Iana melangkahkan kakinya lebih cepat agar bisa mengimbangi langkah kaki ayahnya yang lebih panjang. Mereka baru saja turun dari gerbong kedua terakhir dari KRL (Kereta Rel Listrik). Saat itu sudah hampir jam 12 siang. Stasiun Bogor terlihat relatif sepi.
"Pa, kita sudah terlambat, ya Pa?" tanya Iana yang masih berusia sekitar tujuh tahun itu. Iana tahu bahwa tadinya mereka berencana untuk berangkat sekitar jam lima pagi dari rumah mereka di Bekasi.
"Supaya kita bisa tiba di Kebun Raya Bogor sekitar jam 10 pagi," kata ayahnya tadi malam. "Kita naik KRL dari stasiun Bekasi ke stasiun Manggarai dulu, lalu berganti KRL menuju stasiun Bogor. Dan dari stasiun Bogor kita bisa naik angkot."
Tapi karena Iana terlambat bangun, akhirnya mereka baru berangkat jam 8 pagi dari rumah. Iana jadi menyesal juga karena tidak mengindahkan nasehat ayahnya untuk segera tidur pada jam 8 malam.
"Bapa ke toilet mau pipis dulu yaa. Iana tunggu di sini yaa. Jangan ke mana-mana, yaa...."Â Kata ayahnya yang seorang penderita diabetes itu. Ayahnya biasanya sebentar-sebentar ingin kencing. Masih beruntung karena sepanjang perjalanan dari Manggarai ke Bogor tadi, ayahnya masih bisa menahan kencing.
"Iya, Pa. Aku tunggu di sini, ya Pa."
= = =
Iana senang sekali diajak ayahnya ke Kebun Raya Bogor. Â Terbayang dalam pikiran Iana bagaimana cerita ayahnya kepadanya beberapa hari yang lalu tentang banyaknya dan besarnya pohon-pohon yang ada di dalam Kebun Raya Bogor itu.
"Kebun Raya Bogor itu luas sekali," kata ayahnya.
"Seluas apa, Pa, kebunnya?"
"Oh, sangat luas sekali. Kamu mungkin akan merasa capek kalau mengelilingi kebun itu."