Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Optimalisasi Ruang Terbuka untuk Konservasi Alam Kita

26 September 2015   02:15 Diperbarui: 26 September 2015   02:50 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pleomele di Bali sering disebut kayu sugih. Daunnya digunakan dalam upacara Dewa Yadnya banten sesayut sugih lumbung sebagai simbul kemakmuran.

Plumeria Alba atau Jepun Putih. Tanaman ini digunakan bunganya oleh Umat Hindu untuk menghias gebogan, sebagai sarana pelaksanaan persembahyangan. Selain itu bagi Umat Hindu pria sebagai penghias udeng atau penghias daun telinga saat melakukan persembahyangan.

Scheffera elliptica di Bali disebut kayu tulak dan di Jawa disebut kayu tanganan. Bagian tanaman yang digunakan untuk upacara adalah batang dan daun pada upacara pemelaspas, pecaruan, catur dan biakala pada upacara Dewa Yadnya, Manusia Yadnya dan Butha Yadnya. Kayunya merupakan simbol penolak balak pada upacara Butha Yadnya.

Mencermati sejumlah contoh tumbuh-tumbuhan dan tetanaman yang tersebut di atas, tentu masih ratusan yang belum tercantum pada tulisan ini. Semuanya sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan upacara umat Hindu Bali. Sinergisme penciptaan ruang terbuka publik pada space skundernya yang dimanfaatkan untuk keperluan temporal upacara akan mendorong kelestarian lingkungan dengan sendirinya.

Konsep kerangka pemikiran tersebut harapannya adalah ruang terbuka publik disamping berfungsi sesuai proporsinya juga akan lebih berfungsi pada kemanfaatan penghuni yang ada di dalamnya. Karena bila fungsi proporsi skunder dan fungsi primer menjadi gayung bersambut, pola-pola penjagaan konservasi lingkungan dan kesadaran untuk melapangkan ruang terbuka publik akan selalu menjadi tujuan utama dalam setiap perencanaan dan kebijakan dalam penataan ruang terbuka publik, baik di desa maupun di kota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun