Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis

hobi travel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Klampok: Suara Itu Lagi

22 November 2024   06:00 Diperbarui: 22 November 2024   06:30 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Azan subuh terdengar cukup kencang dari masjid yang ada di seberang hotel. Padahal, jaraknya ke hotel ini cukup jauh. Kalau berjalan kaki, memakan waktu 45 menit. Tapi kalau menggunakan ojek sepeda motor, sekitar 12 menit.

Menara kembar masjid yang terlihat terang oleh lampu warna-warni diwaktu malam, semakin menawan. Warna keemasan di puncak menara, dan kubah masjid terlihat cantik, dan menggetarkan dada.

Azan subuh ini membangunkan Joy, yang dengan mata berat melirik jam yang ada di meja, dibawah televisi di dinding depan ranjang hotel. Jam 4 kurang, sudah azan subuh. Woo, ini kan di Jawa Timur, tentu waktu sholat lebih cepat ketimbang di Jakarta, yang posisi geografisnya lebih ke barat, dibandingkan Kota Malang.

Joy pun bergegas bangun, lantas mengguyur badannya di shower dengan air hangat yang memancar deras. Segar rasanya. Semalam, sebelum tidur Joy sempat berendam di bathtub selama setengah jam lebih, dan ditambah menyalakan aroma terapi wangi bunga melati. Namun pagi ini, dengan agak sedikit terburu-buru, Joy menyabuni seluruh badan dengan sabun hotel yang menebar aroma Bunga Melati dan Kayu Cendana. Perpaduan keduanya, membuat badan terasa makin segar. Aroma khas Kayu Cendana bisa mengurangi kekhawatiran dan menghilangkan stres.

Pembuat parfum senior dari Givaudan, Jacques Huclier asal Amerika Serikat mengungkapkan, wangi Kayu Cendana cenderung halus dan seperti kayu manis. Kayu Cendana, sejarahnya cukup panjang dan telah lama digunakan dalam tradisi Ayurveda sebagai parfum dan dupa.

Cendana dihasilkan dari pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya, sejak lama digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad.

Konon di Sri Lanka, kayu ini digunakan untuk membalsam jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor, meskipun sekarang bisa ditemukan pula di Pulau Jawa dan pulau-pulau lain di kawasan Nusa Tenggara.

Cendana, sebetulnya termasuk tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah, cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.

Kayu cendana wangi (Santalum album) kini sangat langka dan harganya sangat mahal. Di Indonesia, kayu cendana dari Timor juga sangat dihargai. Sebagai gantinya sejumlah pakar aromaterapi dan parfum menggunakan kayu cendana jenggi (Santalum spicatum). Kedua jenis kayu ini, berbeda konsentrasi bahan kimia yang dikandungnya, dan oleh karena itu kadar harumnya pun berbeda.

Kayu cendana sering pula dipergunakan sebagai obat alternatif untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan. Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni, juga digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda, dan untuk menghilangkan rasa cemas.

Ayurveda merupakan salah suatu metode pengobatan tertua di dunia. Metode ini, mulai di praktikan di India sejak ribuan tahun lalu. Dalam prinsip metode pengobatan Ayurveda, kesehatan manusia dipengaruhi oleh keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan jiwa manusia itu sendiri.

Konsep dasar pengobatan Ayurveda, dilakukan dengan mengajak manusia untuk menerapkan hidup sehat. Caranya, mengatur pola makan, olahraga teratur, tidur cukup, mengelola stres, serta melakukan terapi alami seperti menggunakan obat-obatan herbal.

Jika keseimbangan ini terganggu, maka implikasinya akan menimbulkan kebalikan dari efek kesehatan, yaitu serangan penyakit. Ayurveda memang tidak fokus dalam memerangi penyakit, tetapi mengajarkan tentang cara menjalani kehidupan yang sehat.

Menurut metode Ayurveda, manusia memerlukan lima elemen yang mengontrol fungsi tubuh, yaitu tanah, air, udara, api, dan ruang. Kombinasi kelima elemen itu, bisa membentuk tiga pasangan energi (dosha). Meskipun seseorang memiliki campuran ketiga dosha tersebut, hanya ada satu  dosha yang mendominasi diri tiap orang.

Untuk menentukan dosha yang dominan dalam tubuh seseorang, praktisi Ayurveda mengamati berdasarkan karakteristik fisik, emosional, mental, dan perilaku.

Praktik Ayurveda umumnya dijalani dengan beberapa metode, meditasi, yoga, menerapkan pola makan sehat, perawatan tubuh, pijat, dan pengobatan herbal. Perawatan ini bertujuan untuk mengembalikan keharmonisan dan menyeimbangkan dosha di dalam tubuh.

Ketidakseimbangan pada ketiga dosha bisa menyebabkan kemunculan penyakit. Ketiga dosha tersebut terdiri dari unsur Pitta dosha (api dan air). Energi ini mengontrol beberapa hormon yang berhubungan dengan sistem pencernaan, nafsu makan, serta metabolisme tubuh. Kelelahan, terlalu lama di bawah sinar matahari, atau mengonsumsi makanan pedas ataupun asam dipercaya dapat mengganggu keseimbangan pitta dosha. Jika seseorang yang didominasi pitta dosha dianggap lebih rentan menderita penyakit Crohn, hipertensi, penyakit jantung, dan infeksi.

Unsur Vata dosha (ruang dan udara). Energi ini bertanggung jawab akan sistem pernapasan, aliran darah, fungsi jantung, pikiran, serta kemampuan tubuh mengeluarkan racun dari usus. Begadang, ketakutan, dan mengonsumsi seporsi makanan lain terlalu cepat setelah makanan utama dapat mengganggu keseimbangan elemen ini. Risiko terkena penyakit jantung, asma, kecemasan, gangguan sistem saraf, penyakit kulit, dan rheumatoid arthritis akan lebih besar jika tubuh didominasi vata dosha.

Unsur Kapha dosha (bumi dan air). Energi kapha dosha berperan mengatur berat badan, pertumbuhan otot, sistem kekebalan tubuh, serta kekuatan dan keseimbangan tubuh. Makan setelah perut kenyang serta mengonsumsi terlalu banyak makanan manis dan asin dapat menyebabkan gangguan pada dosha ini. Jadi jika dilihat dari sudut pandang Ayurveda, tubuh yang didominasi kapha dosha berpotensi mengalami kanker, diabetes, mual setelah makan, asma atau obesitas. Sama halnya dengan metode pengobatan tradisional lain, efektivitas pengobatan Ayurveda masih memerlukan penelitian dan pembuktian secara ilmiah.

Namun, sebagian dokter bahkan tidak menganjurkan pengobatan ini karena beberapa jenis obat yang digunakan dalam Ayurveda ditemukan mengandung logam berbahaya bagi tubuh, seperti merkuri, arsenik, dan timah. Kandungan tersebut umumnya ditemukan pada obat-obatan Ayurveda yang telah dikemas dalam bentuk suplemen. Saat ini, bagi yang tertarik untuk mencoba pengobatan Ayurveda, lebih baik konsultasikan ke dokter terlebih dulu untuk menimbang manfaat dan risikonya. Pemilihan metode pengobatan yang tepat akan sangat berpengaruh pada kesembuhan penyakit yang diderita.

                                                                                                                    ***

Semalam, Joy memang sudah berniat untuk sholat subuh ke masjid yang menaranya terlihat dari jendela kamar hotelnya tempat menginap. Petugas hotel yang ditanya, menjelaskan bahwa posisi hotel itu memang tidak cukup jauh. Namun, kalau harus berjalan kaki ya membutuhkan waktu lebih dari 30 menit,  karena menyusuri jalan yang memutar. Tidak ada jalan tikus yang bisa digunakan untuk memotong jalan, agar lebih cepat sampai tujuan. Kalau saja ada flying fox, tentu akan lebih cepat, kata Joy dalam hati sambil membayangkan dirinya melayang di antara gedung dan rumah yang ada, meluncur bergantungan di kawat baja menuju menara masjid itu.

Joy pun sudah memesan ojek, yang langsung datang dalam waktu satu menit sejak order pesanan aplikasi online dibuat. Wah cepat juga, mungkin ojek itu memang biasa mangkal di sekitar hotel. Atau, ia kebetulan sedang lewat di jalan raya depan hotel. Saat tiba di gerbang hotel yang berjarak sekitar 20 meter dari gedung hotel, sang sopir ojek online sudah menunggu.

Ayo mas ke masjid itu, mengejar sholat subuh berjamaah. Selang sepuluh menit kemudian, Joy sudah memasuki halaman masjid, tepat saat iqomah dikumandangkan. 

Tidak biasanya, Joy merasakan tentram sekali di masjid ini. Seusai sholat subuh, ia mencoba menderaskan wirid yang dihapalkannya sejak kecil. Sementara, imam yang seusai sholat membimbing wirid dan bershalawat pun sudah selesai. Namun, Joy masih ingin berlama-lama di masjid ini. Rasanya, sampai dhuha akan lebih enak. Pengurus masjid pun, tampak membiarkannya. Satu orang menyapa dirinya, kemudian pulang sambil berpesan jika nanti keluar masjid, jangan sampai ada barang-barang yang tertinggal.

Tampaknya ia tahu, kalau Joy merupakan pendatang. Mungkin saja, pengurus masjid ini mengenal baik seluruh jamaah sholat subuh yang biasa hadir di sana.

Tidak lama bibirnya bershalawat dan wirid, Joy pun merasakan kantuk berat. Tubuhnya sudah menyender di salah satu tiang masjid, nafasnya pun sudah berat dan mulai teratur. Sesaat ketika akan terlelap, kesadarannya mulai menghilang, kembali merasakan badannya seperti diguncang dan mendengar namanya dipanggil. Joy diminta segera pulang ke rumah, dan membawa benda yang ditemukannya saat masih kecil. 

Joy pun terbangun dan kaget setengah mati. Suara itu datang lagi, kali ini semakin jelas dan memintanya pulang ke rumahnya masa kecil yang sudah lama tak dikunjunginya.

Joy pun mencoba mengingat-ingat benda apa yang dimaksudkan. Apa yang pernah ditemukannya saat kecil? Entahlah, ia pun semakin penasaran dan mencoba untuk menyusuri ingatan masa lalunya. Joy pun merasa tidak pernah menemukan apapun. Namun, ia segera beranjak dari duduknya menuju tempat wudhu, melaksanakan sholat dhuha sebelum kembali ke hotel untuk sarapan.

Sekitar 20 menit kemudian, Joy pun sudah duduk di salah satu pojokan resto tempat sarapan. Belum banyak orang yang hadir disana, mungkin masih terlalu pagi, atau memang penghuni hotel ini memang sedikit mengingat Pandemi Covid-19 masih menyerang dengan ganasnya.

Semua makanan ditutup plastik, dan dikemas dalam bentuk sajian satu-persatu. Sendok, garpu, pisau untuk makan juga dimasukkan dalam plastik higienis. Semua pelayan resto juga menggunakan masker, dan sarung tangan. Joy pun tak diizinkan untuk mengambil sendiri makanan, tapi dilayani oleh petugas yang mengambilkan makanan. Wah semua jadi repot oleh Covid-19.

Ya sudahlah, Joy pun segera menikmati nasi rawon yang ditambah dengan telur asin. Lengkap dengan tauge kecil dan kerupuk udang. Nasi rawon memang menjadi salah satu menu andalan dan kesukaannya sejak masih kecil. Biasanya, masih ada rujak cingur yang jadi sasaran buat sarapan menu Jawa Timuran.  Joy pun beranjak dan mencari rujak cingur di tempat sajian. Wah ada rupanya. Segera meminta seporsi, lagi-lagi ada petugas khusus yang menyiapkan, ia pun tinggal meminta dan mengambil lalu membawa ke mejanya. Tak lupa, juga mengambil segelas susu. Setelah diletakkan di mejanya, Joy kembali mengambil segelas air putih, sambil meminta diantarkan secangkir kopi.

Ada yang sedang berkecamuk dalam pikirannya. Sebuah dorongan kuat, agar ia harus segera pulang ke rumah masa kecilnya dan mencari benda yang ditemukannya saat kecil. Semoga bisa menemukan benda yang dimaksud oleh suara bisikan itu. Setengah menghibur diri, Joy berkata dalam hati, semoga ini bukan benda menyeramkankan atau pun membahayakan. 

Sebagai orang yang mempunyai pendidikan arkeologi, tentu benda artefak masa lalu akan sangat menarik perhatiannya. Kalau benda itu termasuk cagar budaya, ia akan mengirimkannya ke museum terdekat. Kalau benda "keramat" lainnya, entahlah, ia belum akan memutuskan harus berbuat apa. Bendanya sendiri belum ditemukan, tetapi ia sudah memikirkan terlalu jauh. Satu hal yang pasti, ia harus segera check out dari hotel dan pulang ke rumah masa kecilnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun