Pantas saja saat ke dapur, Joy merasa kejanggalan. Namun karena fokusnya pada isi kulkas, maka kejanggalan dan keanehan yang ada di sekitarnya pun, tak segera diketahuinya. Namun, satu hal yang dirasakan Joy, ia merasa dirinya semakin asing dengan kenyataan yang dihadapinya.
Joy mencoba mengintip ke luar dari jendela besar di tembok bagian depan rumah masa kecilnya ini. Ada bayang-bayangan, yang biasanya tak pernah ada sebelumnya. Biasanya, matahari akan menembus dan menyinari seluruh area.
Saat ia keluar dari pintu depan rumahnya, Joy semakin kaget dengan apa yang dilihatnya. Ia melihat, pada bagian belakang rumah, dan sebagian rumahnya, ternyata sudah dibongkar dan berubah. Rumah masa kecilnya itu, berada di tengah-tengah gedung tinggi yang dibangun seperti benteng melingkari rumah. Konsepnya memang terinspirasi dari gedung di salah satu pojokan Semanggi, Jakarta.
Ia memang sempat merancang rencana pembangunan rumahnya yang memiliki luas tanah keseluruhan sekitar 5000 meter persegi. Namun, rencana yang pembangunan itu baru kemarin dibikin. Entahlah, Joy belum sepenuhnya dapat memahami apa yang sesungguhnya sedang terjadi.
Sejumlah pekerja tampak sedang membereskan pengerjaan gedung tersebut. Mereka tampak sedang mengerjakan bagian-bagian detail dari bangunan, baik di interior maupun eksterior gedung tersebut. Sementara sebagian lain pekerja, tampak sedang merampungkan bagian atas perencanaan area rumah masa kecilnya tersebut.
Joy pun ingat, dalam bayangan rencana yang dibuatnya semalam itu, bagian bawah gedung itu, ada ruangan yang cukup luas akan dipergunakan sebagai resto. Resto itu akan dibuat semirip mungkin dengan yang ada di Jakarta. Dengan rasa penasaran yang makin menekan, Joy berjalan ke salah satu sayap gedung itu.
Dia melewati kolam yang diisi dengan ikan mas dan mujair. Kakinya terus melangkah menuju lantai dasar gedung. Kekagetan bahkan sedikit membuatnya mematung. Beapa tidak terkejut, dirinya seperti melihat restonya yang ada di Jakarta. Semuanya seperti dipindahkan di depannya. Padahal, baru beberapa hari ia tinggalkan semua itu di Jakarta.
Lebih jauh lagi, interior resto yang lengkap dengan kursi kayu dan lukisan besar yang berasal dari repro foto yang dibuatnya beberapa tahun lalu, juga ada di hadapannya. Dalam jarak sekitar sepuluh meter, ia melemparkan pandangan pada dapur dan sebagian bar yang terlihat di sebelah kanan.
Tangannya pun kembali mengucek kedua matanya. Tangan kiri, kini mencubit lengan kanan, yang langsung dirasakan sakitnya. Ia berbalik badan, dan melihat ke arah depan rumah. Sementara di area parkir, tampak mobil 5320i kesayangannya terparkir sendirian.
Satu hal yang menonjol, area di depan rumah masa kecilnya itu, dilengkapi dengan taman bunga yang memang sangat menawan. Â Ada dua bunga yang tampak dominan, bunga melati dan kenanga. Keduanya sedang berkembang. Selain itu, ada sejumlah bunga lainnya seperti bunga mawar merah dan lima jenis bunga matahari. Semuanya tersebar di bagian tepi dari jejeran bunga melati dan kenanga yang ditanam seperti berhadap-hadapan.
Joy pernah bermimpi dan berencana mewujudkan sebuah taman bunga yang bisa menjadi area yang menyegarkan mata, dan indera penciuman dengan keharuman alami. Bahkan, ia pun sempat berfikir untuk menyuling bunga-bunga yang selalu tumbuh dan memberikan kesegaran alami. Apalagi, dari sisi bisnis, minyak melati dan kenanga, harganya bisa mencapai ratusan juta Rupiah per liternya.