Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi│Waktu

20 Agustus 2016   08:15 Diperbarui: 20 Agustus 2016   11:13 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak seperti biasa

Pagi ini tak pernah lalai

Pagi siang tercatat rapi

Waktumu terekam kembali

Merangkak menderu-deru

Ibu jari semacam pemantik

Jari-jari terus menukik

Lingkar melingkari lingkaran

Lurus melurusi  selonjor jumpalitan lonjoran

Tekat bulat memijat rubiah rubaiat Hayat

Terkepal di agenda tangan pejabat

Yang memikul  amanat rakyat

Tak seperti masa lalu, bisa dikerat  dan dibuat-buat

kini harus jera dan tak lagi ada

hanya berhenti sampai di situ saja

Karena seribu mata mengawasinya 

Lagi pula, kini, lekat perangkat waskat

Manual, online, finger print bisa menjerat

Mereka yang lalai tak lanjut khianat

Enak-enak makan gaji buta dari keringat rakyat

Waktumu adalah karyamu

 Karyamu adalah kinerjamu

Kinerjamu adalah produk semua mutu

Semua itu yang selalu kami tunggu-tunggu

Rumah Gedang, 20.08. Imam Muhayat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun