Kemudian rindangnya pepohonan yang bisa dijadikan tempat berteduh dan beristirahat saat terik matahari. Bagi anda yang kesana hanya  sekedar untuk menikmati suasana pulau sambil beristirahat, bisa dengan mengikat Hammock di antara pepohonan yang rindang ditambah dengan semilirnya angin sepoi-sepoi.
Sementara itu  untuk alat snorkeling dan kamera underwater biasanya para pengunjung menyewa di tempat penyewaan alat snorkeling yang berada di Luwuk, karena di Desa Kampangar sendiri belum memiliki alat tersebut.  Setelah kami memasang semua alat snorkeling dari kacamata, snorkle, kaki katak (Fin), kami langsung masuk kedalam pelukan air laut. Saya mengeksplore alam bawah lautnya dengan berenang dan snorkeling.
Hanya saja, pemandangannya yang sudah bagus tidak dibarengi dengan sarana dan prasarana yang bagus juga. Fasilitas di Pulau ini tidak terawat. Karena ketika kami kesana pada Oktober 2020, kami melihat fasilitas -- fasilitas seperti gazebo, toilet, cottage, ruang meeting dan cafe sudah tak terawat lagi dan rusak.Â
Jika stakeholders di Kabupaten Banggai sadar wisata semestinya perlu dilakukan pembenahan dan peningkatan. Selain itu juga hal yang perlu ditambahkan dan dibenahi adalah terkait zona berenang dan snorkeling serta dibuatkan pembatas zona agar para pengunjung merasa aman dan nyaman saat berada di pulau ini. Bila perlu, lakukan benchmarking atau studi banding dengan Pulau Padar yang merupakan kembarannya Pulau Dua di Labuan Bajo.Â
Kalau di Labuan Bajo ada spot "Manta Point" yakni tempat melihat ikan pari di laut yang menjadi nilai tambah sebuah kawasan wisata. Hal ini juga bisa diterapkan di Pulau Dua dengan menggali lagi kira-kira potensi dan kearifan lokal apa yang bisa dijadikan "value added" kawasan wisata. Namun demikian patut kita sadari bahwa lain ladang lain ilalang, lain lubuk lain ikannya.Â
Jadi kira-kira apa yang perlu dikembangkan kedepannya disesuaikan dengan potensi dan kearifan lokal di daerah itu, supaya Pulau Dua makin terkenal. Selain itu tetap harus ada "diferensiasi" atau pembeda antar kawasan wisata namun tetap bisa dijual dan memberikan nilai tambah.Â
Disaat yang sama dari segi infrastuktur, akses jalan dari Luwuk ke Desa Kampangar dibeberapa spot akses jalannya terlalu sempit hanya cukup dilewati satu mobil dan satu motor merupakan salah satu kendala, dan mungkin bisa dicarikan alternatif solusi dengan cara diperlebar. Dan padahal jika semua itu dibenahi mungkin bisa meningkatkan antusiasme para wisatawan yang hobby menikmati pemandangan alam yang masih bersih, suci bak seorang perawan.
Akhirnya setelah kurang lebih enam (6) jam kami menikmati pesona Pulau dua dari pukul 09.00 sampai 15.00, tak terasa waktu sudah menunjukkan mulai senja, kami pun bergegas kembali ke pantai desa Kampangar, sebagian ada yang masih ber-swa foto, ada yang mandi bilas, setelah berenang dan snorkeling, dengan suplai air yang terbatas dan sebagian menikmati sajian sore berupa kopi dan teh hangat sembari berbincang -- bincang dengan Pak Made, terkait fasilitas yang tidak terurus di Pulau Dua.