Sejak saat itulah nama Rhoma dikenal masyarakat sebagai Musisi dan penda’wah yang doyan berselingkuh, anehnya bukan semakin pudar nama Rhoma , malahan semakin populer, semakin moncer terbukti dari beberapa kali pesta besar politik di tanah air mulai dari pemilu legislatip maupun Pemilu Presiden nama Rhoma dijadikan simbol dukungan publik, oleh sebab itu beberapa partai politik besar pernah menggunakan nama Rhoma sebagai logo kampanye partai politik.
Kiprah Politik
Hingar bingar politikpun menggelora pada pemilu Presiden 2014. Bagi Rhoma Irama keinginannya untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia ternyata bukan sekedar isapan jempol belaka, dukungan dari kalangan Ustadz dan tokoh agama, organisasi Front Pembela Islam, FBR, PBR, penggemar fanatik, ternyata mengalir demikian kuatnya Terutama para Habaib tidak segan-segan membuat dukungan politik secara terbuka yang gencar disuarakannya pada acara-acara pengajian.
Mereka berusaha memberikan dukungannya kepada Bang Haji Rhoma. Kenapa Bang Rhoma berhasil menarik perhatian publik, baik golongan atas maupun kalangan bawah, para ketua partai politik, dan termasuk didalamnya kalangan intelektual Islam dan non Islam, sehingga tak dinyana tak disangka, raja Dandut yang satu ini benar-benar telah berani mengambil keputusan keinginannya menjadi untuk menjadi calon Presiden 2014.
Bangkitnya Bang Haji baik dalam da’wah terutama dalam kampanyenya untuk mengetahui kehendak publik sebenarnya yang sengaja digali, figur yang kaya apa bentuknya yang dikendaki rakyat. Caranya adalah dengan menggunakan figur yang mempunyai potensi kuat menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Telah diketahui bahwa sorotan publik terkait keinginannya H Rhoma Irama untuk menjadi calon Presiden 2014, hal ini tentu saja menimbulkan pro dan kontra.
Pro dan kontra politik di kalangan masyarakat dapat menguntungkan atau merugikan pribadi seseorang. Tetapi dibalik pro dan kontra tentang Rhoma yang mencalonkan menjadi Presiden RI adalah untuk mengurai keinginan masyarakat sebenarnya tentang pemimpin yang diidolakan atau yang dikehendaki masyarakat luas. Sehingga partai-partai dalam sendiri-sendiri maupun dalam bentuk koalisi dapat memanfaatkan situasi tersebut untuk memunculkan pemimpin yang akan diusungnya. Cara ini lebih efektif jika dibandingkan dengan cara survey.
Cara lain adalah dengan melontarkan isu SARA yang sering di buat oleh Bang Haji sesungguhnya disengaja. Yaitu untuk membangkitkan semangat fanatisme ras, agama, golongan/kedaerahan seperti yang sebelumnya ia lontarkan kepada Wakil Gubernur Jakarta, Ahok. Alasannya adalah dalam ceramah SARA yang disampaikan oleh Bang Haji sebagai cara sangat efektif untuk menyemangati kaum muda khususnya dan kaum intelektual agar menjadi lebih fanataik dalam memilih seorang Pemimpin.
Kefanatikan dalam memilih seorang Pemimpin sangat diutamakan, bahkan boleh disebutkan sebagai salah satu rukun. Bukankah diakui atau tidak, memilih seorang kepala negara juga atas pertimbangan Sara walaupun secara tersembunyi.
Ternyata benar apa yang di jadikan strategi membangkitkan suara dukungan dan membangkitkan semangat fanatisme dikalangan generasi muda dan intelektual Islam khususnya dan para profesional termasuk kalangan guru besar Universitas Indonesia, mendapatkan respon positip setidaknya keinginan tahuan yang lebih besar, kepada Rhoma dan semua ide-idenya,
UI Bertanya Rhoma Menjawab
Dengan keyakinan diri yang tidak dapat diragukan lagi H Rhoma Irama bertindak sebagai salah satu nara sumber dalam seminar yang sangat berbobot dengan mengambil tema tentang kepemimpinan Nasional, yang digelar oleh dewan guru besar Universitas Indonesia.