dan proses yang digunakan dalam menerima sebuah pelajaran.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lynn O"Brien terungkap bahwa gaya belajar
anak dapat dikelompokkan menjadi:

1. Gaya belajar visual adalah, kemampuan anak untuk melihat dan mengamati
suatu benda yang menyebabkan anak akan mendapatkan informasi tentang benda tersebut.
Ciri-ciri gaya belajar visual:
a. Anak berusaha untuk melihat muka gurunya ketika sedang menyampaikan materi.
b. Anak tidak suka untuk mendengar penjelasan orang lain dan menjadi terdepan dalam berbicara.
c. Anak tidak cepat memahami ketika guru mendengarkan pembelajaran secara lisan.
d. Ada dapat berkonsentrasi ketika disekitarnya terdapat keributan dan ramai.
e. Anak akan menggunakan gerakan tubuh ketika kesusahan dalam menyampaikan suatu hal.
f. Anak lebih peduli terhadap penampilan yang mereka gunakan.
g. Anak akan muda mengingat apa yang telah mereka baca dan suka
membaca yang menarik perhatian mata mereka.

2. Gaya belajar auditorial adalah, anak lebih senang dan suka belajar dengan
mendengar suara atau musik.
Ciri-ciri gaya belajar auditorial:
a. Anak suka dengan mtode belajar dengan diskusi dan anak mampu
mengingat pelajaran yang disampaikan secara lisan.
b. Anak lebih senang banyak bicara dan fasih dalam menyampaikan apa
yang mereka ketahui.
c. Anak dapat lebih mudah mengingat lirik lagu dan dapat mengikutinya
secara lengkap.
d. Anak kurang bisa dalam menulis dan membuat sebuah karangan.
e. Anak akan mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang telah mereka
baca.
f. Anak suka berbicara sendiri.
g. Anak sulit untuk berkonsentrasi ketika berada ditempat yang terlalu ada
keributan.
Jika orang tua dan guru melihat ciri-ciri diatas dalam diri anak, maka mereka
dapat meajak anak belajar dengan cara bernyanyi dan mendengarkan musik
yang berkaitan dengan tema pelajaran.

3. Gaya belajar kinestik adalah, anak akan belajar secara optimal dengan cara
menyentuh, membongkar-pasang benda dan melakukannya sendiri.
Ciri-ciri gaya belajar kinestik:
a. Anak tidak akan bisa diam dalam suatu keadaan dan lebih banyak suka
gerak.
b. Tangan anak selalu aktif dan ingin selalu bergerak.
c. Anak memiliki kemampuan untuk mengontrol tubuh yabg baik.
d. Anak lebih suka menyentuh dan memegang benda yang mereka
temukan.
e. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika sedang membaca.
f. Anak lebih suka menyampaikan apa yang mereka inginkan dengan
gerakan.

Pengaruh Tantrum Terhadap Gaya Belajar Anak Usia Dini

Tantrum adalah keadaan ketika seorang anak menunjukkan ledakan kemarahan dan
frustasi yang tidak terkendali. Tantrum pada anak biasanya berupa, teriakan, tendakan,
ataupun berguling-guling dilantai. Tantrum pada ada merupakan ekspresi emosi yang
berlebihan pada anak. Ketika anak, melakukan tindakan negatif seperti itu, bukan berarti anak
itu nakal. Perilaku tantrum terjadi karena kesulitan anak untuk mengungkapkan apa yang anak rasakan, anak inginkan, dan apa yang anak butuhkan.
Ketika anak mengalami tantrum sangat berpengaruh terhadap gaya belajar anak itu
sendiri, anak bisa belajar mengendalikan diri dan belajar berkomunikasi serta mengatasi emosi negatif. Karena itu dilakukan berulang-ulang oleh anak ketika anak mengalami tantrum, maka anak akan terbiasa untuk belajar mengendalikan emosinya. Untuk menghadapi anak tantrum disekolah atau dirumah dapat menggunakan pendekatan psikologi komunikasi. Dalam menghadapi anak yang sedang tantrum, orang tua dan pendidil dapat melakukan memisahkan anak tersebut ke ruangan lain. Pemisahan anak dengan anak lainnya menjadi penting supaya guru bisa fokus untuk menenangkan anak. Pada tahap ini, orang tua dan pendidik tidak boleh jugai kut emosi dan mengeluarkan nada suara yang tinggi. Selanjutnya, orang tua dan guru dapatb ertanya apa yang menjadi penyebab mereka tantrum, dan menunjukkan empati pada anak. Sekaligus, juga memberikan motivasi atau memberikan semangat pada anak. Maka dari itu,setelah orang tua dan guru mengetahui penyebab anak mengalami tantrum, maka orang tuad an pendidik saling berdiskusi untuk menentukan gaya belajar yang sesuai diberikan kepada anak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun