[caption caption="Petugas gabungan berusaha memadamkan api pesawat Hercules yang jatuh, di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatra Utara, Selasa (30/6/2015)."][/caption]
Â
Cobaan dan ujian datang silih berganti kepada pemerintahan Bapak Jokowi, semoga apapun yang sedang terjadi bisa menjadi hikmah menambah kesabaran dan tetap amanah. TNI kembali mendapat ujian berat dengan jatuhnya banyak korban akibat jatuhnya Hercules C-130 di Medan beberapa hari yang lalu.
Sebelumnya dua bulan silam tepatnya kamis 16 April 2015 telah terjadi juga kecelakaan pesawat TNI AU, ketika itu bersamaan dengan pemberian penghargaan warga kehormatan kepada Jokowi, pesawat Jet tempur F-16 milim TNI AU meledak di Lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (16/4/2015) pukul 08.20 WIB.
Pada waktu yang bersamaan telah terjadi juga jatuhnya Satgulator TNI dari Gedung bertingkat di upacara pengukuhan Jokowi, sehingga menyebakan luka serius. Semua itu musibah sebagai ujian dan peringatan kepada TNI khususnya Pak Jokowi, agar TNI lebih diperhatikan terutama Alusista dan kesejahteraan para prajuritnya. Jangan sampai barang rongsokan dijadikan benteng pertahanan negeri yang kaya dan luas ini, dan jangan sampai pula terjadi ada oknum TNI yang ngobyek menggunakan harta milik negara.
Peristiwa yang tragis, mengejutkan, tetapi juga mengundang banyak pertanyaan khususnya untuk jajaran TNI AU, kecelakaan yang menimpa kepada pesawat pengangkut milik TNI-AU, Hercules C-130, yang jatuh pada Senin siang di Medan, Sumatera Utara di Medan, Sumatera Utara, menewaskan lebih dari 120 orang, bukan tentara semua sebagaian besar dari para korban malah terdiri dari warga sipil Ibu-ibu dan anak-anak kecil yang kesehariannya tidak ada hubungan kerja dengan TNI.
Anehnya lagi mereka bukan sekedar menumpang , akan tetapi dengan membayar dengan sejumlah uang. Jika hal ini benar, maka pesawat Hercules C -130 telah disalahgunakan oleh oknum TNI. Sebagai warga bangsa apa salahnya jika saya bertanya kepada Bapak Panglima TNI yang terhormat. Kenapa pesawat tua buatan 1964 masih diberikan ijin terbang. Pertanyaan yang lain adalah, kenapa mesti dikomersilkan dengan imbalan tidak seberapa dari warga rakyat ini yang semestinya malah mendapat bantuan dari pemnerintah.
Pertanyaan yang lain adalah kenapa sampai harus mengangkut lebih dari 120 orang, apakah pesawat Hercules C-130 jatuh bukan karena kelebihan muatan dari yang seharusnya. Jika hal ini benar maka alangkah cerobohnya oknum TNI AU tersebut, sehingga menyebabkan meninggalnya 120 orang lebih.
Disini masalah yang sedang melanda TNI AU menjadi meluas, yaitu maslah pengawasan dan koordinasi, jelas terlihat pengawasannya sangat lemah, kedua masalah koordinasinya dalam internal keorganisasian TNI tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pimpinan tidak mengetahui ada pesawat dikomersilkan oleh oknum TNI, Pimpinan juga hanya menerima laporan asal Bapak senang, sehingga pesawat yang seharusnya sudah masuk kandang rongsokan, ternyata masih dioperasikan.
Jika ada pengawasan terus menerus apalagi disertai dengan blusukan tentu semua itu tidak mungkin terjadi, tentu tidak mungkin pimpinan TNI memberikan ijin terbang apalagi digunakan mengangkut banyak orang sampai melebihi daya tampung karena mengangkut keselamatan banyak orang. Pimpinan TNI yang baik pasti sudah melarang operasional Helikopter yang sudah diatas 20 tahun keatas.
Namun jika pengawasan lemah apalagi ditambah adanya KKN maka pasti akan terjadi para komandan atau perwira atasannya yang memberikan restu ijin terbang pesawat Hercules C-130 yang jelas-jelas kondisinya sudah sangat kuno. Jika dipikir sedikit rasio , para pilot penerbang jelas mengetahui kondisi pesawan Herculec C -130 yang sudah tua dan sudah sepantasnya masuk besi tua rongsokan. Akan tetapi kenapa Sang pilot masih mau menerbangkan pesawat tersebut, kalau tidak ada ijin terbang?