Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baswedan Sangat Dekat dengan Jokowi-JK

17 September 2017   17:42 Diperbarui: 18 September 2017   11:21 4532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo (kiri) menerima Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan (kedua kiri) beserta keluarga saat acara Halalbihalal Idul Fitri 1438 Hijriah di Istana Negara, Jakarta, Minggu (25/6/2017).

Pilkada DKI telah usai digelar, hasil perjuangan super damai umat Islam dalam tuntutan penegakan hukum dan keadilan melalui "demo" 212 akhirnya berhasil mengantar Anies Baswedan menjadi orang nomor satu di DKI. Suara ratusan ribu, bahkan ada yang menyebutkan sampai jutaan umat Islam, mereka mengaku bukan dari Muhamadiyah, mereka juga mengaku bukan dari NU maupun organisasi massa Islam mainstream lainnya seperti  Persatuan Islam, Al-Irsyad, Al-Islmiyah, Arrobithoh Al-Alawiyah, dll.

Pada Jum'at yang keramat semuanya bergerak dalam satu irama takbir "Allahu Akbar", dan bersama mereka pula Presiden kita Joko Widodo ikut naik panggung meneriakan "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar", demikian alim dan cerdas apa yang ditunjukkan oleh Jokowi kepada dunia bahwa Presiden Indonesia Joko Widodo beserta Panglima Abri, Kapolri dan dan Pejabat tinggi TNI, Polri serta beberapa menteri menunjukkan inilah Indonesia yang menjunjung tinggi Demokrasi.

Mulai detik itu juga penilaian berbalik menjadi 180 derajat bahwa Presiden Jokowi ternyata tidak seperti yang digambarkan oleh para komunitas bumi datar. Nyata dan jelas sekali muka keriput dan kecewa si Imam Besar RS sangking terkejut dan kecewanya ternyata Jokowi mempunyai keberanian jauh diatas dirinya. Untuk membuat takut dan keder pemerintah GNPF -- MUI telah  mengerahkan ratusan ribu orang pendemo dan dana ratusan milyar ternyata tidak berhasil bahkan gagal total (1).

Jokowi ternyata tidak bisa dipermainkan, kecerdasannya membuat Jokowi tidak bisa ditipu. Gertakan si Imam Besar RS dengan meminjam 212 yang tidak membuat takut Jokowi, tuntutan-tuntutan kepada Presiden Jokowi yang sudah dihafal diluar kepala hilang tak berbekas.

Apa yang bisa kita tarik  dari peristiwa itu dalam rangka untuk pembelajaran politik. Pertama tentu saja sifat kepemimpinan Joko Widodo, setiap langkah tidak tergesa-gesa terutama pengambilan keputusan, bukan berarti beliau tidak tegas, akan tetapi memang terburu-buru adalah sifat setan yang tidak boleh ditiru.

Presiden Jokowi, adalah seorang pemimpin ulung ahli siasat dan strategi sehingga mampu meredam semua peristiwa yang sering menghadang dan menjegalnya baik dari kelompok atau komunitas haters, partai politik yang tidak sehaluan dengan beliau, maupun tokoh-tokoh yang berseberangan seperti Fahri Hamzah, Fadli Zon, bahkan termasuk tokoh tua kadaluarsa Amien Rais yang paling sering mendendangkan irama fitnah dan suara sumbangnya.

Jokowi adalah seorang pemimpin yang mendamaikan dan mempersatukan dari yang berbeda. Bukankah DPR yang semula seperti anak TK (kata alm Gus Dur) kini berangsur-angsur menjadi baik dan konstruktif walaupun disana-sini masih ada lobang-lobang kinerjanya yang buruk. Ribut --ribut soal pansus KPK, kemelut legislasi, Perpu Ormas, persoalan Presidential threshold, yang sedikit mengganggu Jokowi.

Namun Jokowi bukan membalas dengan keburukan, sebaliknya malah menyetujui kenaikan Dana Partai Politik yang sebelumnya hanya Rp 107 per suara menjadi Rp 1.000 per suara sah (2), tentu saja disertai pengawalan dan pengawasan yang ketat oleh pemerintah. Itulah hebatnya Jokowi yang mustahil bisa ditiru oleh gaya kepemimpinan model Prabowo Subianto.

Tidak terbersit rasa irihati dan dengki, penuh perhitungan sehingga cara melepas orang-orang pilihannya karena ada konflik internal partai tanpa sedikitpun menimbulkan gejolak bagaikan menarik sehelai benang dalam tepung. Ada hal penting yang sangat sedikit orang mengetahui yaitu terkait melepas orang terdekatnya yang dari awal selalu mendampingi dan ikut merumuskan strategi kemenangannya Jokowi, Anies Baswedan.

Yang sebenarnya Anies Baswedan bukan diberhentikan karena kasus dana sertifikasi guru, atau Frankfurt Book Fair 2015, atau bedah buku yang berkaitan dengan rencana permintaan maaf pemerintah kepada para korban tragedi kemanusiaan 1965-1966, yang melibatkan militer, tetapi Pemerintahan Jokowi-JK punya kepentingan atau agenda lain yang lebih besar terkait Anies (4).

Hal tersebut mulai bisa dirasakan, ketika peristiwa di Kepulauan Seribu itulah Jusuf Kalla sudah memulai melakukan komunikasi efektif dengan Prabowo Subianto. Terkait komunikasi Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) ke Prabowo Subianto, pada prinsipnya JK memiliki andil atas terpilihnya Anies Baswedan menjadi calon Gubernur DKI Jakarta (5).

Dan terbukti, Anies Baswedan berhasil terpilih menjadi Gubernur DKI menang suara telak hampir 60%. Para pemilih disamping bangga atas nama besar Jusuf Kalla sekaligus, Prabowo Subianto menjadi semakin percaya diri untuk menggandeng Anies selanjutnya tentu saja melalui sepengetahuan JK, maka Prabowo berpengharapan besar Anies akan membantu dirinya pada 2019 untuk mendongkrak tingkat keterpilihannya di Pemilu Presiden.

Perjalanan politik Anies Baswedan sangat identik dengan Presiden Jokowi, banyak dilamar, hoki selalu menyertainya, akan tetapi juga banyak mengalami rintangan, fitnah, pemutar balikan fakta yang menyeramkan, setelah berhasil mengantar Jokowi menjadi Presiden, dan Anies diangkat menjadi Mendiknas. Ternyata terpaan cobaan semakin kuat, rupanya benar kata para cerdik pandai " semakin tinggi kedudukan seseorang semakin besar cobaannya".

Anies sadar disekeliling Presiden Jokowi banyak yang mengincar dan mencari cari kelemahannya terutama dari partai pengusung Presiden, tujuannya jelas untuk menjatuhkan paling tidak untuk menjauhkan dirinya dari Presiden Jokowi. Yang menjadi kebanggaan Anies adalah Presiden Jokowi bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla adalah pemimpin yang adil , cerdas dan bertanggung jawab.

Walaupun nampaknya terkena reshufflekabinet sesungguhnya Anies sudah sejak lama selalu berkomunikasi dengan JK dan sangat dekat dengan Presiden Joko Wiododo. Memperbincangkan berbagai masalah di Indonesia dan Jakarta. Banyak pengamat menilai Jakarta membutuhkan pemimpin sekaliber Jokowi setidaknya yang agak mirip beliau misalnya seperti Anies.  Kepemimpinan di DKI,membutuhkan kesabaran, kesantunan. Kepemimpinan yang keras dan kasar tidak menguntungkan Jakarta, malah menjadi beban politik yang cukup memberatkan.

Jokowi adalah Sri Krisna pemilik kekuatan Balasrewu tak terkalahkan dan paling penting adalah Kitab Jitapsara. Dengan Kitab Jitabsara, Jokowi ibarat Krisna penjelmaan Wisnu yang tahu pada Pemilu 2019 siapa akan mengalahkan siapa, partai mana saja  yang akan menjadi koalisi pendukungnya, kemana arahnya suara masyarakat bawah, menengah, dan atas akan diberikan. Tampaknya saja Anies telah masuk KMP, namun sejatinya antara Anies dengan Jokowi sangat dekat, dan sangat dekat.

Soal Anies ia konsisten apa yang telah diucapkannya menyelesaikan Jakarta sampai 2024, dan pasti akan  memberikan dukungan sepenuhnya kepada Presiden Jokowidodo untuk melanjutkan program-progam beliau sampai 2024.  Apakah itu berarti sekaligus Anies dipersiapkan untuk 2024 menggantikan Presiden RI periode 2019-2014  Jokowidodo. Wallohu'alam bisawab.

Tritunggal Jokowi -- JK dan Anies yang penting saat ini mendamaikan mengakurkan kembali semua komponen bangsa, dan menyembuhkan seluruh masyarakat Jakarta dan Indonesia yang demam akibat Pilkada Jakarta kembali dingin dalam kondisi dibawah naungan Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Jokowi-JK sangat bijak memgang Indonesia, disana ada Anies sangat tepat memegang Jakarta, Anies langsung ikut aktif melakukan pemulihan kondisi masyarakat Jakarta yang terbelah khususnya dari kalangan umat Islam. 

Para ulama apapun mazhabnya dirangkul didudukan bersama-sama dalam silahturahmi yang bermartabat di Istana. Anies Baswedan sudah selangkah lebih maju menerima isyarat-isyarat Jokowi, berani tampil di milad ormas untuk menyadarkan dan mengembalikan ormas radikal menjadi ormas yang setia dan menerima kepada Pancasila dan UUD 45, menjaga keutuhan NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Sumber bacaan:

(1), (2), (4), (5).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun