Kita saja, mau menghadap pejabat atau pimpinan di tempat pekerjaan kita, berusaha berpenampilan baik dan sopan. Bahkan jauh-jauh hari telah kita siapkan, termasuk kata-kata yang mau kita sampaikan. Sedangkan ini mau menghadap pemimpinnya para pemimpin, penguasa manusia dan alam semesta, sudah semestinya kita mengenakan pakaian terbaik.
Meskipun di dalam fikih, asal kita menutup aurat, maka salat kita sudah dianggap sah. Tetapi apakah pantas, kita yang laki-laki salat hanya mengenakan sarung atau celana saja, hanya menutup bagian pusar hingga lutut, sementara tubuh yang lain terbuka. Tentu saja tidak pantas dan etis. Itulah yang saya namakan akhlak.
Dalam beragama, akhlak terhadap Tuhan, Rasul, Ulama, Guru, Orangtua, dan sesama menjadi hal yang utama. Bukan sekadar benar secara syariat saja, tetapi juga adab, kesopanan, dan kesantunan menjadi penyempurna amal dan akhlak seseorang.
Terakhir di tulisan saya ini, marilah kita menjadi umat yang tengah-tengah, yang tidak menganut paham ekstrem kanan atau kiri. Tidak terlalu radikal, namun juga tidak terlalu longgar dan moderat. Kita tetap punya identitas sebagai seorang muslim, yang mau menghargai perbedaan di sekitar kita. Keseimbangan dalam hal apa pun menjadi baik buat kita.
Dalam kehidupan ini, kita tidak saja mengejar kebahagiaan di akhirat, sehingga tak boleh melupakan urusan dunia. Dunia-akhirat adalah sekadar dikotomi keilmuan, namun sejatinya adalah tunggal, sebagai bentuk penghambaan mutlak kepada Sang Pencipta. Mari kita tunaikan kewajiban dan hak-hak kita, sebagai hamba Tuhan dan makhluk sosial secara adil dan seimbang. Semoga kita bisa menjadi agen kemanfaatan dan kemaslahatan umat manusia, tanpa terkecuali. Allahua'lam.
#MuslimBerakhlakMulia    Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI