Inilah Ahok, selama 70 tahun Indonesia merdeka dialah satu-satunya Gubernur DKI jakarta yang berani menggusur pemukiman liar kampung Pulo yang kumuh dan padat penduduk terkenal seantero negeri karena langganan banjir.
Ia sangat berani melakukan itu semua buat kepentingan rakyat banyak. Untuk kepentingan negeri kita tercinta. Siapa lagi kalau bukan kita termasuk semua pemimpin untuk berani mengabdi kepada ngeri ini dengan sepenuh hati.
Kalau kita mau berkata jujur, siapa pemimpin yang paling jujur dan berani dinegeri ini? Dari dalam hati yang paling dalam, jawabannya pasti Ahok si Basuki Tjahaja Purnama itu.
Hanya saja bangsa kita ini sering gengsi malu mau menyebut nama Ahok yang terbaik dalam kepemimpinan keberanian dan kejujuran, karena perbedaan soal etnis Cina, perbedaan soal agama dan bermacam alasan sara yang menyesatkan.
Memang banyak juga manusia jujur, tetapi belum tentu berani. Jujur saja tanpa keberanian manfaatnya dan dampaknya tidak dapat dinikmati orang banyak.
Dua kata kunci itulah paling utama yang sedang dibutuhkan oleh seorang pemimpin di Jakarta. Masih banyak kata kunci yang lain misalnya pemimpin yang disiplin bijaksana mengayomi dan lainnya.
Namun untuk sementara waktu dalam kondisi darurat yang sedang dibutuhkan Indonesia adalah kepemimpinan yang mempunya sifat berani dan kejujuran yang paling menonjol.
Oleh sebab itu kepemimpinan seperti Ahok sangat dibutuhkan di negeri ini yang sedang mengalami krisis kepemimpinan.
Kamis (20/8/2015) ratusan bangunan kumuh yang berdiri puluhan tahun di atas tanah negara di Bantaran Kali Ciliwung RW 03 Kampung Pulo akan digusur Satpol PP. Sebanyak 2.100 petugas gabungan TNI, Polri, dan Satpol PP diterjunkan untuk mengamankan penggusuran.
Seperti diperkirakan semula, warga pasti akan menolak petugas, mereka menolak digusur alasannya sudah tiga generasi tinggal di Kampung Pulo.
Yang terpenting langkah Ahok untuk melakukan penggusuran sudah melalui prosedur yang dibenarkan oleh hukum. Jika semua prosedur hukum sudah dijalankan oleh pemerintah daerah, langkah Ahok tidak boleh mandeg.
Sebab sekali penertiban gagal maka untuk seterusnya akan semakin sulit bahkan dapat dijadikan komoditi bisnis oleh kelompok mafia maupun para politisi.
Ahok sebenarnya sudah memberikan kesempatan yang cukup kepada warga untuk mengurus ganti rugi dengan menunjukan Surat Hak Milik.
Harga ganti rugi yang ditawarkan sebesar 1,5 kali luas lahan resmi yang dimiliki warga. luas lahan 100 meter persegi mendapatkan ganti lahan seluas 150 meter persegi dan diberikan kasih sertifikat.
Warga yang akan mendapatkan kompensasi adalah warga yang memiliki sertifikat tanah dan bangunan asli di bantaran Kali Ciliwung. Sedangkan untuk warga asli DKI Jakarta yang tinggal di kawasan tersebut namun terdampak penertiban, Ahok akan merelokasi ke tempat yang lebih baik.
Yaitu berupa rusunawa, rumah susun dengan sewa sepuluh ribu rupiah perhari. Jadi dengan kata lain mereka tetap diperhatikan. Jadi kurang apalagi itikad baik Ahok kepada warga kampung Pulo.
Ahok memindahkan mereka tidak begitu saja dipindahkan, mereka dikasih tempat tinggal untuk seumur hidup, diberi hak untuk tinggal sampai tujuh turunan, syaratnya jangan disewakan atau dijual kepada orang lain.
Tetapi mereka nglunjak mengakali Ahok, meminta Surat Hak Milik. Tentu saja Ahok tidak mau, karena Ahok tau tujuannya agar rumah yang dikasih negara bisa diperdagangkan. Kalau mereka sampai minta surat hak milik, niscaya bukan untuk tinggali tapi akan diperjualbelikan.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menilai warga Kampung Pulo enggan direlokasi karena mengira akan diberi uang ganti rugi penggusuran. Selama ini mereka belum mau masuk rusunawa karena berharap dapat ganti rugi uang.
Ahok tau apa yang ada dibenak warga kampung pulo yang tinggal di tanah negara itu. Yang dikehendaki warga adalah rusunawanya dapat uangnya juga dapat.
Itulah manusia Jakarta, sudah diberi kemudahan, tempat tinggal yang lebih nyaman, lebih sehat, ternyata tidak berterima kasih, tidak bersyukur, mereka menolak. Tidak instrospeksi diri bagaimana rasanya puluhan tahun tinggal ditempat kumuh dan kebanjiran.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Diucapkan hanya untuk menarik simpatik dan dukungan. Yang sejatinya untuk mengelabui masyarakat, mengelabui petugas. Tak disadarinya mereka telah melakukan kemunafikan.
Memang diakui oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Bang Yos, sangat sulit mengurus Jakarta, Jakarta ibarat hutan belantara dan di dalamnya banyak binatang buas alias warga yang sulit diatur. Kalau dibilang hutan, itu wild, buas. Secara perilaku, bias disebutkan buas. Secara permasalahan, bias juga disebutkan buas.
Itu semua merupakan tantangan yang harus dihadapi Ahok dalam menghadapi sifat dan perilaku warganya yang bermacam-macam polah dan tingkahnya, bandel menantang, diberi susu dibalas dengan air tuba.
Tetapi mayoritas warga DKI Jakarta dan Pemerintah Jokowi masih percaya penuh kepada Basuki Tjahaja Purnama dapat melaksanakan tugas-tugas negara dengan baik. Masih dalam Hari Proklamasi, Ahok Berprestasi Merelokasi Kampung Pulo, Hadiah 70 Tahun Indonesia Merdeka.
Â
*) Keterangan Gambar:Â Rumah susun yang disiapkan untuk warga Kampung Pulo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H