Ruang terbuka sesuai karakteristik landcape-nya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam yang lebih berdaya lagi. Bisa untuk jalan santai, jogging, melepaskan ketegangan urat syaraf, bercengkerama dengan keluarga, duduk-duduk pertemuan santai, sekadar menikmati suasana waktu luang atau mungkin mencari inspirasi sekalipun. Tidak jarang inspirasi terlahir dari ruang terbuka dengan suasana yang sedemikian nyaman dan tertata apiknya.
Selain itu, ruang terbuka juga dapat dimanfaatkan untuk menambah keberdayaan bagi lingkungan sekitar terkait pemenuhan berbagai hajat hidup, yang tidak mengurangi fungsi ruang terbuka sebagai ruang pernafasan alamiah yang sangat dibutuhkan oleh warga lingkungan.
Karena itu memanfaatkan ruang terbuka sebagai taman sekaligus dapat dimanfaatkan untuk tetanaman yang produktif atau tetanaman yang diperlukan lingkungan serta produktivitas lainnya adalah merupakan langkah-langkah yang cerdas dan berwawasan. Toch, di sela-sela space itu juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya yang dapat mendukung berbagai pemberdayaan terkait keperluan yang kondusif di lingkungan sekitarnya.
Tidak kurang dari 300 jenis tetumbuhan yang dibudidayakan di Bali bermanfaat bagi masyarakat Hindu Bali dalam pelaksanaan upacara adat dan keagamaan. Alih-alih peneduh dan kerindangan serta keasrian lingkungan ruang terbuka publik untuk melestarikan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan tanaman. Malah dapat membantu ketersediaan warga lingkungan untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan yang diperlukan setiap saat. Karena itu, kreativitas dan emajinasi pengawal ruang terbuka publik sangat diperlukan sehingga ekspresi pengelolaannya tepat pada sasaran fungsi ruang terbuka publik untuk kenyamanan dan dapat menumbuhkan kesan serta sekaligus dapat memenuhi berbagai kebutuhan yang diperlukan.
Macam-macam tumbuhan dan tanaman yang berhubungan langsung manfaatnya untuk kebutuhan upacara-upacara masyarakat Hindu Bali, sekaligus semuanya dapat menghiasi ruang terbuka publik tersebut sebagai ruang pernafasan lingkungan. Di antaranya sebagai berikut:
Alyxia Reinwardtii Blume atau pulasari. Daun dan bunganya sebagai syarat dalam upacara Dewa Yadnya.
Areca Catechu dalam bahasa Jawa disebut Pinang. Buahnya digunakan untuk pelengkap banten daksina dalam upacara Panca Yadnya. Pada masyarakat Tenganan buahnya dapat digunakan untuk sangkepan. Dalam upacara pernikahan umat Hindu Bali buah tersebut digunakan sebagai sarana peminangan.
Arenga Pinnata dalam bahasa Jawa disebut Aren. Daun yang sudah menua untuk mejejahitan. Selain itu aren bisa disulap menjadi tuak, arak dan gula Bali dengan melalui pengolahan tertentu. Hasil pengolahan banyak digunakan dalam upacara adat, khususnya pada upacara Bhuta Yadnya. Yakni upacara yang dipersembahkan kepada bhuta kala seperti pada upacara potong gigi, perkawinan, dan lain-lain.
Cananga adorata dalam bahasa Jawa disebut kenanga. Tanaman ini banyak diambil bunganya. Yakni sebagai pelengkap sesajian sarana air, cem-ceman dan wangi-wangian canang sari. Biasanya dipakai dalam upacara hari Saraswati, Panca Yadnya. Air rendaman untuk siraman beraroma harum sebagai simbol bersih lahir dan batin.
Ervatamia divaricata, Tulud Nyuh. Bunganya dimanfaatkan dalam upacara Manusia Yadnya dalam bentuk upacara pengelukatan sebagai pembersihan balak atau kotoran.
Gomphrena globosa dalam bahasa Jawa disebut adas-adasan. Bunganya sebagai sarana membuat canang, catur, sekar Pancadewi pada piodalan dan ngaben. Bunga ratna putih digunakan untuk membuat piodalan Panca Walikrama. Daun ratna digunakan sekar pancadewi dan untuk sarana muspa.
Pleomele di Bali sering disebut kayu sugih. Daunnya digunakan dalam upacara Dewa Yadnya banten sesayut sugih lumbung sebagai simbul kemakmuran.
Plumeria Alba atau Jepun Putih. Tanaman ini digunakan bunganya oleh Umat Hindu untuk menghias gebogan, sebagai sarana pelaksanaan persembahyangan. Selain itu bagi Umat Hindu pria sebagai penghias udeng atau penghias daun telinga saat melakukan persembahyangan.
Scheffera elliptica di Bali disebut kayu tulak dan di Jawa disebut kayu tanganan. Bagian tanaman yang digunakan untuk upacara adalah batang dan daun pada upacara pemelaspas, pecaruan, catur dan biakala pada upacara Dewa Yadnya, Manusia Yadnya dan Butha Yadnya. Kayunya merupakan simbol penolak balak pada upacara Butha Yadnya.
Mencermati sejumlah contoh tumbuh-tumbuhan dan tetanaman yang tersebut di atas, tentu masih ratusan yang belum tercantum pada tulisan ini. Semuanya sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan upacara umat Hindu Bali. Sinergisme penciptaan ruang terbuka publik pada space skundernya yang dimanfaatkan untuk keperluan temporal upacara akan mendorong kelestarian lingkungan dengan sendirinya.
Konsep kerangka pemikiran tersebut harapannya adalah ruang terbuka publik disamping berfungsi sesuai proporsinya juga akan lebih berfungsi pada kemanfaatan penghuni yang ada di dalamnya. Karena bila fungsi proporsi skunder dan fungsi primer menjadi gayung bersambut, pola-pola penjagaan konservasi lingkungan dan kesadaran untuk melapangkan ruang terbuka publik akan selalu menjadi tujuan utama dalam setiap perencanaan dan kebijakan dalam penataan ruang terbuka publik, baik di desa maupun di kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H