Apakah habib yang notabene keturunan Nabi bisa salah dan keliru? Ya bisa, selama dia manusia dan makhluk ciptaan Allah, pasti pernah berbuat kekeliruan atau kekhilafan. Oleh karena itu, meminta maaf dan memaafkan harus menjadi kebiasaan dan bukan menjadi barang tabu untuk kita lakukan selama hidup.
Mari kita kedepankan persamaan bukan perbedaan. Mari kita tumbuhkan rasa cinta atau mahabbah di hati kita dengan orang lain, apalagi kepada para habib keturunan Rasul. Mari kita kedepankan rasa husnuzan bukan zuuzan terhadap orang yang berbeda prinsip dengan kita.
Kita jangan terjebak untuk ikut arus pada kubu yang membenci, memaki, dan menjelek-jelekkan kubu lain. Saya yakin, kita cukup cerdas untuk membedakan mana itu kritik yang membangun, dan mana itu makian dan hinaan. Karena cacian hanya akan dibalas dengan cacian, makian dan hinaan akan dibalas pula dengan makian dan hinaan. Meskipun yang membalas bukan dari orang yang telah kita caci maki, tetapi dari orang lain yang merasa ikut panas dan terpancing.
Mari kita utamakan jalan damai bukan konflik dan perpecahan. Mari kita tonjolkan prestasi bukan sensasi.
Mari kita tumbuhkan semangat bersama dalam membangun bangsa ini, apalagi di tengah-tengah keprihatinan kita menghadapi pandemi yang tak kunjung berakhir ini. Mari kita berjuang, berikhtiar, dan berdoa sesuai bidang keahlian dan keyakinan kita. Insya Allah Indonesia akan tetap ada untuk kita. Insya Allah masa depan yang gemilang bisa kita raih bersama, SEMOGA!
Imam Subkhan, Pemerhati Sosial tinggal di Karanganyar, Jawa Tengah
WA: 081548399001
#KitaIndonesia #IndonesiaKita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H