Mohon tunggu...
Imam Subkhan
Imam Subkhan Mohon Tunggu... Penulis - Author, public speaker, content creator

Aktif di dunia kehumasan atau public relations, pengelola lembaga pelatihan SDM pendidikan, dan aktif menulis di berbagai media, baik cetak maupun online. Sekarang rajin bikin konten-konten video, silakan kunjungi channel YouTube Imam Subkhan. Kreativitas dan inovasi dibutuhkan untuk menegakkan kebenaran yang membawa maslahat umat. Kritik dan saran silakan ke: imamsubkhan77@gmail.com atau whatsapp: 081548399001

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anakku, Najwa, Punya Teman Khayalan, Normalkah?

30 Juli 2017   20:59 Diperbarui: 31 Juli 2017   10:53 2031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Najwa Aliya Fikriyah, anakku nomor 2.

Hari itu, si bungsu, Najwa tidak sekolah. Jadwal sekolah Najwa, seminggu tiga kali. Tumben hari itu, pada saat bangun, dia tidak merengek-rengek untuk pergi ke sekolah. Biasanya, begitu bangun, mendapati kakaknya siap-siap mau berangkat sekolah, dia sudah narik-narik tangan saya, sambil bilang "Ayah, Najwa sekolah, ayo Ayah...!" Sebagai orangtua, tentu saya sangat senang, Najwa semangat ke sekolah, meskipun masih di jenjang prasekolah atau pendidikan anak usia dini (PAUD). Karena ada sebagian anak yang justru susah untuk diajak ke sekolah. Bahkan ada yang menangis dan berontak, sehingga harus dirayu-rayu terlebih dahulu.

Hari itu, begitu bangun dari tidur, dia masih berada di atas kasur, sambil memainkan boneka kucingnya "talking tomcat", yang bisa menirukan suara orang bicara di dekatnya. Ternyata semalam, dia meletakkan boneka mainannya tersebut di atas bantal, persis di samping dia tidur. Saya amati, tampak dari mulut mungilnya sedang mengajak bonekanya bercakap-cakap. Dengan suara yang yang tidak begitu jelas, dia tampak asyik mengajak dialog bonekanya, sesekali senyum dan tawanya terdengar.

Saya menjadi penasaran, apa sebenarnya yang sedang diomongkan Najwa. Bahasa sekarang, saya sedang kepo,akronim dari Knowing Every Particular Object, yang artinya sebutan untuk orang yang serba ingin tahu urusan orang lain. Kemudian, perlahan-lahan saya mendekat ke arah jendela, tanpa diketahui oleh Najwa. Saya tempelkan telinga di dinding dekat lubang jendela. Lama saya terpaku di situ. Namun, saya belum mendengar celoteh dari mulut mungil Najwa. Lalu saya intip dia, ternyata sedang menyusun mainan bola-bola kecil, yang ditata rapi, berjajar dengan boneka tomcat-nya.

"Puss, amu andi ulu yaaaa, elus ke aju agus...!" Barulah terdengar suara Najwa yang mengajak si tomcat untuk mandi dan pakai baju bagus. Aku tersenyum sendiri, sambil menahan tawa yang hampir mau lepas. Najwa di usia 3,5 tahun, ngomongnya memang belum jelas. Hanya beberapa kata saja yang sudah sangat jelas. Tetapi, sesungguhnya dia lumayan cerewet ketika di rumah, terutama dengan orang-orang yang sudah dikenal, seperti ayahnya, mamanya, kakaknya, dan kakek-neneknya. Saya tak terlalu khawatir dengan perkembangan bahasanya, seiring waktu, dengan dia semakin banyak bersosialisasi dengan teman-teman di sekolah, saya yakin akan melancarkan bahasanya. Masa kecil saya juga tak jauh berbeda. Kata simbok,kelas 3 SD saja, saya masih cadel untuk beberapa kata.

Nah, para pembaca yang baik, kembali ke cerita Anakku yang sedang asyik bermain dengan bonekanya. Mungkin Anda pernah mendengar istilah teman khayalan. Apa yang lakukan Najwa, adalah sedang mengajak teman khayalannya, bernama boneka tomcat bermain bersama, seperti layaknya teman. Mungkin, waktu kecil Anda pun pernah punya teman khayalan. Anda bahkan memberinya nama, dan kerap bercakap-cakap dengannya seolah si teman sedang berada di hadapan Anda. Dan tidak sedikit dari putra-putri Anda yang di rumahnya, juga punya teman khayalan, seperti yang dialami Najwa.

