Argentina timpang, kedalaman skuat tidak merata, plus Willy yang betul-betul bikin gregetan. Blundernya di babak kedua berujung malapetaka. Argentina kolaps dengan gelontoran gol-gol Rebic, Rakitic, dan Modric.
Sepak bola memang permainan tim, tapi kualitas individu pemain juga sangat menentukan, dan kualitas Willy benar-benar di bawah standar.
Apa boleh buat, singkong sudah menjadi tape. Willy-nya Argentina (37) tidak seharum Willy-nya Indonesia (73).
Willy Caballero akan dikenang sebagai kiper minor yang dimiliki Argentina. Meskipun begitu, Argentina masih punya harapan lolos.
Sekecil apapun peluang itu, jangan pernah berhenti berharap. Harapan adalah kemampuan melihat setitik cahaya di kegelapan. Dan jika Argentina menemukan cahaya itu, harapan untuk keluar dari kegelapan masih ada.
Bravo Argentina, negara keduaku di dunia sepak bola. Untuk menghibur hati ini, izinkan saya merubah sedikit lirik di atas menjadi: "Si Messi liar dari Argentina. Apa kabarmu. Ku rindu gol-golmu yang keras hantam gawang. Di mana kini kau berada. Tetapkah indah liukanmu. Di mana visi permainanmu. Tetapkah dribble-mu hadang keruh (Lukman Hamarong)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H