Mohon tunggu...
Imam Sudrajat
Imam Sudrajat Mohon Tunggu... Konsultan - easy going

Making good life sense...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

18 Hari Lagi, Apakah Akan Muncul McQueen dalam Film "Cars" di Indramayu?

21 November 2020   18:39 Diperbarui: 21 November 2020   18:55 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah-langkah pun telah dilakukan Pemerintah Daerah setempat. Kabupaten Indramayu telah mengusulkan penambahan gerbang tol di Jalan Raya Lohbener sebagai akses di sebelah utara Indramayu, sementara saat ini hanya ada gerbang Cikedung untuk akses di sebelah selatan selain Gerbang Tol Kertajati yang notabene berada di Kabupaten Majalengka. Diharapkan dengan adanya penambahan gerbang tol di sebelah utara mempermudah pengguna tol untuk masuk atau keluar Indramayu. Tapi, apakah itu cukup? Atau apakah langkah itu tepat?

Serupa dengan Route 66, jalur Pantai Utara Jawa pun demikian. Yang mana Kawasan Jalur Pantai Utara (Pantura) yang pada era sebelum 2015 merupakan jalur terpadat dan tersibuk di Pulau Jawa, dengan total panjang 1.316 kilometer membentang di sepanjang pesisir pantai Utara dari Merak, Banten hingga Ketapang di Jawa Timur.

Secara epistemologi, jalur pantura yang didirikan oleh Herman Willem Daendels terbagi menjadi dua yaitu pada tahun 1801 - 1808 dari Anyer, Banten, ke Jalur Selatan Bogor - Bandung - Sumedang - Cirebon tembus hingga Panarukan atau yang dikenal sebagai Jalan Raya Pos. Dan yang kedua menurut catatan dokumen De Haan jalan dari ujung Jawa Barat tembus Batavia - Bekasi - Subang - Indramayu - Cirebon - hingga ke Jawa Timur di garap pada tahun 1814 pada masa Gubernur Netherland Indische ke -37 yaitu Thomas Stanford Raffles.

Kota-kota di Jawa pun pada umumnya dibangun pada masa kolonial Belanda dengan salah satunya mempertimbangkan jangkauan sarana transportasi pada masa itu, yaitu kuda. Rata-rata jarak antarkota antara 40-50 km dengan mempertimbangkan kemampuan kuda sehingga kota-kota itu tumbuh sebagai kota transit pada awalnya kemudian berkembang sesuai karakteristik masing-masing kotanya.

Namun kemudian, seiring perkembangan zaman jalur pantura terus mengalami pembenahan pada dekade 1980-an, dan hingga pada dekade milenium membuat jalur ini menjadi dua arah dengan median jalan ditengahnya. Kemudian dengan semakin padatnya jalur ini dan perkembangan teknologi transportasi, membuat jalan tol menjadi alternatif solusi untuk mengurangi beban jalan arteri. Dengan jalan tol membuat jarak bukan lagi menjadi kendala. 

Dan sebagian pengguna roda empatpun berpikir dengan jalan tol, akan semakin mempersingkat jarak tempuh, mengurangi biaya transportasi, memperlancar arus distribusi barang dan manusia dan pada akhirnya meningkatkan perekonomian juga. Namun demikian, dengan adanya Tol menurunkan jumlah volume kendaraan di Jalur Pantura dan berimbas pada masalah sosial, ekonomi karena lengangnya jalur kota - kabupaten yang di laluinya. Membuat pemerintah daerah berpikir keras agar bisa mencarikan jalan keluar bagi para penjemput rezeki di jalur Pantura.

Menurut Emil Salim (1992, hlm 3) mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan dapat berdampak positif maupun negative.

Dampak positif dari pembangunan adalah dapat meningkatkan kualitas hidup yang terdiri dari meningkatnya kualitas fisik, turunnya angka kematian, dan meningkatkan kesejahteraan. Sedangkan dampak negative dari pembangunan yaitu berkurangnya sumber daya, pencemaran lingkungan, dan redistribusi penduduk. Sedangkan menurut Soediono (1985:17) yaitu: "Pembangunan merupakan perubahan susunan dan pola masyarakat yang akan merangsang lapisan-lapisan masyarakat dan dengan adanya teknologi maka pertumbuhan ekonomi akan semakin pesat".

Dari segi geografis dan administratif di Pantai Utara Jawa Barat sendiri, terdapat beberapa kabupaten dan kota yang dilalui jalan tol seperti : Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Kota Cirebon.

Hanya saja, tidak seperti , Bekasi, Purwakarta dan Karawang yang merupakan daerah penyangga DKI Jakarta, dan menjadi kawasan yang terlebih dahulu maju dari sektor industri, manufaktur dan jasa, serta Subang yang merupakan wilayah Industri dan Garmen serta posisinya dekat dengan Kota Bandung. Kemudian Cirebon yang merupakan wilayah Pusat Kegiatan Nasional. Sementara itu Indramayu yang secara geografis posisinya berada ditengah - tengah dan di sudut timur laut Jawa Barat.

Dari sekian Kabupaten dan Kota di Pantai Utara Jawa Barat tersebut yang paling bernasib kurang baik bak "radiator spring" adalah Kabupaten Indramayu, hal ini dapat dilihat dari jumlah lalu lalang kendaraan dari luar kota baik di Pantura maupun di pusat kota Indramayu yang terlihat dipadati dari kendaraan masyarakat lokal saja dan cenderung lengang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun