Sampai hari ini pun, ia tak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Karena Hanna tidak pernah bercerita soal itu. Joy pun enggan untuk menanyakan lebih lanjut. Satu hal yang jelas, sejak itu Joy menjadi amat jarang berbicara apalagi bertemu dengan Hanna. Kalau kebetulan berpapasan, Hanna selalu saja menghindarinya. Padahal, hatinya amat kesengsem dengan Hannya. Tawa Hanna menjadi tawa terindah dalam hidup Joy.
Entahlah, yang jelas Joy merasa dunia ini runtuh dan menimpa dirinya. Ketika tiba-tiba Hanna membuka kedua telapak tangannya, ia hanya memandang Joy dengan tatapan sendu, tanpa berbicara sepatah katapun. Hanna lalu mengambil buku yang ada di pangkuannya, lalu pergi meninggalkan Joy yang masih menatap bangku kosong tempat Hanna sebelumnya duduk.
Tak berani Joy mengikuti langkah Hanna. Joy pun sempat mematung beberapa menit, sebelum akhirnya ia pun pergi ke warung kopi yang ada di samping perpustakaan. Ia memesan segelas kopi, dan pisang goreng. Hanya itu yang menemaninya hingga petang menjelang, sambil bengong memikirkan apa yang baru saja terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H