Langkah ini akan berlanjut di 2019 yang ujung tombaknya adalah Gatot Nurmantyo terutama untuk menggaet masa Islam yang terbesar berasal dari kelompok radikal, yang sebagian berasal dari ahlussunnahwaljama'ah tetapi sedikit kekanan, seperti yang ditunjukan oleh aksi 212.
Dengan demikian Jokowi menggandeng Gatot sudah sangat tepat. Selain telah lolos uji kesetiaannya, Gatot Nurmatyo menurut Jokowi adalah ujung tombak yang menentukan untuk meraih suara muslim terbanyak yang berhaluan keras.
Kedua;
Apa hubungannya Presiden Jokowi dalam menghadapi isu komunis yang menerpa dirinya  dengan me-skenariokan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengumumkan nobar Film Gestapu, bahkan Jokowi rame-rame bersama masyarakat Makorem Suryakencana Bogor.
Apakah selama 4,5 jam lesehan hanya dimanfaatkan sekedar untuk menonton Film G30 S PKI ?. Â Mudah saja dibaca , Jokowi sekali lagi ingin mendulang dukungan dari kelompok Islam yang membenci PKI, lebih lengkapnya kaum muslimin yang membenci non muslim, cina, dan komunis yang jumlahnya menurut Wahid Foudation hampir mencapai 60 persen.
Melalui nama Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sudah pasti mereka akan mendukung apa maunya Pak Gatot. Pak Gatot bersama Jokowi ya pasti didukung.Â
Jadi scenario ini bukan sekedar mendiamkan mereka dari ocehannya dan tuduhan PKI kepada Jokowi, akan tetapi lebih penting adalah suara mereka bisa diambil yaitu dalam 2019 melalui peran Jenderal Gatot yang akan dijadikan pendampingnya.
ketiga.
Apa hubungannya Presiden Jokowi dalam Puisi yang dibaca Jenderal Gatot Nurmantyo dengan judul "Tapi Bukan Kami Yang Punya" dengan me-skenariokan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Pemilu Presiden 2019. Sedangkan akibat puisi itu Jokowi didesak bersikap tegas kepada Jenderal Gatot Nurmantyo.
Bisa jadi nama Jenderal Gatot mampu menarik masa kelompok muslim yang pro Gatot yang jumlahnya mencapai 60 %, akan tetapi Jenderal Gatot untuk mendampingi Jokowi di 2019 tanpa dukungan KIH dipastikan Presiden Jokowi tidak akan mendapat restu dari Megawati. Â Oleh sebab itu Jokowi harus mencari cara agar KIH bisa menerima Gatot Nurmantyo.
Langkah terbaik Jokowi memasukan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo kedalam rumah Megawati atau rumah KIH yaitu melalui kampanye yang unik dengan memperkenalkan penafsiran Trisakti nya Bungkarno melalui puisi singkat "Tapi Bukan Kami yang Punya".