Barangkali, bagi seorang ibu yang baru pertama kali menghadapi teman khayalan anak, bisa terasa aneh dan membingungkan. Bahkan mungkin ada yang merasa khawatir dengan perkembangannya. Lalu, siapa sebenarnya teman khayalan ini? Bagaimana awal mula anak punya teman khayalan?

Nah, saya pernah membaca artikel tentang teman khayalan anak ini di Tabloid Nakita. Bahwa si teman khayalan ini biasanya muncul saat anak memasuki usia prasekolah. Teman khayalan muncul di masa ini, karena kemampuan kognitif dan bahasa anak sedang berkembang. Salah satu ciri khas perkembangan kognitifnya adalah pemikiran yang egosentris dan animistik. Anak percaya bahwa benda mati memiliki kualitas seperti mahluk hidup yang bisa berpikir, berharap, dan memiliki perasaan seperti dirinya. Di masa ini pun, anak sedang berkembang daya imajinasinya, yang memungkinkan anak menciptakan teman khayalan.

Bentuk teman khayalan bisa bermacam-macam, pokoknya semua hal yang diinginkan anak. Bisa berupa mainan seperti mobil-mobilan, boneka, atau bahkan binatang piaraan seperti kucing, anjing, dan lainnya. Beberapa anak bahkan memberikan nama pada teman khayalannya.

Dari penelitian diketahui, ternyata anak yang mempunyai teman khayalan ini banyak yang memiliki inteligensi tinggi dan kreatif. Meski demikian, dalam beberapa kasus diketahui pula, anak yang bermasalah dalam penyesuaian diri dan emosi juga cenderung memiliki teman khayalan.

Ada berbagai macam alasan, mengapa anak menciptakan teman khayalan, yaitu:

1. Sedang tidak punya teman. Anak merasa kesepian dan butuh teman bermain atau tempat curhat. Boleh jadi hal itu disebabkan kedua orangtuanya sedang tidak dapat meluangkan waktu untuk bermain dengannya.

2. Sedang tak ingin menjalin interaksi dengan orang lain. Akibatnya, anak melampiaskan segala sesuatunya pada teman khayalan. Namun, ini tidak mutlak. Bisa saja anak memiliki kemampuan menjalin interaksi yang baik, tetapi jika ia tidak memiliki wadah atau tak ada teman bermain, ia akan mengembangkan teman khayalan.

3. Punya pengalaman negatif. Anak-anak yang ditolak oleh lingkungan atau kerap mendapat perlakuan tidak menyenangkan, cenderung lebih menyenangi solitary play dan menjadikan mainan-mainannya sebagai teman-teman yang hidup.

4. Egosentris. Anak ingin mempunyai teman yang selalu mendengarkannya, menurut padanya, dan tahu apa yang diinginkan. Hal ini terjadi karena menurut tahapan perkembangan memang di usia ini anak cenderung egosentris, di mana segala sesuatu harus didasarkan atas keinginannya.

Maka dari pemaparan di atas, kita dapat menyimpulkan, teman khayalan hadir untuk memenuhi kebutuhan si kecil dalam mengekspresikan emosi yang dirasakan. Tak heran, teman khayalan kadang dapat berperan sebagai sosok yang disalahkan atau alter ego. Misal, anak menggunakan teman khayalannya sebagai tersangka atas mainannya yang hilang. Selain itu, teman khayalan juga berfungsi sebagai teman bermain yang menyenangkan. Ini karena biasanya anak menciptakan teman khayalan dengan karakteristik yang disukainya.

Jadi, ketika anak kita memiliki teman khayalan, tak usah khawatir. Itu tetap normal, karena bagian dari tahapan perkembangannya. Terpenting anak kita terus bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan. Yang mengkhawatirkan justru, ketika orang-orang dewasa seperti kita, masih memiliki teman khayalan. Ini parah, harus kita periksakan ke psikiater atau dokter jiwa. Ha ha ha........

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun