Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merdeka!

13 Agustus 2016   08:42 Diperbarui: 13 Agustus 2016   08:47 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bapak, kapan kita merdeka?”

Tanya putriku yang duduk di bangku teka

Riang menjelang kebayang ramerame mainan

Dalam ruang lapang kaya ekspresi

Di meja cundang kecutnya nyali

Pada papan titian asahasih

Tangga cerdas majemuk luhur budi

Asuh budi gawang ayunan rantai

Jungkitan bangku cermat lempar gelang fokus lingkaran

Outbond panjat pekalah kepalan tangan

Lahir dari nyali kata pekikan nurani

Jasad kuat jiwa pun sehat tak mudah patah hati

Kelecut memori di jalan Jenderal Soedirman

Hingga mengular bundaran Ngurah Rai

Merah putih tampak melimpah

Menggugah manah memanah nadi

Yang enggan mengambil ibra kembali

Pekikan kata merdeka atau mati

Tubuhku gemetar lidahku mekar

“71 tahun lalu tepatnya 1945, sayangku!”

Jawabku sembari mengusap rambutnya

Menjuntai di bawah bahu

Telisik bisik kesukaan model rambut itu

Ia ingin seperti ibu

Jiwaku mengembara di angkasa mencari makna katakatanya…

Rumah Gedang, 13.08, Imam Muhayat

Karya tulis ini didedikasikan untuk HM. Yusri Nasution, SE., yang berpulang pada 11.08.2016

Dimakamkan pada 12.08.2016 di pemakaman muslim Kampung Jawa, Denpasar, Bali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun