Saya itu aselinya orang kampong yang menetap di kota, Bali. Sejak awal menginjakkan kaki di kota Bali, saya sudah berniat untuk bermukin di Bali. Karena itu, baru dua tahun di Bali, saya sudah memiliki rumah tinggal sendiri. Akhir Desember 1989 datang di Bali pada tahun 1992 saya sudah membeli rumah sendiri betapa pun itu lewat cicilan KPR (Kredit Perumahan Rakyat). Pikir saya daripada setiap bulan bayar kos, lebih baik untuk cicilan beli rumah. Karena itu saya selalu percaya niat itu sebanding dengan pencapaian.
Nah, kini, kalau sekarang pergi ke kampong, rasanya bukan lagi pulang kampong. Tetapi terasa lain saya mengadakan perjalanan wisata kampong kelahiran dan kampong tetangga. Perubahan di kampong luar biasa. Jalan-jalan sudah mulus. Penataan kawasan semakin semarak. Tempat wisata di kampong pun dapat ditemukan di berbagai sudut kampong.
Karena banyak juga orang kampong membangun tempatnya untuk kebutuhan hiburan, misalnya, kolam renang, tempat panjat-panjatan, tempat khusus olah raga, dan sepanjang pagi hingga menjelang petang banyak di kampung-kampung sekarang banyak ditemukan aktivitas jalan ramai-ramai wisata dengan kerata modif orang kampong. Rute perjalanan mengelilingi kampong, persawahan dan menyusuri pinggiran aliran sungai. Pokoknya kalau mengajak anak-anak pulang kampung seru banget. Sayangnya saya lengah tidak mendokumentasikan kereta modif orang kampong itu yang panjangnya tidak kurang dari 50 m ditarik dengan mesin modif pula. Lain kereta lain odong-odong. Semacam sepeda pancal dipancal rame-rame berdua, berempat, berenam, dan model disesuaikan modif sesuai dengan kebutuhan.
[caption id="attachment_334732" align="aligncenter" width="480" caption="Foto odong-odong Jawa, kolaborasi dengan Nava-Imam Muhayat, dokumen pribadi"][/caption]
Serunya lagi dengan odong-odong itu mereka juga mengadakan aksi kesenian yang mereka mampu, misalnya, jaran kepang, reok, atau sekadar akting dengan kreasinya sendiri semacam badut-badut-an. Terasa mereka sengaja menghibur dan mencari perhatian agar odong-odong semakin dikenal di kampong-kampong. Sekarang ini odong-odong sudah semakin ramai merambah kota Kediri, Tulungagung, Blitar, Nganjuk, Jombang, dll. Dengan kegiatan itu, keadaan kampong semakin semarak dan semakin banyak anak-anak muda enggan pergi ke kota.
[caption id="attachment_334733" align="aligncenter" width="640" caption="Foto odong-odong Jawa, kolaborabi Nava-Imam Muhayat, dokumen pribadi"]
Sesaknya kota dengan berbagai keruwetannya, fenomena demikian perlu respon dari pemerintah dan stakesholder untuk memberikan dorongan kepada orang kampong agar semakin mencintai kampongnya sendiri. Hal semacam ini kalau dapat dikembangkan terus tentu akan sangat baik, disamping memacu kreativitas anak-anak kampong menciptakan berbagai kreasinya dalam hal berkesenian juga menciptakan berbagai kreasi terkait dengan pengolahan lahan di kampong. Terbukti sekarang yang menciptakan alat teknologi terapan pertanian dengan mesin dozz padi, pembangkit listrik buatan, mesin giling kedelai semuanya datang dari kreativitas orang kampong sendiri. apabila mereka semakin senang di kampong tidak mungkin merka terus memadati kota. Sebagaimana mereka dapat menikmati kampong dan keceriaan tergambar jelas di wajah-wajah mereka.
[caption id="attachment_334734" align="aligncenter" width="480" caption="Foto odong-odong Jawa, kolaborasi Nava-Imam Muhayat, dokumen pribadi"]
Beginilah keadaan kampong kita yang bertahun-tahun ditinggalkan penghuninya sendiri. kalau keadaan semacam ini dibiarkan terus-menerus akan sangat merugikan bangsa dan negara, karena potensi di kampong-kampong begitu besarnya dengan pertanian, pengolahan lahan, potensi peternakan, penjagaan kelestarian lingkungan, dan masih banyak lagi yang dapat dikembangkan kampong-kampong, di pesisir-pesisir pantai. Semua itu akan mendorong potensi baru bagi keberdayaan bangsa kita, Indonesia dengan mengelola kampong, dan pesisir pantai dengan baik. Keceriaan mereka pertanda sesungguhnya mereka mencintai kampong dan pesisir pantai mereka. Imam Muhayat, Bali, 11 November 2014.
[caption id="attachment_334736" align="aligncenter" width="480" caption="Foto dokumen kolaborasi Nava-Imam Muhayat, dokumen pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H