“Bapak, kapan kita merdeka?”
Tanya putriku yang duduk di bangku teka
Riang menjelang kebayang ramerame mainan
Dalam ruang lapang kaya ekspresi
Di meja cundang kecutnya nyali
Pada papan titian asahasih
Tangga cerdas majemuk luhur budi
Asuh budi gawang ayunan rantai
Jungkitan bangku cermat lempar gelang fokus lingkaran
Outbond panjat pekalah kepalan tangan
Lahir dari nyali kata pekikan nurani
Jasad kuat jiwa pun sehat tak mudah patah hati
Kelecut memori di jalan Jenderal Soedirman
Hingga mengular bundaran Ngurah Rai
Merah putih tampak melimpah
Menggugah manah memanah nadi
Yang enggan mengambil ibra kembali
Pekikan kata merdeka atau mati
Tubuhku gemetar lidahku mekar
“71 tahun lalu tepatnya 1945, sayangku!”
Jawabku sembari mengusap rambutnya
Menjuntai di bawah bahu
Telisik bisik kesukaan model rambut itu
Ia ingin seperti ibu
Jiwaku mengembara di angkasa mencari makna katakatanya…
Rumah Gedang, 13.08, Imam Muhayat
Karya tulis ini didedikasikan untuk HM. Yusri Nasution, SE., yang berpulang pada 11.08.2016
Dimakamkan pada 12.08.2016 di pemakaman muslim Kampung Jawa, Denpasar, Bali