[caption caption="Ketua DPR Setya Novanto menjawab pertanyaan wartawan seusai melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantor Wakil Presiden, Jakarta, (16/11).http://beritagar.id"][/caption]“Brokert saham”, “Calo saham”, "Papa Minta Saham" demikianlah yang disasarkan kepada Setya Novanto di banyak Medsos yang beredar luas di masyarakat. Sudah terlalu sering ketua DPR Setya Novanto membuat kisruh politik,yang mencederai lembaga terhormat Dewan Perwakilan Rakyat. Bangsa ini sampai malu, pertama, kunjungannya Setya ke AS ternyata hanya dijadikan jongosnya DT dalam kampanye presiden. Jauh-jauh berkunjung ke AS hasilnya apa? Tidak jelas! Untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat, katanya. Kesejahteraan model apa, model pemborosan uang rakyat? Masih basah, belum kering bener kasus SN dijadikan jongosnya DT, disusul SN menjadi calo sekaligus pengemis peminta-minta saham Freeport.
Lagi-lagi akibat ulah SN cenderung menempatkan DPR sebagai lembaga tinggi negara yang hanya diisi oleh para pengemis dan calo-calo busuk membuat negaranya sendiri menjadi semakin bau. Dalam setahun kiprahnya menjadi pimpinan di DPR sudah ada dua kali melakukan perbuatan yang nista bahkan dapat merendahkan martabat bangsa Indonesia dimata dunia Internasional. Bangsa ini sesungguhnya sudah sangat malu mempunyai ketua DPR berkualitas rendah. Layaknya mereka dijadikan barang rongsokan dan simpan saja di gudang belakang kalaupun tidak dibuang saja. Mereka tampilan luar dan dalamnya sama jeleknya.
Gaya bicaranya yang selalu tampak polos tetapi menjerumuskan. Sikapnya yang tahan banting, lebih tepatnya disebut saja ndableg, kasarnya tidak tahu malu dalam menghadapi berbagai kritik dari berbagai lapisan masyarakat mirip seorang tokoh Sengkuni dan Durno sekaligus. Seorang tokoh yang pandai membuat onar merendahkan martabat rakyatnya sendiri. Semua perbuatannya disengaja, hanya dengan satu tujuan untuk kepentingan dirinya, memperkaya dan melanggengkan kekuasaannya.
Selain pandai mengolah kata-kata. Perbuatan yang salah diolah habis menjadi suatu kebenaran. iapun pandai menolak semua tuduhan yang dikenakan kepadanya. Olok-olok masyarakat dianggap angin lalu. Bayangkan jika seorang yang jalan pikiran dan nuraninya masih normal, pasti akan merasa terpukul dan malu. Sebagai pejabat negara dijadikan bulan-bulanan diberbagai media sosial yang digambarkan bagaikan orang bodoh yang selalu merengek.
Namun banyak yang aneh dan menarik jika kita cermati dari rata-rata anggota dewan, khususnya para politikus kelas kakap dari kelompok KMP, terutama dari tiga serangkai SN, FZ, FH. Mereka nyaris kehilangan akal sehat dan etika untuk menjawabnya dengan benar jika dicecar dengan berbagai kritik dan pertanyaan-pertanyaan yang menohok sekalipun. Maksudnya adalah bukannya memberikan jawaban yang mencerahkan dan dengan cara santun, terkait pelanggaran yang dilakukannya, akan tetapi justru berbalik menyalahkan pihak lain terutama pemerintah yang ujungnya tentu saja untuk menyalahkan Presiden Jokowi.
Hal ini menunjukan indikasi kuat kalau mereka adalah para pimpinan yang sudah salah dari luar dan dalamnya. Masa iya sebagai ketua DPR harus ketemu dengan pengusaha kelas kakap dan melakukan lobi-lobi bisnis dianggap sebagai hal yang lumrah. Kalau bukan sudah keblinger lalu apa lagi yang pantas disematkan kepada mereka politisi yang sudah miring itu. Para politisi DPR sepertinya kurang menyadari banhwa rakyat karena saking seringnya dicederai dengan prilaku menyimpang para pimpinan DPR, menjadi semakin lebih peka dan cerdas, bahwa sesungguhnya pimpinan yang ada di DPR ternyata tidak berkualitas.
Kepribadiannya kurang berkualitas, kecerdasannya juga semakin tumpul. Mereka sudah tidak lagi bisa membedakan yang menjadi tugas utama sebagai anggota dewan. Intervensi tugas-tugas dan wewenang Presiden Jokowidodo diserobot tanpa tahu malu. Mencampuradukan tugas legislatif dan eksekutif sebagai hal biasa. Jalan pikirannya sudah banyak keblinger dan cenderung rusak. Hal ini kemungkinan besar akibat dari seringnya mereka dijejali dengan penghasilan atau duit haram. Sesuatu yang haram jika dimakan berakibat runtuhnya otak atau menurunnya akal sehat.
Apalagi bicara kualaitas spiritualnya, semakin jauh dari rasa kepeduliaannya kepada si miskin atau rakyat kecil. jika perbuatan yang keseringan nyeleneh dan diluar tugas pokok DPR dan disinyalir ada kepentingan-kepentingan. Jika dipikir-pikir kualitas pimpinan DPR semacam itu tersedia seabreg dipasar-pasar perjudian, makelar, calo yang banyak berkeliaran, di teriminal-terminal. Kalu hanya hanya untuk mendapatkan pimpinan DPR sekelas itu, comot saja dipinggir-pinggir jalan dan dapat ngirit uang puluhan trilyun. Kenapa mesti menghabiskan dana trilyunan rupiah, ternyata hanya menghasilkan manusia berderajat calo dan pengemis hanya untuk ditempatkan di lembaga yang sangat bergengsi itu.
Kita tidak usah mendasari hasil survey dari berbagai lembaga survey yang sudah jelas dapat memberikan gambaran kinerja dan kualitas anggota DPR yang memang sudah sangat buruk. Cukup dengan menanyakan beberapa orang saja dari kalangan rakyat kecil dan miskin. Jangan dikira mereka karena rakyat kecil dan miskin tidak mengerti tentang DPR. Sampai yang sekecil kecilnya bahkan sifat-sifat anggotanya dan pimpinannya mereka sangat memahami dan sangat tahu. Apakah para politisi DPR khususnya para pimpinan nya tergolong manusia yang baik, pemimpin yang adil dan jujur, pemimpin yang mengemban amanat rakyat dengan sepenuh hatinya memikirkan rakyat yang telah bersusah payah memilihnya.
Jawabannya bisa dipastikan mereka adalah para pemimpin yang sudah sangat bobrok. Dari mana mereka dengan sangat cerdas mengetahui hal itu. Tentu saja, karena mereka berpikir dan merasa dengan nuraninya yang masih sehat. Mereka belum terkontaminasi badaniahnya oleh rezeki hasil korupsi, rezeki yang mereka peroleh dari mengais sampah barang bekas, mereka pungut dan jual hasil rezekinya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Pantang bagi mereka mengemis-ngemis apalagi menjual negara hanya untuk memenuhi hajat kebutuhan mulut, perut dan nafsu sahwati sexnya.
Pikiran dan hati mereka masih terbentuk murni, hasil pikiran dan penglihatan dengan mata hatinya masih sempurna. Untuk melihat anggota dewan dan para pimpinannya tidak terlalu sulit. Segera akan dibukakan mata hatinya, untuk mengetahui model seperti apa para politisi di DPR termasuk pimpinannya. Figur seperti apa Setya Novanto, para pimpinan DPR yang lain dan para politisi di Senayan itu. Akan tetapi karena keluhuran budi pekertinya mereka diam pura-pura tidak mengerti. Padahal mereka jauh lebih peka dibandingakna para politisi di Senayan yang katanya hampir 90% bergelar doktor. mereka selama ini tidak sedikitpun protes, mereka selalu diam walaupun hatinya mengetahui. Mereka akan menjawab jika ditanya, dan jawabannya pasti tepat, dan benar.
Jadi untuk mengetahui seberapa jauh kualitas para politisi DPR khususnya pimpinannya, cukup menanyakan langsung kepada saudara-saudara kita yang hidup “kandang langit kemul mega”. Hari ini dapat rizki mereka bersyukur, hari esoknya tidak ketemu apa yang akan dimakan maka mereka berpuasa. Mereka tidak meminta, tidak mengemis. Mereka juga tidak mendendam kepada Wakil rakyat seperti Pak Setya Novanto, Fadli Zon, Fahri Hamzah dan lainnya. Malah mereka mendoakan agar semua wakil rakyat sadar, kembali ke jalan yang benar. Mereka juga menasehati khusus untuk Setya Novanto agar tidak serakah, berikan nafkah untuk keluarganya dengan harta yang halal, jangan jadi calo, broker dan sejenisnya.
Selanjutnya yang paling penting tidak menjual nama Presiden Jokowi hanya untuk mendapatkan saham Freeport. Ingat berbohong itu termasuk dosa besar. Jangan merasa sudah jago karena telah mencapai gelar doktor. Karena hanya dengan gelar doktor saja tanpa dikuatkan dengan nurani yang hidup belum dapat dijadikan hujah kalau mereka terdiri orang-orang pintar. Karena kepintarannya baru ada dikepalanya sedangkan yang ada didanya masih seperti kelas TK. Bukankah mereka lebih banyak yang berperilaku seperti anak TK. Sebentar-bentar berantem, teriak dan marah-marah yang tidak ketahuan ujung pangkalnya.
Mereka lebih mementingkan tampilan, mengedepankan arogansi kekuasaannya, “sopo siro sopo ingsun”. Gedung kantornya harus megah, rumah harus direnovasi sesuai selera highclass, kasus dan bantalnya harus baru, mobil, gampangnya karena wakil rakyat sebagai jabatan terhormat maka semua fasilitas harus yang terhormat. Atas perilakunya yang membuat malu bangsa Indonesia, alangkah baiknya jika Setya Novanto meminta maaf kepada Presiden Jokowi, walaupun sebenarnya Pak Jokowi sudah dari jauh hari memaafkan sikap para pimpinan Dewan yang sering berlaku kurang ajar. Ingat lupakan dan jangan ulangi ketemu DT, lupakan Freeport dan tidak mengulangi selingkuh dan membangun jaringan mafia migas dan pertambangan. Habis meminta maaf kepada Jokowi, temulilah si “Kandang Langit Kemul Mega” dan mintalah maaf juga. Hitung-hitung memaknai hakekat wakil rakyat, secara baik dan benar.
Sebab wakil rakyat harusnya ketemu dengan rakyat khususnya mereka yang sangat membutuhkan. Bagai mana caranya ketemu mereka, sangat mudah, mereka ada dimana-mana, asal ada niat baik kepada mereka dan membantu kesulitan hidup mereka, temui saja hampir ada disemua pelosok negeri ini. Jika para politisi mau blusukan seperti apa yang sering dilakukan Presiden Jokowi, niscaya penyakit hati yang sedang menggerogoti mereka akan musnah dengan sendirinya. Bertaubat atas keserakahan yang selama ini tanpa disadari mereka lakukan hanya untuk memenuhi selera nafsu dan sahwatnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI