Presiden Joko Widodo menerima penghargaan medali kehormatan dari Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis atau Star of the Order of Abdulaziz Al Saud Order of Merit with 5 Degrees di Istana Al-Salam Diwan Malaki, Sabtu, 12 September 2015.
Biasanya Presiden Jokowi dalam gaya kepemimpinannya menggunakan jurus atau strategi diplomasi makan siang untuk meluluhkan hati kawan maupun lawan bicaranya. Tetapi dalam menghadapi seorang pemimpin besar seperti Raja Salman dari Arab Saudi, Jokowi tahu diri, tidak akan menggunakan strategi itu.
Karena Jokowi bukan sedang menjadi tuan rumah, tetapi statusnya adalah tamu negara, dan yang dihadapi adalah seorang Raja Salman yang dikenal “BĚR BONDO, BĚR BANDU. BĚR BONDO berarti kaya raya, dengan emas picis rojo brono yang tak terhitung jumlahnya. BĚR BANDU berarti kaya saudara, karena memang Raja Salman memiliki banyak saudara, baik saudara satu keluarga besar Ibnu Saud, terutama saudara seiman yakni kaum muslimin sedunia.
Oleh sebab itu Jokowi menggunakan jurus atau strategi lain, yang lebih mengena dan sangat ampuh, yaitu jurus “Menang Tanpa Ngasorake”, Menang Tanpa Merendahkan.”Jurus atau strategi ini sangat populer dimasa kepemimpinan Soeharto. Bedanya dengan Jokowi, Soeharto hanya bisa ngomong, tetapi tidak bisa menjalankan atau jarkoni, “bisa ngajar tidak bisa melakoni”
Walaupun kedengarannya sangat mudah, namun tidak semua orang dapat menjalankannya. Hanya orang-orang tertentu saja, yang telah dibekali dengan jiwa ikhlas, ikhsan, tanpa pamrih, tulus, yang dapat mengamalkan jurus atau strategi ampuh ini. Seseorang pemimpin yang masih diperbudak oleh hawa nafsu amarah, lawamah, sufiyah yang merupakan penghalang hidup dipastikan tidak akan mampu mengeluarkan jurus sakti itu.
Ketika nafsu jahat yang hanya melahirkan sifat-sifat buruk dan tercela keras kepala, suka mencela, pendendam, mudah tersinggung dan mudah marah, gila hormat, ujub; sombong, rakus, serakah, korup, pelit, mempunyai ambisi kekuasaan; memuji diri sendiri, memperindah diri, suka mencampuri urusan orang lain, masih melekat kepada perilaku seseorang, maka jangan harap dapat dapat mengamalkan makna “Menang Tanpa Ngasorake”.
Tetapi Presiden RI ke 7 ini, dapat melakukannya dengan baik dan sempurna, hal ini saja sudah membuktikan bahwa Jokowi sudah mencapai maqam ikhlas, ikhsan, tanpa pamrih, tulus. Presiden Jokowi mendapat penghormatan sedemikian besar dari Raja Salman, karena Jokowi tampak sebagai sosok pemimpin yang ikhlas, bahkan ikhsan, tidak mencari popularitas dan maupun penghormatan.
Keberhasilan Jokowi dalam menjalankan misi diplomatik politik luarnegerinya, tidak terlepas dari keberhasilan Jokowi dalam memaknai dalam menggunakan jurus atau strategi diplomasi “ Menang Tanpa Ngasorake”.
Hasilnya Kerajaan Arab Saudi akhirnya memberi tetapi tanpa merasa kehilangan.
Pertama: Kedatangan Presiden Joko Widodo di Arab Saudi mendapat penghormatan dan sambutan hangat dari Sang Raja. Raja Arab Saudi, Pangeran Salman bin Abdulazis Al Saud didampingi Gubernur Jeddah Ratu Mishaal bin Masjid Al Saud menyambut langsung kedatangan rombongan Presiden Joko Widodo, saat mendarat di Bandar Udara International King Abdul Azis , Jeddah, pada Jumat (11/9) pukul 18.00 Waktu Setempat (WS), atau sekitar pukul 22.00 WIB.
Kedua: Presiden Jokowi diberikan Medali tanda kehormatan oleh Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis. Pemberian tanda kehormatan dilakukan di Istana Al Salam Diwan Malaki, Jeddah, Arab Saudi setelah pertemuan bilateral dan santap siang.
Medali tersebut bernama Star of Order of Abdul Aziz Al Saud - Order of Merit with 5 degrees. Tidak seorangpun Presiden RI termasuk SBY yang mendapat medali kehormatan setinggi itu kecuali Presiden Jokowi. Medali serupa juga pernah diberikan kepada Barack Obama, David Cameron, George Bush, dan Shinzo Abe.
Ketiga: Tak hanya penyambutan dan medali penghormatan, Raja Arab bahkan meminjamkan Istana Raja Faisal untuk digunakan sebagai kantor bagi Presiden Jokowi. Di Istana Raja Faisal, Jokowi melakukan sederet pertemuan dan membahas berbagai macam isu, yang semuanya diamini oleh pemimpin Arab Saudi yang masyhur itu.
Keempat: Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud menyetujui permintaan Presiden RI Joko Widodo terkait penambahan kuota jemaah haji bagi Indonesia sebanyak 10 ribu orang. Saat ini kuota haji bagi Indonesia ialah 168 ribu orang. Dengan penambahan kuota 10 ribu, maka mulai tahun depan Indonesia dapat memberangkatkan 178 ribu orang untuk beribadah haji.
Dengan keberanian dan penampilan yang ikhlas, ikhsan, tanpa pamrih, dan tulus disertai strategi atau jurus “Menang Tanpa Merendahkan” Jokowi melanjutkan pembicaraan dengan Raja Salman, banyak hal yang menyangkut kepentingan dua negara yang lebih luas dan komprehensip, meliputi kerjasama bidang ekonomi, teknologi, dan energi.
Dalam pembicaraan bilateral dengan Raja Salman, Presiden Jokowi berhasil meyakinkan dan sekaligus mengundang investor Arab Saudi untuk berinvestasi di Indonesia, ikut serta berpartisipasi membangun infrastruktur kilang minyak, jalan, pelabuhan, investasi keuangan pariwisata dan berbagai obyek bisnis lainnya,
Presiden Jokowi juga memberikan masukan konstruktif, perbaikan atas berbagai kekurangan dalam pengelolaan ibadah haji, khususnya pelayanan jemaah haji Indonesia, termasuk juga membicarakan mengenai perlindungan terhadap TKI di Arab Saudi. Dalam kaitan perlindungan TKI, Presiden Jokowi juga meminta secara langsung kepada Raja Salman untuk mengampuni Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang divonis mati atau qisash.
Dalam pertemuan dengan Raja Salman itu, Jokowi menyinggung kehancuran Kedutaan Besar RI di Ibu Kota Sana'a, Yaman, karena serangan jet Saudi. Saat itu, Negeri Petro Dollar berjanji akan memeriksa tingkat kerusakan KBRI akibat serangan Liga Arab ke markas pemberontak Houthi. Pemerintah Indonesia tidak menuntut permintaan maaf. Karena pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah berjanji akan memperbaiki semua kerusakan setelah investigasi selesai dilakukan.
Empat hari ke depan Presiden Joko Widodo melawat ke tiga negara Timur Tengah. Pada 11-13 September RI-1 berada di Jeddah, Arab Saudi, menggelar pertemuan bilateral dengan Raja Salman. Pada 13-14 September bertolak ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Baru Kemudian, pada 14-15 September, lawatan berakhir di Doha, Qatar.
Bangsa dan seluruh rakyat Indonesia banyak mengharap kunjungan Presiden Jokowidodo ke Timur Tengah dapat membawa banyak manfaat bukan saja untuk Indonesia, tetapi akan membawa kemaslahatan khususnya bagi negara-negara negara-negara arab yang dikunjunginya yaitu Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Keuntungan bagi Indonesia akan terbukanya akses langsung untuk memasarkan produk-produk halal dari Indonesia ke Arab Saudi dan negara-negara disekitarnya. Dan mendorong para investor Timur Tengah untuk berinvestasi yang lebih besar dari sebelumnya khususnya di bidang infrastruktur, maritime, dan energi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H