Mohon tunggu...
Imam Subkhan
Imam Subkhan Mohon Tunggu... Penulis - Author, public speaker, content creator

Aktif di dunia kehumasan atau public relations, pengelola lembaga pelatihan SDM pendidikan, dan aktif menulis di berbagai media, baik cetak maupun online. Sekarang rajin bikin konten-konten video, silakan kunjungi channel YouTube Imam Subkhan. Kreativitas dan inovasi dibutuhkan untuk menegakkan kebenaran yang membawa maslahat umat. Kritik dan saran silakan ke: imamsubkhan77@gmail.com atau whatsapp: 081548399001

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kemenangan MU dan Intervensi Tuhan

7 Maret 2019   10:35 Diperbarui: 7 Maret 2019   15:55 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MU Menjebol Kemustahilan

Dramatis, menegangkan, dan mencengangkan. Entah kata-kata apa lagi yang bisa menggambarkan kemenangan Manchester United (MU) saat mengalahkan secara dramatis Paris Saint-Germain (PSG) di ajang Liga Champions pada leg kedua babak 16 besar (7/3/2019). 

Padahal Setan Merah di posisi tertinggal 2 gol, setelah melakoni laga leg pertama di kandang MU sendiri. Seolah-olah peluang MU nyaris tak ada lagi. Mengingat selama ini MU dan tim-tim Inggris lainnya cukup kesusahan untuk bisa lolos di fase 16 besar Liga Champions. 

Terlebih lagi, lawan yang dihadapi adalah tim unggulan bertabur bintang, kemudian ketinggalan agregat 2 angka, dan bermain di kandang PSG, yakni stadion Parc des Princes, Perancis. 

Tentu menjadi sebuah misi yang mustahil bagi MU. Sementara di tubuh MU sendiri, beberapa pemain andalannya pun tak bisa dimainkan, karena cidera dan diganjar kartu merah. Ini menggambarkan, betapa sangat sulitnya MU untuk bisa membalikkan keadaan.

Oleh karena itu, saya merasa, kemenangan MU kali ini benar-benar membuktikan fakta adanya "campur tangan" Tuhan. "Ini takdir terbaik Tuhan untuk MU." Kemenangan MU sepertinya sudah ditulis di Lauhul Mahfuz. Jika Tuhan sudah intervensi, maka tak ada lagi manusia sehebat apa pun yang bisa melawannya. Manusia akan tunduk dan kalah. Manusia yang notabene sebagai makhluk atau ciptaan, hanya bisa patuh dan taat atas ketentuan Tuhan. 

Dan ini bisa terjadi kapan saja dan ke siapa saja, termasuk urusan siapa yang kelak jadi presiden di negeri ini. Saya yakin, Tuhan telah menuliskan nama presiden kita di catatan abadi-Nya. Sehebat apa pun skenario, rekayasa, manipulasi, agitasi, dan strategi politik manusia, tetap saja akan kalah dan hancur oleh rekayasa Tuhan. Karena Tuhan adalah Sang Sutradara yang memainkan manusia sesuai peran-perannya, dan menentukan seperti apa hasil akhir cerita kehidupan manusia itu sendiri.

Pertanyaannya, mengapa kemenangan MU kali ini begitu terlihat campur tangan Tuhan? Coba kita perhatikan baik-baik, tiga gol MU, semua dilesakkan karena kesalahan pemain PSG. Bayangkan saja, penguasaan bola MU hanya 20%, meskipun ada peningkatan sedikit di babak kedua. 

Dengan ball possession minim ini, tentu sangat sulit bagi MU untuk bisa menciptakan peluang secara murni di kotak penalti PSG. Selama pertandingan, MU nyaris hanya bertahan dan bertahan. MU seolah-olah hanya menunggu momentum kelengahan lawan dan bantuan Tuhan.  

PSG yang Tiba-Tiba Baik Hati

Benar saja, kesempatan menjebloskan gol pun diberikan cuma-cuma oleh pemain PSG. Seolah-olah, pemain PSG sangat berbaik hati kepada MU untuk bisa lolos ke perempat final Liga Champions. 

Gol pertama Lukaku atas kesalahan umpan pemain belakang PSG. Sumber foto: tribunnews.com
Gol pertama Lukaku atas kesalahan umpan pemain belakang PSG. Sumber foto: tribunnews.com
Gol pertama MU oleh Romelu Lukaku di menit kedua, karena kesalahan pemain belakang PSG, Thilo Kehrer saat mengumpan di lini pertahanan sendiri. 

Dengan mudah, Lukaku berhasil menyambar bola dan mengonversinya menjadi gol, setelah melewati penjaga gawang PSG, Gianluigi Buffon. Gol kedua MU di menit ke-30, juga ditorehkan oleh Lukaku.

Kali ini sang kiper, Buffon yang bikin kesalahan tak perlu. Bola tembakan Marcus Rashford yang sebenarnya tak terlalu keras, tak berhasil didekapnya dengan baik. Bola reborn itu pun langsung dicocor oleh Lukaku yang sudah berdiri di depan gawang dan menghasilkan gol kedua bagi MU.

Sedangkan gol ketiga MU seolah-olah menjadi klimaks dari cerita yang dimainkan Tuhan. Gol ketiga ini didapatkan dari titik penalti oleh Marcus Rashford. 

Gol ketiga ini benar-benar dramatis, mengingat terjadi di masa injury time. Adalah Presnel Kimpembe, pemain PSG yang sebenarnya tak begitu jelas menyentuh bola dengan tangannya di kotak penalti. Sebenarnya dia hanya berupaya menghalau tendangan bola dengan lompatan tubuhnya. 

Semula, wasit pun tak menganggap itu sebuah pelanggaran atau terjadi hands ball, sehingga hanya memberikan tendangan sepak pojok. Tetapi tiba-tiba wasit tampak berkomunikasi dengan petugas Video Assistant Referee (VAR), dan akhirnya memutuskan memberikan hadiah hukuman penalti. 

Gol ketiga MU oleh Rashford dari titik putih penalti. Sumber foto: tempo.co
Gol ketiga MU oleh Rashford dari titik putih penalti. Sumber foto: tempo.co
Marcus Rashford pun sebagai eksekutor tak menyia-nyiakannya. Tendangannya begitu kencang menjebol gawang Guffon yang sebenarnya arah antisipasinya sudah benar. Tetapi bola sedikit naik ke atas, sehingga tangan Guffon tak bisa meraih bola.

Akhirnya buyar sudah impian PSG untuk menjadi juara Liga Champions musim ini. Mereka merasa, laga dini hari tadi seolah-olah akan menjadi misi yang mudah untuk menuntaskannya. 

Mengingat mereka telah unggul 2 angka dari MU saat tanding di Old Trafford. Justru di kandang PSG sendiri, mereka kalah dengan skor 3-1 untuk kemenangan MU. Meskipun agregat sama kuat 3-3, tetapi MU lebih unggul gol laga tandang. Sehingga MU-lah yang berhak lolos ke babak perempat final Liga Champions 2019.

PSG tersingkir secara dramatis dan menyedihkan. Seluruh pemain, pelatih, dan fans PSG hanya bisa meratapi kekalahan ini. Mereka masih tak percaya atas kekalahan yang dialaminya. 

Sekelas pemain bintang PSG, Neymar, yang tak bisa bermain karena cidera, masih belum mengakui kekalahan. Neymar menyesalkan kejadian tendangan penalti di masa injury time. 

Dia mengatakan, "Ini sangat memalukan. Mereka menaruh empat orang yang tak tahu apa-apa soal sepak bola guna mengurusi VAR. Itu tidak penalti."

Sekeras apa pun protes kubu PSG, sejarah telah memihak pada Setan Merah. MU di bawah kepemimpinan pelatih Ole Gunnar Solskjaer benar-benar sedang moncer. Tak hanya di liga domestik yang kini merangkak naik posisinya, di ajang liga tertinggi Eropa pun mereka bisa bersuara. Mereka tak lagi diremehkan. 

Bahkan mereka bisa menjadi kandidat juara Liga Champions musim ini. Bukan sesuatu yang mustahil dan tak mungkin. Nyatanya, mereka telah sukses mengemban sebuah misi tak mungkin "mission impossible". Sebab dalam sejarah Liga Champions, belum pernah ada tim yang bisa comeback setelah kalah dua gol atau lebih di kandang sendiri.

Luar biasa bukan? Itulah jika Tuhan sudah campur tangan atau intervensi, segalanya yang tak mungkin menjadi mungkin dan niscaya. Manusia tak bisa berbuat apa-apa. Manusia itu lemah dan tak berdaya. Kekuatan yang dimiliki manusia semata-mata dari Tuhan. 

Maka, hendaknya kita tak boleh sombong di dunia ini. Sesama manusia, kita harus saling menghormati dan menghargai, meskipun di antara kita berbeda pendapat dan keyakinan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari semua peristiwa.

Penulis Imam Subkhan, fans berat CR7

#ligachampions #psgvsmu #comebackmu #missionimpossible

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun