Proyek reklamasi pada saat ini masih terhadang di masalah AMDAL dan Ibu Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan sudah membuat statement yang secara diplomatis intinya beliau menolak. Jadi, ibu menteri memberi isyarat kepada investor jika mereka mau mengurug Teluk Benoa seluas 800 hektar, mereka juga harus menyediakan 800 hektar lahan di Bali Selatan untuk menampung air ketika hujan karena saat ini di Bali Selatan dan belum diurug saja jika hujan dalam waktu dua sampai tiga jam sudah banjir. Bayangkan jika ada pulau baru lalu mau dikemanakan air tersebut.
Alasan pihak investor yang lain adalah Bali perlu destinasi pariwisata di Bali yang secara tidak langsung sudah merendahkan potensi pariwisata asli di Bali. Lalu apa yang dimaksud destinasi yang kurang ? Jawabanya adalah F1 (Formula Satu), wahana macam Sea World, Disney Land, hotel – hotel internasional, rumah sakit internasional, intinya mau disamakan seperti Dubai, Qatar dan sebagainya. Orang yang datang ke Bali bukan dibuat untuk melihat alam dan budaya di Bali tetapi mengajak supaya datang ke Bali untuk shoping dan menghabiskan uang di pulau tersebut.
Pihak investor mengklaim akan menyediakan 250.000 tenaga kerja baru yang dalam kenyataanya sekarang saja hotel, restoran, dan sebagainya di Bali tenaga kejanya kebanyakan orang – orang luar Bali. Lalu pertanyaan lainya adalah efek dari 250.000 tenaga kerja baru untuk Bali itu apa sementara saat ini kondisi jalan di Bali Selatan macetnya hampir menyerupai Jakarta apalagi jika ada tambahan 250.000 tenaga kerja baru. “Saya dulu biasanya naik sepeda dari rumah saya ke pantai tidak sampai 10 menit tetapi, sekarang karena adanya proyek yang banyak naik sepeda sebentar – sebentar harus berhenti mencari celah karena saking padatnya kendaraanya bahkan macetnya bisa 2-3 KM” ucap Jerinx. Selain itu dalam beberapa pengalaman dan beberapa kasus mega proyek seperti yang ada di Pulau Serangan sekitar tahun 90an, ini sudah banyak terjadi orang lokal hanya dijadikan pekerja dan hanya dikontrak sekitar beberapa bulan. Setelah mendapatkan SDA yang lebih bagus orang lokal pada akhirnya akan diberhentikan, dijadikan tukang kebun atau paling banter jadi satpam.
Jika sudah seperti ini kita dapat melihat bahwa warga lokal asal Bali seperti hanya dijadikan sapi perah sementara mereka tidak mendapatkan perhatian atas hak – haknya. Semua yang lebih dipentingkan adalah masalah tourisme dan sebagainya.
Sekali lagi bukan hanya orang Bali yang harus mendukung gerakan seperti ini tetapi siapa saja yang cinta dengan keutuhan alam Bali boleh ikut serta. Karena ketika reklamasi dilakukan bencana tidak mengenal orang baik maupun jahat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H