Mohon tunggu...
Imam Subkhan
Imam Subkhan Mohon Tunggu... Penulis - Author, public speaker, content creator

Aktif di dunia kehumasan atau public relations, pengelola lembaga pelatihan SDM pendidikan, dan aktif menulis di berbagai media, baik cetak maupun online. Sekarang rajin bikin konten-konten video, silakan kunjungi channel YouTube Imam Subkhan. Kreativitas dan inovasi dibutuhkan untuk menegakkan kebenaran yang membawa maslahat umat. Kritik dan saran silakan ke: imamsubkhan77@gmail.com atau whatsapp: 081548399001

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

YouTube Lebih dari TV

20 Maret 2021   20:43 Diperbarui: 20 Maret 2021   20:51 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.youtube.com/skinnyindonesian24

Sungguh dahsyat dampaknya bukan? Dan bagian terburuknya dari semua ini adalah sulit untuk mencegah terjadinya polarisasi tersebut, karena ini dilakukan oleh Artificial Intelligence (AI) berdasarkan data dan analitik dari kebiasaan (habit) dan tingkah laku (behavior) pengguna internet. 

Bahkan kehebatan teknologi AI, mampu memprediksi atau menebak informasi apa yang sedang ingin dibutuhkan dari pengguna di mesin pencarian internet. AI akan bekerja menganalisis data yang dikumpulkan dari hasil pencarian pengguna di internet, termasuk detail data diri pengguna. Kemudian pemilik media akan menyuplai konten-konten video sesuai minat, kesukaan, dan karakteristik penonton.

Kesadaran Kreator dan Pengguna 

Jika sudah seperti ini, bagaimana cara menghentikan polarisasi di dunia maya yang bisa berujung konflik dan perpecahan pada kehidupan sosial? Satu-satunya jalan, pihak pemilik media tak lagi menerapkan teknologi AI. 

Tetapi hal ini rasa-rasanya mustahil untuk dilakukan, karena ini menyangkut keberlangsungan bisnis mereka. Mereka secara mati-matian akan merebut dan mempertahankan atensi para pengguna internet untuk tetap setia mengakses media sosial.

Lalu apa yang mesti dilakukan? Barangkali yang memungkinkan untuk disentuh adalah para pembuat konten (content creator) dan para pengguna internet itu sendiri. 

Para kreator video seharusnya memiliki tanggung jawab moral dan sosial atas semua konten yang dibuat dan disebarkannya. Jika belum bisa memberi edukasi dan manfaat kepada masyarakat, setidaknya tidak menjerumuskan dan mencelakakan orang lain.

Sedangkan untuk para pengguna, hendaknya memiliki filter, lebih cerdas, dan mau membuka pikiran seluas-seluasnya. Mereka harus sadar sepenuhnya bahwa bahwa konten-konten di media sosial lebih banyak bersifat manipulatif. Semua sudah dibungkus dengan berbagai tujuan dan kepentingan. Apa yang dilihat dan didengar tak lagi semata-mata karena kebutuhan tetapi faktor keinginan dan ambisi. 

Padahal hal-hal yang disukai belum tentu baik untuk dirinya dan orang lain. Selain itu, diperlukan ruang-ruang diskusi dengan orang lain yang berbeda secara pendapat dan pemikiran. Sehingga tak selalu membenarkan secara membabi buta apa yang telah dilihatnya di media sosial.

Pada dasarnya, internet hanyalah alat atau media yang bersifat terbuka, transparan, dan netral. Dia akan selalu menyesuaikan dengan kemauan penggunanya. Dia bisa baik dan bermanfaat bagi orang banyak manakala digunakan untuk hal-hal yang positif dan berfaedah. 

Namun dia bisa jahat dan mencelakakan orang lain di tangan pengguna yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya, semua dikembalikan kepada manusianya bukan teknologinya. Sampai sini sudah percaya, bahwa YouTube lebih dari TV?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun