Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warga Desaku Semakin Kreatif dan Penuh Kegembiraan

12 November 2014   06:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:01 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya itu aselinya orang kampong yang menetap di kota, Bali. Sejak awal menginjakkan kaki di kota Bali, saya sudah berniat untuk bermukin di Bali. Karena itu, baru dua tahun di Bali, saya sudah memiliki rumah tinggal sendiri. Akhir Desember 1989 datang di Bali pada tahun 1992 saya sudah membeli rumah sendiri betapa pun itu lewat cicilan KPR (Kredit Perumahan Rakyat). Pikir saya daripada setiap bulan bayar kos, lebih baik untuk cicilan beli rumah. Karena itu saya selalu percaya niat itu sebanding dengan pencapaian.

Nah, kini, kalau sekarang pergi ke kampong, rasanya bukan lagi pulang kampong. Tetapi terasa lain saya mengadakan perjalanan wisata kampong kelahiran dan kampong tetangga. Perubahan di kampong luar biasa. Jalan-jalan sudah mulus. Penataan kawasan semakin semarak. Tempat wisata di kampong pun dapat ditemukan di berbagai sudut kampong.

Karena banyak juga orang kampong membangun tempatnya untuk kebutuhan hiburan, misalnya, kolam renang, tempat panjat-panjatan, tempat khusus olah raga, dan sepanjang pagi hingga menjelang petang banyak di kampung-kampung sekarang banyak ditemukan aktivitas jalan ramai-ramai wisata dengan kerata modif orang kampong. Rute perjalanan mengelilingi kampong, persawahan dan menyusuri pinggiran aliran sungai. Pokoknya kalau mengajak anak-anak pulang kampung seru banget. Sayangnya saya lengah tidak mendokumentasikan kereta modif orang kampong itu yang panjangnya tidak kurang dari 50 m ditarik dengan mesin modif pula. Lain kereta lain odong-odong. Semacam sepeda pancal dipancal rame-rame  berdua, berempat, berenam, dan model disesuaikan modif sesuai dengan kebutuhan.

[caption id="attachment_334732" align="aligncenter" width="480" caption="Foto odong-odong Jawa, kolaborasi dengan Nava-Imam Muhayat, dokumen pribadi"][/caption]

Serunya lagi dengan odong-odong itu mereka juga mengadakan aksi kesenian yang mereka mampu, misalnya, jaran kepang, reok, atau sekadar akting dengan kreasinya sendiri semacam badut-badut-an. Terasa mereka sengaja menghibur dan mencari perhatian agar odong-odong semakin dikenal di kampong-kampong. Sekarang ini odong-odong sudah semakin ramai merambah kota Kediri, Tulungagung, Blitar, Nganjuk, Jombang, dll. Dengan kegiatan itu, keadaan kampong semakin semarak dan semakin banyak anak-anak muda enggan pergi ke kota.

[caption id="attachment_334733" align="aligncenter" width="640" caption="Foto odong-odong Jawa, kolaborabi Nava-Imam Muhayat, dokumen pribadi"]

1415722850464312679
1415722850464312679
[/caption]

Sesaknya kota dengan berbagai keruwetannya, fenomena demikian perlu respon dari pemerintah dan stakesholder untuk memberikan dorongan kepada orang kampong agar semakin mencintai kampongnya sendiri. Hal semacam ini kalau dapat dikembangkan terus tentu akan sangat baik, disamping memacu kreativitas anak-anak kampong menciptakan berbagai kreasinya dalam hal berkesenian juga menciptakan berbagai kreasi terkait dengan pengolahan lahan di kampong. Terbukti sekarang yang menciptakan alat teknologi terapan pertanian dengan mesin dozz padi, pembangkit listrik buatan, mesin giling kedelai semuanya datang dari kreativitas orang kampong sendiri. apabila mereka semakin senang di kampong tidak mungkin merka terus memadati kota. Sebagaimana mereka dapat menikmati kampong dan keceriaan tergambar jelas di wajah-wajah mereka.

[caption id="attachment_334734" align="aligncenter" width="480" caption="Foto odong-odong Jawa, kolaborasi Nava-Imam Muhayat, dokumen pribadi"]

1415722966393337515
1415722966393337515
[/caption]

Beginilah keadaan kampong kita yang bertahun-tahun ditinggalkan penghuninya sendiri. kalau keadaan semacam ini dibiarkan terus-menerus akan sangat merugikan bangsa dan negara, karena potensi di kampong-kampong begitu besarnya dengan pertanian, pengolahan lahan, potensi peternakan, penjagaan kelestarian lingkungan, dan masih banyak lagi yang dapat dikembangkan kampong-kampong, di pesisir-pesisir pantai. Semua itu akan mendorong potensi baru bagi keberdayaan bangsa kita, Indonesia dengan mengelola kampong, dan pesisir pantai dengan baik. Keceriaan mereka pertanda sesungguhnya mereka mencintai kampong dan pesisir pantai mereka. Imam Muhayat, Bali, 11 November 2014.

[caption id="attachment_334736" align="aligncenter" width="480" caption="Foto dokumen kolaborasi Nava-Imam Muhayat, dokumen pribadi"]

1415723224546716534
1415723224546716534
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun