Soal tudingan kubu rezim tentang tengah beraktingnya Sandiaga sebagai korban dari penolakan massa atas kunjungannya di pasar tersebut sebenarnya juga terbantahkan dengan adanya pernyataan lugas dari isteri pelaku pemasangan tentang bayaran yang diberikan oleh kelompok yang patut diduga adalah tim kecil pemenangan rezim yang menggiring opini adanya penolakan atas kedatangan Sandiaga sebagai calon wakil presiden di pasar tersebut.
Penulis lebih memilih untuk menyebutkan bahwa gagalnya upaya penghadangan dan penenggelaman citra positif Sandiaga yang blusukan menawarkan alternatif untuk Indonesia yang Adil dan Makmur bagi rakyat Indonesia.Â
Kegagalan ini mendapat respon dari timses nasional di Ibukota dan melakukan tindakan koreksi dengan menuding adanya "playing victim" yang dilakukan kubu penantang petahana tersebut.
Bagi publik, jarangnya insiden atau fakta para pelaku kejahatan mengakui perbuatan adalah realita yang masih selalu terjadi perhari ini.Â
Membayangkan penuhnya penjara karena berbondong-bondongnya para bromocorah, residivis, gangster, pelaku kriminal dan bandar narkoba ke sentra polisi terdekat untuk mengakui perbuatan bangsat mereka itu. Sebuah kejadian yang akan menggemparkan dunia bukan?
Nah, tinggal kita pilih saja, kasus penolakan pedagang yang tengah dililit kebingungan karena aktifitas perniagaan mereka yang kian hari kiang sulit dan kemudian kedatangan salah satu pelaku bisnis yang cukup berhasil yang menawarkan opsi perbaikan ke depan sebagai momen "playing victim" atau para pelaku yang berusaha membuat citra negatif yang ternyata gagal dan tengah melarikan diri pasca ketahuan sebagai momen "maling mana pernah ngaku".
Penulis lebih menyukai untuk memilih kemungkinan kedua, apalagi jika melihat semakin brutal dan ngawurnya upaya mereka memperbaiki citra diri yang kian nyungsep.Â
Hal ini ditegaskan dengan hasil rilis survei yang menyebutkan semakin tipisnya gap angka elektabilitas antara kedua calon tersebut.Â
Bagi petahana, angka elektabilitas dibawah kisaran 60% adalah sebuah angka indikator betapa rakyat pemilih semakin sadar pentingnya segera mengalihkan harapan kepada penantang dan menghentikan rezim ini cukup satu periode saja.
Fakta betapa banyaknya janji-janji angin surga saat berkampanye tahun 2014 lalu masih jauh dari harapan rezim yang berkuasa hari ini untuk dapat merealisasikan janji-janjinya. Apalagi janji rezim untuk tidak akan berhutang jika memimpin. Ah, kamu berbohong kepada kami!
Salam Ujung Harapan!