Mohon tunggu...
Imamul Aripin
Imamul Aripin Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Belajar keanekaragaman hayati melalui macro fotography

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Konservasi melalui Makrofotografi

30 Oktober 2020   04:30 Diperbarui: 30 Oktober 2020   04:34 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di akhir tahun 2013 awal perjumpaan saya dengan makro fotografi. Sahabat sekaligus guru saya yang bekerja di Dinas Pendidikan Kuningan, sebut saja Aris Risyana. 

Kala itu disela-sela kesibukannya sebagai admin dinas kabupaten, ia menyempatkan diri dengan memperlihatkan hasil jepretannya padaku. Dalam pikirku sederhana, paling foto-foto biasa tentang alam, atau aktifitas kehidupan saja. Saya menduga-duga dengan pekerjaan yang disandangnya tak akan jauh dari itu. 

Apalagi laptop yang dipegangnya penuh dengan database Pendidik dan seperangkatnya. Namun ada yang menarik sebelum ia memperlihatkan hasil jepretannya. 

Ada beberapa istilah asing yang pernah saya kenal saat pelajaran biologi di SMA 24 tahun silam. Ketika itu saya dibawa praktik oleh guru biologi seputar anatomi tubuh katak.

Perlahan ia menceritakan padaku tentang kesukaanya pada lalat dan laba-laba. Dalam cerita yang ia bangun terlihat jelas sekali meyakinkan bahwa ia seorang guru biologi saat itu. Ia menjelaskan perilaku lalat, habitat dan bahkan jenis lalat yang ia jumpai. 

Menariknya ketika ia mencertikan laba-laba, tak dapat ia sembunyikan dari gestur tubuhnya ada rasa takut dibalik segudang pengetahuannya. Dan benar saja ia mengalami sejenis phobia terhadap laba-laba.

Meskipun dengan rasa takut yang luar biasa, ia berupaya menunjukan beberapa koleksi foto laba-laba yang berhasil ia abadikan. Saat itu saya berdecak kagum melihat monitor laptop penuh dengan mata laba-laba yang sangat detail dan apik. Saya berpikir seribu kali untuk menuding ia takut laba-laba lagi. 

Ada beberapa jenis Jumping Spider dengan angle dan komposisi yang aneh bagi saya saat itu. Saat itu mata saya hampir tak berkedip mengawasi dan mencermati serta segudang pertanyaan dalam hati, bagaimana cara ambil fotonya? Berapa jaraknya ke objek? Kamera apa yang digunakan?

Di sela itu, ia menunjukan kamera yang ia bawa padaku. Saya masih ingat baik sekali, kamera yang ia gunakan Nikon D3200 dengan lensa KIT orsinil bawaanya. 

Saya makin penasaran saja ketika ia menunjukan kertas pada lampu flash yang ia gunakan untuk memfilter cahaya yang keluar dari flash eksternal kamera. Ia bilang hasilnya ini luar biasa jika menggunakan difuser, sambil mempraktikan bagaimana mengambil foto dengan dan tanpa difuser melalui objek yang ada dimejanya. 

Sungguh berbeda sekali memang hasilnya, lebih lembut cahaya pada objek jika menggunakan difuser sederhana dari kertas HVS yang diambil samping meja printernya.

Menariknya lagi lensa yang digunakannya itu dibalik dengan menggunakan semacam ring dan beberapa hari kemudian saya baru tahu namanya revrese ring. Inilah yang membuat objek tersebut bisa terekam dengan ukuran sebenarnya. Tak lama saat asyik memperhatikan kejadian itu, ia menyuruhku untuk mencoba mengambil foto. 

Jujur saat itu saya gemetar dan berkeringat dingin, pertama kali saya mencoba memagang DSLR. Saya coba bidikan fokus kamera pada puntung rokok yang ada di mejanya. 

Ketika diperlihatkan padanya, ia yakin bahwa saya belum mempunyai kamera. Meskipun Ia tidak bertanya. Namun betapa kagetnya saya ketika kemurahan hatinya menyatakan dan menawarkan pinjaman untuk membeli kamera. “Kamu punya bakat,” ujarnya.  

Sepulang dari kantor, pikiran saya melayang dan bertanya-tanya, segala bentuk pertanyaan yang mungkin dan yang tak mungkin. 

Namun ibarat pepatah seperti mimpi tertimpa durian, beberapa bulan kemudian ia membelikan DSLR yang sama dengannya. Rupanya ia belum memiliki teman yang sejalan saat itu, terbukti setelah saya memilki DSLR darinya, kita berdua banyak menghabiskan akhir pekan pergi kamping di hutan jalur pendakian gunung Ciremai. Disanalah saya banyak mengenal keanekaragaman hayati.

Waktu berjalan sangat cepat sekali, satu tahun berlalu, sudah bermacam karya kita pajang di masing-masing akun Instagram, follower Aris mencapai hamper 1500 follower dan berbalik sekali denganku yang hanya 200 follower. 

Semangat inilah yang menjadikanku fotografer makro yang handal. Beberapa inovasi yang saya lakukan yakni membuat difuser dengan alat sederhana mulai dari botol garam dapur, kertas karton, hingga membeli online. Saya tidak puas dengan hasil yang saya abadikan. Mencari informasi melalui facebook tentang makrofotografi.

Saya dipertemukan dengan Pang Way fotografer dari Malaysia yang sangat legenda saat itu dan sampai sekarang tentunya. Saya mencoba milhat material difuser yang ia gunakan, dan desiannya saya coba modifikasi meskipun saya tidak tahu desain sesungguhnya, saya hanya melihat penampakan di facebooknya. 

Alhasil saya bisa menciptakan difuser dengan nama KNGfuser. Nama ini saya ambil sama seperti akun Instagram saya, ada nama Kuningan yang saya banggakan, berharap banyak orang menganal saya asli dari Kuningan. Namun follower saya masih jauh dengan Aris yang hamper mencapai 2K dan saya masih saja 600 follower meningkat sedikit dari tahun sebelumnya.

Saya harus memutar otak. Saya mengubah metode posting di Instagram dengan menggunakan Bahasa Inggris dengan tujuan banyak orang yang mengenalku. Pada setiap postingan saya deskripsikan nama serangga dengan detail dan lokasi yang saya dapatkan.

Alhasil seorang Fotografer berasal dari Ngawi, Mas Icus dikenal banyak orang, ia  mengajak saya bergabung di Komunitas tebesar Makro Fotografer di Indonesia. 

Saya belajar dan berguru pada Galeri Makro Komunitas. Banyak yang saya jumpai disana dan bertemu dengan orang-orang hebat seperti Tom, mas Hamsut, mas Aulia dan dan banyak lagi. Hampir setiap akhir minggu ada apresiasi member terbaik di featur di Instagaram sebagai upaya memberi penghargaan 4 foto terbaik ditampilkan pada akun Komunitas tersebut. 

Dan fotoku setiap minggu pasti ada di grid featur Galeri Makro. Dan berlangsung hampir satu tahun, sampai pada akhirnya saya menjadi admin sekitar tahun 2016.

Setidaknya followerku mendekati Aris. Upaya saya untuk mengembangkan kecintaan saya terhadap dunia serangga berkembang pesat, di tahun 2017 berbagai foto saya menjadi featur terbanyak di Instagram. 

Di setiap akhir tahun bestnine foto saya sangat banyak sekali yang like dan share. Dan tak aneh juga jika foto saya banyak pengaduan melalui DM karena telah dicuri dan disebarkan, yang menjadi hiburan dan kebanggan seperti yang Mas Aulia katakan, “Foto kamu dicuri, sing tandanya fotomu laku.” 

Meskipun sambil bercanda kata-kata ini yang mendorong follower saya mencapai 4K. Bahkan di akun sekaligus grup resmi facebook Pang Way meng-Share salah satu foto terbaik saya di gadang-gadang foto terbaik bulan ini. 

Saat itu banyak pujian yang disampaikan pada chat dan DM banyak sekali orang mendambakan kesempatan ini. 

Tidak berhenti sampai disana, salah satu foto terbaikku, kepala ulat Stripped Blue Crow yang memiliki nama asli Euploea mulciber masuk dilaman BBCearth sebuah Hub Instagram yang terbesar di dunia, foto tersebut meraih like 52K.  

Betapa saya bangga sekali ketika beberapa dokter memperbaiki analisa saya dalam penamaan serangga. Tak jarang mereka memberi pujian dan apresiasi tinggi pada hasil karyaku. Salah satunya yakni Dokter dari Cina, Jason Wang yang mengabadikan foto Scorpionflies (sejenis lalat) untuk diteliti pada tesisnya. 

Di tahun 2019 ia datang ke Indonesia dan hendak meneliti dua lokasi, Bandung dan Kuningan. Sayang waktu ke Kuningan, beliau terbatas pada visa dan waktu risetnya. Meskipun begitu ia chat dan memberi suportnya agar terus berkembang. 

Ada banyak sekali pengalaman dalam hobi dan kecintaan ini. Dan bisa dijadikan refernsi bagi peserta didik yang saya ajar. 

Terkadang saya meluangkan waktu dengan mempresentasikan foto-foto makro pada peserta didik di tempat saya bekerja. Mereka pastinya sangat antusias sekali.   

Sampai hari ini Aris dan saya dengan gaya masing-masing terus berupaya mengenalkan keanekaragaman hayati di Kuningan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun