Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis

hobi travel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Klampok: Sri Isyana Kusumawardhani

19 November 2024   06:01 Diperbarui: 19 November 2024   06:01 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Sri Isyana Kusumawardhani, namanya memang mirip dengan nama Sri Isyana Tunggawijaya, raja perempuan Kerajaan Medang periode Jawa Timur. Ratu yang memerintah Medang  bersama dengan suaminya bernama Sri Lokapala sejak tahun 947. 

Sebagai orang yang tertarik dengan pelajaran sejarah kerajaan Jawa kuno di Indonesia, nama itu segera menyedot perhatian Joy. Begitu ia masuk kelas, di kelas 1 C Sekolah SMA Swasta di Malang, mata Joy langsung tertuju pada pemilik nama itu. Sekitar 30 menit sebelumnya, membaca nama itu di daftar siswa kelas 1 C yang tertempel di kaca pintu masuk kelas berwarna kuning gading dengan bingkai biru tua.

Mirip nama raja yang dinastinya menurunkan raja-raja Jawa. Sri Isyana Tunggawijaya, menjadi nama wangsa Isyana. Sebuah dinasti yang didirikan oleh Mpu Sindok, ayah Sri Isyana Tunggawijaya. Mpu Sindok setelah duduk di singgahsana kerajaan Medang (929-947), bergelar Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Berdasarkan agama yang dianut, Mpu Sindok diperkirakan merupakan keturunan dinasti Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang Periode Jawa Tengah.

Mpu Sindok, merupakan raja yang memerintahkan pasukan, pengikut dan rakyatnya untuk pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Jejaknya bisa dilihat di Kompleks Petirtaan Jalatunda. Kawasan ini diperkirakan dibangun sejak awal kepindahan Medang ke Jawa Timur. Lokasinya di kaki Bukit Bekel, salah satu "gunung pendamping" Gunung Penanggungan. Sejarawan sepakat, memperkirkan lokasi Jalatunda dibangun pada masa pemerintahan Sri Isyana Tunggawijaya memerintah.

Sayangnya, jejak pemerintahan Sri Isyana Tunggawijaya tidak terkodifikasi dengan baik oleh prasasti yang ada. Tidak heran, jika sejarah soal pemerintahan Sri Isyana Tunggawijaya, belum diketahui. Bahkan, kapan pastinya pemerintahan ini berakhir juga belum diketahui. Namun yang jelas, Prasasti Pucangan menyebutkan tentang raja setelah Sri Isyana Tunggawijaya adalah putranya yang bernama Sri Makuthawangsawardhana.

Adalah Pak Sutarno, guru sejarah sewaktu SMP, yang telah bercerita tentang betapa cantiknya Sri Isyana Tunggawijaya ini. Wajah hitam manis, dengan sepasang mata bulat berbinar, senyum merekah yang menyejukkan jiwa, rambut ikal mayang yang terurai panjang di punggunya, saat berjalan terkadang memperlihatkan betisnya yang berbentuk bunting padi dengan warna kuning langsat bersih, yang terlihat dari sibakan belahan kain di bagian depan. Sementara aroma bunga melati, tersebar dan menjangkau siapa saja dalam radius 10 meter.

Kisah itu, sangat lekat di kepala Joy, tak heran jika pelajaran sejarah di ijazah SMP nya mendapat nilai 9. Meski ia jarang mencatat, dan membaca lagi catatan sejarah yang dituliskan di papan tulis oleh Pak Sutarno, namun ia selalu bisa mengingat perjalanan sejarah dan kisah yang diceritakan. Tidak heran juga, setiap kali ada kuis diakhir pelajaran, ia selama mendapatkan nilai sempurna atau hampir sempurna, 98.

Tak seorang pun, temannya yang mengenal Sri Isyana Kusumawardhani sebelumnya. Ada kemungkinan ia merupakan siswi pindahan dari sekolah lain, atau dari Jawa. Ini kalau dilihat dari namanya yang sangat Jawa.

Joy sebetulnya sudah duduk di kelas 2 SMA. Kelasnya, kelas 2 A, posisinya persis berdampingan dengan kelas 1 C. Saat ia akan ke kelas nya tadi pagi, sekilas ia melirik daftar siswa baru di depan kelas  C. Rasa penasaran dengan pemilik nama Sri Isyana Kusumawardhani lah yang membuatnya nekad masuk kelas 1 C. KEbetulan, ada beberapa orang yang sudah dikenalnya di kelas itu, karena mereka berasal dari satu sekolah yang sama dengan sekolah milik yayasan swasta ini. Saat ia bertanya, tak seorang pun yang mengenal Sri Isyana.

Saat seorang siswi SMA, dengan agak ragu melangkah memasuki kelas 1 C, terlihat kaku dan celingukan. Lalu matanya tertuju pada kursi baris ketiga di bagian tengah kelas itu yang masih kosong. Kebetulan, posisi kursi itu tepat di depan Joy, yang menghampiri Raymond, sahabatnya sejak SD, meski ia lebih muda setahun.

"Kursi ini masih kosong?" sapanya pada Tris, yang duduk di sebelah kursi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun