Sayang, pemenuhan ekspor buncis baby itu hanya berlangsung hingga 2013. "Ketika itu pembayaran dari eksportir bermasalah. Mereka selalu menunda pembayaran," ujar Srini. Akibatnya, para petani kesulitan memperoleh modal untuk masa tanam berikutnya.Â
Sejak itu KWT beralih mengebunkan komoditas sayuran lain yang diminta pasar, seperti daun bawang, bunga kol, wortel, selada, bit merah, parsley, dan rosemary. Sayangnya belakangan ini harga sayuran pun anjlok sehingga para petani kerap merugi. Kini Srini hanya fokus mengembangan bit merah, parsley, dan rosemary karena harganya ajek.
Untuk mengembangkan lengkeng di Kabupaten Magelang, Srini membentuk Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Merapi Jaya. Keanggotaan lembaga yang didirikan pada 2015 itu lebih luas karena dapat diikuti petani laki-laki atau perempuan. Hingga saat ini sekitar 1.000 pohon lengkeng new kristal yang tertanam di kawasan Kabupaten Magelang.Â
Ia berharap di masa mendatang lengkeng menjadi ikon baru kabupaten berjuluk De Tuin van Java itu. Ia mengembangkan konsep agrowisata petik lengkeng agar para pekebun mitra dapat menikmati harga jual lebih tinggi karena menjual langsung ke konsumen akhir. (Imam Wiguna)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H