Mohon tunggu...
Imam Suhadi
Imam Suhadi Mohon Tunggu... -

Imam Suhadi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Quick Count Fungsi Control sekaligus Sumber Masalah

12 Juli 2014   02:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:36 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Pilkada tersebut hasil quick count 2 lembaga survey adalah sebagai berikut:

14050821702125511014
14050821702125511014

Tabel 4. Hasil Quick Count Pilkada Bali 2013

Hasil perhitungan real count KPUD Bali menetapkan PAS memperoleh 50,02% sedangkan PASTIKERTA 49,98%.

Kenapa Terjadi Perbedaan?

Kekuatan Quick count sangat bergantung pada bagaimana sampel ditarik. Karena sampel tersebut yang akan menentukan mana suara pemilih yang akan dipakai sebagai dasar estimasi hasil pemilu. Sampel yang ditarik secara “benar” akan memberikan landasan kuat untuk mewakili karakteristik populasi. Oleh karena itu estimasi quick count akan akurat apabila mengacu pada metodologi statistik dan penarikan sampel yang ketat serta diterapkan secara konsisten di lapangan. Kekuatan quick count juga sangat tergantung pada identifikasi terhadap faktor-faktor yang berdampak pada distribusi suara dalam populasi suara pemilih.

Faktor-faktor yang berdampak pada distribusi suara, harus benar-benar diidentifikasi untuk mendapatkan karakteristik yang sama dengan populasi. Proses sampling berpengaruh besar. Kesalahan pengambilan sampling dapat menjadikan hasil quick count menjadi sangat bias. Sebagai deskripsi, kalaulah TPS-TPS yang menjadi sample adalah TPS-TPS yang berada di kantong-kantong suara Prabowo-Hatta menjadi wajar hasil quick count akan memenangkan Prabowo-Hatta, demikian pula jika sample adalah TPS-TPS yang berada di kantong-kantong suara Jokowi-JK, tentu hasilnya akan memenangkan Jokowi-JK.

Dengan kondisi geografis Indonesia yang tidak mudah, dimana masih banyak daerah yang sulit dijangkau transportasi, sinyal layanan telekomunikasi juga tidak ada, belum lagi pertimbangan biaya, tidak mustahil lembaga survey melakukan pengambilan sampel TPS di daerah-daerah yang mudah diakses. Bila tidak cermat, hal ini dapat menjadi sebab hasil quick count menjadi bias.

Saya tidak akan terlalu dalam menyoroti hal tersebut. Saya lebih ingin menyoroti hal yang lebih fuundamental dalam quick count Pilpres 2014 yaitu penentuan jumlah sample.

Dalam rilis 13 Juni 2014 yang dikeluarkan oleh ketua KPU Husni Kamil Manik, Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada Pilpres 2014 ini KPU mengurangi 66.620 Tempat Pemungutan Suara (TPS), menjadi 478.685 TPS. Penentuan sample atas populasi TPS ini memegang peran yang sangat penting terhadap signifikansi hasil quick count.

Dari total 478.685 TPS tersebut, dengan confidence level 99% dibutuhkan paling tidak sejumlah 16.082 TPS untuk margin of error 1%. Penggunaan 2.000 TPS sebagai sample quick count, akan menghasilkan margin of error sebesar 2,878%. Penggunaan 4.000 TPS sebagai sample quick count akan menghasilkan margin of error 2,031%. Sedangkan Penggunaan 5.000 TPS sebagai sample quick count akan menghasilkan margin of error 1,655%. Sayangnya para lembaga-lembaga survey saat ini tidak menjelaskan berapa jumlah TPS yang mereka jadikan sampel. Mereka hanya mengklaim bahwa margin of error mereka 1%, bahkan ada yang mengatakan kurang dari 1%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun