Mohon tunggu...
Imam Solehudin
Imam Solehudin Mohon Tunggu... -

Nama saya Imam Solehudin saya berasal dari kota Purworejo Jawa Tengah. Lahir di Purworejo 15 November 1996. Sekarang menempuh study di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Prodi Ilmu Komunikasi. Seorang dengan hidup yang sederhana yeeee. Fans Superman Is Dead Juga cheers dan Endank Soekamti too88zzt. Tapi jangan lupa follow IG ya : imamimamso :D

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jerinx dan Bali Tolak Reklamasi

3 Januari 2016   22:23 Diperbarui: 6 Januari 2017   16:47 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diambil dari akun facebook Jrx

Penolakan reklamasi yang sudah berjalan sekitar tiga tahun itu sebenarnya hanya melawan politik tanah murah karena secara faktual harga tanah di seluruh Indonesia bahkan mungkin di Asia Tenggara  paling mahal itu adalah di Bali Selatan. Bali Selatan Sendiri meliputi Kuta, Nusa Dua, Jimbaran, Seminyak dan Sekitarnya. Jadi investor ingin membuat bagaimana mereka memiliki aset tanah seluas 800 hektar tanpa harus membeli tanah yang telah ada tersebut dengan cara mengurug laut. Nah, dengan mengurug tanah seluas 800 hektar tersebut itu biayanya jauh lebih murah dibanding membeli tanah yang sudah ada. Sayangnya daerah yang hendak diurug itu adalah daerah konservasi yang artinya daerah itu mutlak harus dilindungi, tidak dapat diganggu gugat, tidak boleh dibangun apapun juga.

Pihak investor membuat perjanjian rahasia dengan Bendesa adat (kepala atau pemimpin daerah tersebut) selama seratus tahun menyewa tanpa sepengetahuan warganya. Mungkin karena karma juga akhirnya terbongkar dan terjadilah banyak reaksi dari masyarakat setempat yang menolak adanya pembangunan (reklamasi) di daerah yang jelas – jelas itu daerah konservasi.

Pihak investor tersebut benar - benar bukan orang sembarangan bahkan dapat mempengaruhi orang nomor satu di Indonesia. Terbukti beberapa minggu sebelum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono habis masa jabatannya, presiden membuat suatu keputusan yaitu “Keputusan Presiden No. 51 Tahun 2014” yang isinya mencabut status kawasan Teluk Benoa dari konservasi menjadi pemanfaatan umum yang artinya boleh diurug.

Pihak investor sudah mengucurkan dana sekitar 1 Trilyun Rupiah (1000 Milyar Rupiah) untuk proyek ini dan seharusnya proyek ini telah berjalan sekitar dua atau tiga tahun lalu tetapi sampai sekarang proyek ini masih tertahan di AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan) dan adanya eksistensi dari masyarakat lokal. 

Superman Is Dead adalah salah satu band asal Bali yang menolak reklamasi, selain itu Navicula, The Hydrant dan berbagai musisi serta seniman asal Bali juga turut iku dalam gerakan tersebut. Selain orang dari Bali juga banyak orang diluar Bali yang turut mendukung aksi tersebut salah satunya sang penulis. Namun pada kesempatan ini saya mencoba bercerita dari sang idola saya yaitu Jerinx.

Sumber gambar : bali.bisnis.com

Sebagai aktivis “Bali Tolak Reklamasi” Jerinx juga kerap diteror. Teror mulai sekitar dua tahun yang lalu yang banyak orang mulai mencari dimana alamat Jerinx, telepon yang tidak jelas, dicari – cari aparat, difitnah homo, dituding hanya mempermalukan Bali, dituding ini itu masih banyak lagi. Namun untungnya adanya sosial media sangat membantunya mengatasi masalah tersebut. Kelompok yang melawan kubu pro reklamasi tersebut yaitu ForBali (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi) yang isinya ada pengacara, seniman, aktivis, musisi, orang – orang spiritual dan yang lainya.

Selain turun di jalan Jerinx sangat memanfaatkan sosial media, dia juga sering dihubungi dan diwawancarai media masalah situasi tentang penolakan reklamasi tersebut mulai dari majalah, surat kabar, televisi dan yang lainya.

Masih ingat saat Christiano Ronaldo bersama mantan presiden SBY menanam mangrove di Bali? Nah, itulah salah satu pencitraan yang dilakukan pihak investor supaya terlihat bahwa mereka akan melindungi hutan mangrove. Saat itu pula SID (Superman Is Dead) ditawari oleh pihak investor untuk menjadi ambassador penanaman mangrove tersebut yang jika itu diterima, gampanglah SID terkenal, akan dipermudah konsernya, tidak ada kesulitan ini itu, manggung di luar negeri tanpa diundang gampang lah dan lain sebagainya. Jerinx mengatakan bahwa ia menolak tawaran tersebut dengan banyak pertimbangan dan sudah dibicaraka dengan beberapa pihak dengan alasan yang sebenarnya konyol yaitu sedang siduk membuat album. Ini terjadi sebelum isu tentang Teluk Benoa muncul. Termasuk rencana pembanguna jalan tol diatas laut yang katanya dapat mengurangi kemacetan di Bali.

Sekarang setelah penolakan tawaran tersebut konser SID di Bali mulai dipersulit dan jika ingin konser harus menandatangani surat kesepakatan bahwa tidak boleh membicarakan tentang tolak reklamasi. Tetapi dengan cara lain SID yang beranggotakan Jerinx, Bobby Kool, dan Eka Rock tetap konser tanpa bicara soal penolakan reklamasi tetapi mereka menggunakan kaos bertuliskan “Bali Tolak Reklamasi” dengan masuk ke panggung menggunakan lakban di mulut mereka dan mengangkat tangan kiri selama sekitar 15 detik. Setelah itu konser SID di rumah sendiri yaitu di Bali benar – benar dibuat sulit dan nyaris semuanya dibuat gagal.

Proyek reklamasi pada saat ini masih terhadang di masalah AMDAL dan Ibu Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan sudah membuat statement yang secara diplomatis intinya beliau menolak. Jadi, ibu menteri memberi isyarat kepada investor jika mereka mau mengurug Teluk Benoa seluas 800 hektar, mereka juga harus menyediakan 800 hektar lahan di Bali Selatan untuk menampung air ketika hujan karena saat ini di Bali Selatan dan belum diurug saja jika hujan dalam waktu dua sampai tiga jam sudah banjir. Bayangkan jika ada pulau baru lalu mau dikemanakan air tersebut.

Alasan pihak investor yang lain adalah Bali perlu destinasi pariwisata di Bali yang secara tidak langsung sudah merendahkan potensi pariwisata asli di Bali. Lalu apa yang dimaksud destinasi yang kurang ? Jawabanya adalah F1 (Formula Satu), wahana macam Sea World, Disney Land, hotel – hotel internasional, rumah sakit internasional, intinya mau disamakan seperti Dubai, Qatar dan sebagainya. Orang yang datang ke Bali bukan dibuat untuk melihat alam dan budaya di Bali tetapi mengajak supaya datang ke Bali untuk shoping dan menghabiskan uang di pulau tersebut.

Pihak investor mengklaim akan menyediakan 250.000 tenaga kerja baru yang dalam kenyataanya sekarang saja hotel, restoran, dan sebagainya di Bali tenaga kejanya kebanyakan orang – orang luar Bali. Lalu pertanyaan lainya adalah efek dari 250.000 tenaga kerja baru untuk Bali itu apa sementara saat ini kondisi jalan di Bali Selatan macetnya hampir menyerupai Jakarta apalagi jika ada tambahan 250.000 tenaga kerja baru. “Saya dulu biasanya naik sepeda dari rumah saya ke pantai tidak sampai 10 menit tetapi, sekarang karena adanya proyek yang banyak naik sepeda sebentar – sebentar harus berhenti mencari celah karena saking padatnya kendaraanya bahkan macetnya bisa 2-3 KM” ucap Jerinx. Selain itu dalam beberapa pengalaman dan beberapa kasus mega proyek seperti yang ada di Pulau Serangan sekitar tahun 90an, ini sudah banyak terjadi orang lokal hanya dijadikan pekerja dan hanya dikontrak sekitar beberapa bulan. Setelah mendapatkan SDA yang lebih bagus orang lokal pada akhirnya akan diberhentikan, dijadikan tukang kebun atau paling banter jadi satpam.

Jika sudah seperti ini kita dapat melihat bahwa warga lokal asal Bali seperti hanya dijadikan sapi perah sementara mereka tidak mendapatkan perhatian atas hak – haknya. Semua yang lebih dipentingkan adalah masalah tourisme dan sebagainya.

Sekali lagi bukan hanya orang Bali yang harus mendukung gerakan seperti ini tetapi siapa saja yang cinta dengan keutuhan alam Bali boleh ikut serta. Karena ketika reklamasi dilakukan bencana tidak mengenal orang baik maupun jahat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun