Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Syeikh Ali Jaber Minta Maaf Kepada MUI atau Umat Islam Indonesia?

30 September 2015   21:39 Diperbarui: 30 September 2015   21:39 21463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pertama kali saya berkenalan dengan SAJ, karena secara kebetulan Syech Ali mengontrak rumah di wilayah RT tempat saya tinggal, atas pengakuannya beliau, kewarganegaraan Indonesia diperoleh atas kebaikan SBY. Saya bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan atas kebaikan SBY, tetapi ya sudahlah, itu nasib baik SAJ.

Dia sebenarnya tinggal di Lombok karena istrinya orang Lombok. Dan Syech Ali ini menjadi Imam besar Masjid Lombok. Dan pengakuannya mempunyai majelis Ta’lim terbesar di Lombok serta lembaga pendidikan dari Ibtidaiyah sampai Aliyah yang sedang dikelolanya diLombok.

Saya bertanya-tanya, keluarga ada di lombok, tugas sebagai Imam besar di Masjid besar Lombok, ada tugas mengelola pendidikan ada di Lombok, akan tetapi kehidupan beliau 99 % di Jakarta termasuk tugas da’wah bukan dilombok akan tetapi ada di Jakarta dan sekitarnya.

Yang saya kurang mengerti terhadap SAJ adalah, sebagai warga di tempat kami, tetapi sangat jarang Syech Ali melaksanakan shalat berjamaah di masjid di tempat kami tinggal, padahal jaraknya hanya terpaut 4 sampai 5 rumah saja dari tempat tinggal kontrakan beliau.

Selama hampir 3 tahun tinggal di wilayah kami, hanya 2 kali memberikan tauziah di Masjid tempat tinggal kami, pertama ketika perkenalan, dan kedua ketika ada acara penyambutan tamu dari Madinah, yaitu seorang anak usia 6 tahun yang hafidz Qur’an 30 juz dan penyambutan kehadiran tamu Imam Masjid Nabawi.

Yang lebih aneh lagi sebagai seorang Da’i yang tugasnya tentunya berda’wah, akan tetapi dalam berda’wah hanya ditempat-tempat tertentu yang hanya terkesan wah dan mewah......

Dalam ceramah-ceramahnya yang saya dengar, selalu mengagung-agungkan negara asalnya dalam kehidupan beragamanya, dan membandingkan kondisi Indonesia khususnya Jakarta yang tidak Islami sehingga sering dilanda musibah.

Da’wah tidak Efektif, dan saran buat SAJ

Da’wah memang kewajiban, apalagi sekelas SAJ, tetapi yang dijalankan SAJ tidak tepat sasaran, salah ruang dan waktu. Jika dia mau alangkah baiknya bila SAJ mengorbankan semua sumberdayanya untuk berda’wah di Papua itu dinilai jauh lebih baik jika dibandingkan berda’wah di Jakarta. Karena Jakarta sudah penuh dengan penda’wah.

Oleh sebab itu saya simpulkan cara berdawah SAJ yang diljalankan di Jakarta sangat tidak efektif, karena yang didawahi adalah umat islam Indonesia yang sudah mapan karena disana sudah ada guru, kiai, ulama yang mengajar dan memberi bimbingannya sesuai dengan mazhab ahlulsunnah waljamaah baik yang terafiliasi dalam oraganisasi NU maupun Muhammadiyah.

Bijaklah SAJ dan segera Minta Maaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun