Akhirnya kuputuskan untuk mengirimkan gawai ke tempat service langgananku esok hari, Senin (25/1/2021). Tempatnya lumayan jauh dari kediaman ku. Butuh kurang lebih satu jam setengah jika ditempuh dengan kendaraan roda dua. Sedih bercampur harap, semoga gawai kesayangan ku bisa segera sehat kembali.
Semenjak berpisah dengannya, kurasakan “mati suri” dari segala informasi. Tubuh ini rasanya tak mampu bergerak. Hati ini pun menyusul malas tak bersemangat, menunggu kabar apa yang terjadi. “Bisakah diperbaiki?, atau harus sampai di sini,” tanyaku sendiri. Informasi bagiku menjadi sesuatu yang sangat penting dan berharga. Gawai ini telah menemaniku selama enam tahun dan banyak sekali memberikan informasi baik yang terkait dengan pekerjaan ataupun grup komunitas..
Rasa was-was ini semakin menjadi, disaat teringat ada tugas tantangan yang belum aku selesaikan dalam grup “Lagerunal” yang baru beberapa minggu kuikuti. “Wah, bisa ketinggalan informasi dan materi nanti,” kataku ke istri. Akhirnya di tengah mati suri itu, ku putuskan untuk memakai sementara gawai istri agar informasi masih ku dapatkan meski tidak seleluasa jika menggunakan gawai sendiri. Bisa dimaklumi karena harus berbagi waktu dan kesempatan.
Ya bisa dikatakan saat itu diri ini mengalami “mati suri informasi”. Dikatakan “mati suri” karena tidak mendapatkan informasi seutuhnya. Ada ruang kosong dan terputus dari pesan informasi yang tidak sampai oleh karena gawai yang belum bisa diperbaiki. Sehingga untuk sementara waktu berbagai informasi harus terhenti tanpa bisa dipahami. Menurut KBBI mati suri diartikan dengan tampaknya mati, tapi sebenarnya tidak, mati berangan. Ya, mati berangan akan informasi yang tidak dapat dimengerti dari gawai sendiri yang masih diperbaiki. Tugas-tugas tantangan Lageruna dan pekerjaan pun sedikit terhenti oleh karena putus dan matinya informasi.
Penantian dua hari akhirnya berakhir, saat hati ini menunggu dengan penuh sabar dan rasa was-was yang mendalam. Tiba-tiba ku terima telepon yang menggembirakan. “Alhamdulillah pak, gawainya bisa normal lagi,” kata tukang service langgananku. “Alhamdulillah.” Ucapku syukur. Air wajah cerah seketika menghiasi wajahku yang dua hari ini lusuh “mati suri”. Gembira bahwa gawaiku bisa bersamaku lagi.
Aku pun tak sabar, menggugah rasa keingintahuanku. Perlahan kuhidupkan kembali gawaiku. Benar saja, cahaya terang benderang berwarna kebiru-biruan terpancar ke luar dari gawaiku. Pertanda ia pun bahagia menyambut kedatanganku. Notifikasi WhatsApp pun berdentingan tiada henti, penuh kegembiraan, ramai sekali saat bertemu dan bertatap wajah. Suara dentingan itu akhirnya berhenti di angka 1944. Luar biasa dua hari “mati suri” informasi “1944”. “Terima kasih telah kembali,” bisikku merdu.
Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H