Pendidikan anak-anak kita sangat penting. Selagi masjid tidak berperan serta membesarkan lembaga pendidikan akan menjadi kendala juga untuk merealisasikan pemberdayaan lembaga pendidikan Islam di Kabupaten Badung. Diantara sekian banyak tentang program MUI yang masih mendapatkan kendala tentang konsep pemikiran kebangsaan kita.Â
Produk UU dan regulasi dalam berbangsa dan bernegara tentu akan ditentukan oleh kekuasaan. Dalam hal ini umat muslim belum banyak menyentuh pola tersebut sehingga dampaknya pada berbagai keputusan tidak ada satu pun wakil kita yang dapat memberikan gambaran real terkait dengan kebutuhan keumatan di Badung khususnya dan Bali umumnya. Koordinasi yang intens masih perlu ditingkatkan lagi.
Begitu asyiknya ngobrol, tak terasa saya sudah berada di atas angkasa jauh. Mungkin satu jam lagi akan sampai di Batam. Terbang dengan pesawat Lion Air dengan pesawat bebadan besar terasa lebih nyaman. Tidak goyang dan anteng. Perjalanan menuju tanah Rencong ini semoga dimotivasi nilai-nilai islam sebagaimana yang telah dituntunkan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut:
Artinya: "Senyummu (bermuka manis) pada saudaramu adalah sedekah, dan amar makrufmu serta nahi mungkarmu juga sedekah dan petunjukmu kepada seseorang yang ada di bumi yang sedang sesat, bagimu merupakan sedekah. Dan menyingkarkan batu atau duri atau tulang-tulang yang mengganggu jalan juga merupakan sedekah bagimu (HR. Bukhari).
Menyimak hadits di atas tentang sedekah menurut Al-Jurjani ialah segala pemberian kita mengharapkan pahala dari Allah SWT. Pemberian yang dimaksud dapat diartikan secara luas, baik itu pemberian yang berupa harta maupun pemberian yang berupa perbuatan atau sikap baik dan benar. Hadits tersebut juga mengindikasikan tentang sikap dan prilaku.Â
Kompetensi tentang sikap adalah suatu kesiapan dan kesediaan kita tentang tugas dan profesinya. Misalnya menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap apa yang dilakukannya, sikap toleran terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya yang diwujudkan dalam prilaku. Misalnya meningkatkan kemampuan berbagai ketrampilan, membimbing, menilai, dan berkomunikasi serta menumbuhkan semangat kepada yang lain hingga dapat mencapai produk yang lebih baik (Nana Sujana: 2005, 18).
Perjalanan bersama ini juga penting artinya bagi kami menjadi bagian dari misi Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Badung dalam mendekatkan pada tiga hal yang sesuai dengan program MUI Badung yang selama ini menjadi perhatian bersama. Tiga hal tersebut adalah tentang ikhtiar: (1) Mendekatkan umat pada kitab sucinya; (2) Mendekatkan umat pada tempat ibadah, dan ; (3) Mendekatkan umat pada ulamanya. Jika ketiga hal tersebut dimaknai sebagai sumber yang jernih (baca: guru dalam semua kehidupan), Imam Suprayoga memberikan kesaksian pada bukunya yang berjudul, Pengembangan Pendidikan Karakter (2011: XX) sebagai berikut ini:
"Guru harus memiliki mindset guru. Mereka adalah bagaikan sumber atau mata air yang selalu mengeluarkan air jernih untuk memberikan minuman kepada siapa saja. Selain itu, sebagai air yang bersih dan selalu mengalir akan menghilangkan semua kotoran yang terkena olehnya. Dengan pandangan seperti itu, maka pendidikan (baca: gerakan -ed) akan dijalankan secara ikhlas, sabar, penuh rasa syukur, tawakkal sebagaimana yang dijalankan oleh para nabi."
Dalam kutipan tersebut menyimpan kata kunci seorang guru yang dikiaskannya sebagai mata air. Layaknya mata air ia datang dari kedalaman. Ia jernih dapat diminum siapa saja. Ia dapat menghilangkan kotoran. Peran MUI Kabupaten Badung dalam mencermati konsep yang demikian itu mencoba memahami sikap dan prilaku psikologis umatnya dengan cermat, dan tidak selayaknya menjauhkan diri dari diskursus pengetahuan. Â Apalagi menanggalkan dari makna-makna keyakinan yang bersifat teologikal, literal dan sosial (Imam Muhayat: 2016, 4).
Misalnya, sebelum berangkat ke Pidie, Aceh Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Badung yang diwakili sekretaris umumnya (01/01/2017) menyempatkan menelisik apa yang dirasakan tetangga dekat kita, Muslim Serangan. Kemudian sehari kemudian terjadi penggusuran dampaknya adalah umat muslim dari 250 jiwa dari  36 KK kehilangan tempat tinggal.Â
Peristiwa tersebut banyak mengundang simpati gerakan masjid dan mushola berusaha meringankan beban mereka. Tak ketinggalan MUI Kabupaten Badung (4/01: 16.30) berupaya mengambil sikap dan tindakan yang cukup menyejukkan datang bersama rombongan H. Masrur Makmur, H. Ahmad Shoim, H. Qomari, dan H. A. Halik datang membawa berbagai keperluan untuk meringankan beban mereka. Tak ketinggalan H. Yurnal dalam WA-nya mengungkapkan: