Sebab sekali penertiban gagal maka untuk seterusnya akan semakin sulit bahkan dapat dijadikan komoditi bisnis oleh kelompok mafia maupun para politisi.
Ahok sebenarnya sudah memberikan kesempatan yang cukup kepada warga untuk mengurus ganti rugi dengan menunjukan Surat Hak Milik.
Harga ganti rugi yang ditawarkan sebesar 1,5 kali luas lahan resmi yang dimiliki warga. luas lahan 100 meter persegi mendapatkan ganti lahan seluas 150 meter persegi dan diberikan kasih sertifikat.
Warga yang akan mendapatkan kompensasi adalah warga yang memiliki sertifikat tanah dan bangunan asli di bantaran Kali Ciliwung. Sedangkan untuk warga asli DKI Jakarta yang tinggal di kawasan tersebut namun terdampak penertiban, Ahok akan merelokasi ke tempat yang lebih baik.
Yaitu berupa rusunawa, rumah susun dengan sewa sepuluh ribu rupiah perhari. Jadi dengan kata lain mereka tetap diperhatikan. Jadi kurang apalagi itikad baik Ahok kepada warga kampung Pulo.
Ahok memindahkan mereka tidak begitu saja dipindahkan, mereka dikasih tempat tinggal untuk seumur hidup, diberi hak untuk tinggal sampai tujuh turunan, syaratnya jangan disewakan atau dijual kepada orang lain.
Tetapi mereka nglunjak mengakali Ahok, meminta Surat Hak Milik. Tentu saja Ahok tidak mau, karena Ahok tau tujuannya agar rumah yang dikasih negara bisa diperdagangkan. Kalau mereka sampai minta surat hak milik, niscaya bukan untuk tinggali tapi akan diperjualbelikan.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menilai warga Kampung Pulo enggan direlokasi karena mengira akan diberi uang ganti rugi penggusuran. Selama ini mereka belum mau masuk rusunawa karena berharap dapat ganti rugi uang.
Ahok tau apa yang ada dibenak warga kampung pulo yang tinggal di tanah negara itu. Yang dikehendaki warga adalah rusunawanya dapat uangnya juga dapat.
Itulah manusia Jakarta, sudah diberi kemudahan, tempat tinggal yang lebih nyaman, lebih sehat, ternyata tidak berterima kasih, tidak bersyukur, mereka menolak. Tidak instrospeksi diri bagaimana rasanya puluhan tahun tinggal ditempat kumuh dan kebanjiran.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Diucapkan hanya untuk menarik simpatik dan dukungan. Yang sejatinya untuk mengelabui masyarakat, mengelabui petugas. Tak disadarinya mereka telah melakukan kemunafikan.