Caranya dengan menjaga persatuan dan kesatuan, dan kerja keras sekuat tenaga yang disemangati dengan semboyan “Merdeka atau Mati”. Maka slogan Pak Presiden Jokowi “ayo kerja, kerja, dan kerja”, menjadi sangat enteng, tidak akan menjadi beban apalagi menjadi masalah. Karena dari dulu masalah Indonesia adalah masalah kemauan untuk bekerja keras itu yang memble. Lebih banyak menggantungkan kepada alam, sikap nrimo ing pandum. Akhirnya ya itu negara yang subur, kaya , akan tetapi rakyatnya miskin.
Kalau begitu Indonesia memerlukan seorang pemimpin yang sanggup memotivasi rakyatnya agar mempunyai jiwa “Merdeka atau Mati”. Indonesia rindu punya sosok pemimpin sekelas para pendiri TNI, para pendiri negara yang berjuang tanpa pamrih untuk Indonesia. Hingga kini Indonesia dinilai belum memiliki sosok yang dipercaya atau memiliki postur yang kuat yang dapat disejajarkan dengan Bung Karno, Jenderal Soedirman, Hatta, Syahrir, Wahid Hasyim, Hasyim Azhari, dll.
Sebenarnya peluang Indonesia untuk melahirkan sosok seorang pemimpin yang dapat memotivasi Indonesia lahir menjadi bangsa besar yang sejahtera dan berkeadilan, terbuka lebar dan kemungkinannya sangat mudah dan gampang diperoleh:
pertama: karena jumlah penduduk Indonesia demikian besar yang terdiri dari beribu suku bangsa yang masing-masing memiliki budaya tinggi yang beraneka ragam.
Kedua, dalam sejarahnya kepemimpinan yang pernah lahir di Indonesia telah terbukti secara rerata berkelas dunia, artinya memang bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke terdiri dari individu-individu cerdas dan berkarakter baik.
Ketiga: Indonesia adalah negara kaya dan subur karena karunia Tuhan, artinya Indonesia seperti sudah menjadi suratan takdir akan menjadi negara besar.
Keempat: SDM Indonesia terbukti dapat bersaing dengan SDM dari negara-negara maju sekelas China atau Amerika, lihat saja kompetisi Science bidang matematik, fisika, astronomi dan lainnya Indonesia selalu menadapatkan emas.
Kelima: Indonesia mempunyai kultur gotong royong yang kuat, sebagai embrio lahirnya persatuan dan kesatuan yang kokoh sebagaimana yang tercermin dalam “Bhineka Tunggal Ika” dalam cengkeraman lambang negara burung Garuda Pancasila.
Keenam: Indonesia mempunyai nilai asli dan semangat “Merdeka atau Mati” yang lahir sejaman dengan lahirnya bangsa Nusantara, jauh sebelum Indonesia merdeka.
Namun sekali lagi kita kelihatannya masih harus sabar, sabar lagi, sabar lagi, menunggu lahirnya seorang pemimpin yang dapat menyemangati “Merdeka atau Mati” seperti yang pernah digelorakan oleh para pendiri TNI sekelas Jenderal Sudirman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H