- Â Â Sedangkan perbuatan menjadi wahana Dzat, seumpama samudera dengan ombaknya, pasti keadaan ombak mengikuti samudera.
Sebenarnya yang disebutkan Dzat ialah tajallinya Muhammad, sedangkan yang bernama Muhammad wahananya cahaya yang meliputi badan, berada pada hidup kita.  Hidup sendiri, tanpa ada yang menghidupkan, oleh karena itu berkuasa, mendengar, mencium, berbicara, merasakan segala rasa, kesemuanya dari kodrat Dzat kita sendiri. Maksudnya adalah; Dzat Tuhan Yang Maha Suci melihat dengan mata kita, mendengar dengan telinga kita, mencium dengan hidung kita, bersabda dengan mulut kita, dan merasakan segala macam rasa dengan mempergunakan alat perasa kita. Jangan ada rasa khawatir dalam pikiran, karena wahananya Wahya dyatmika ada pada diri kita. Artinya,  lahir batin Allah telah berada dalam hidup kita pribadi. Peribahasanya: Lebih tua dzat manusia daripada sifat Allah, karena kejadian dzat itu kadim azali abadi, yaitu paling dahulu sendiri, dikala masih hampa keadaan kita. Sedangkan kejadian sifat itu hudutsul alam, artinya baru adanya di dunia. Akan tetapi saling tarik menarik dan tetap-menetapkan, semua yang bernama dzat itu pasti mengandung sifat, segala yang bernama sifat pasti memiliki dzat.(Sampai disini Ilmu Ma’rifat yang diwedar Sang Dewa Ruci langsung kepada Bima putra Pandu, berhenti sesaat, padahal baru pada sampai maqam pertama, Bima sudah tampak menggigil seperti orang terkena demam tinggi. Masih ada delapan maqam yang hendak diwedar oleh Dewa Ruci kepada Bima, akan tetapi melihat kekuatan Bima yang hanya kuat pada maqam pertama saja. Maka  Dewa Ruci menghentikan wejangannya. Bima segera sadar apa yang telah terjadi, Bima masih belum kuat menerima Ilmu Ma’rifat sampai pada tingkat yang lebih tinggi lagi. Menyadari akan kekurangan atas dirinya, Bima segera memeluk Sang Dewa Ruci, mohon diberi kesempatan lagi untuk dapat menerima tingkat Ilmu Hidayah Jati yang lebih tinggi. Sang Dewa Ruci berpesan kepada Bima, supaya melakukan lebih banyak tapa brata, dan melakukan Tapa Ngrame, yaitu bertapa di dalam keramaian pergaulan manusia dan alam sekitar, yang dilakukannya adalah berbuat kebajikan buat sesama, berlaku adil kepada lingkungan, mengendalikan nafsu-nafsu amarah, dan seluruh nafsu-nafsu yang menjerumuskan manusia kelembah kehinaan.  Bima segera menyadari sepenuhnya dan berjanji kepada dirinya sendiri akan melakukan lebih banyak tapa brata disertai Tapa Ngrame.
Seusai Dewa Ruci memberikan kerahasiaan marifat Hidayah Jati, ditiupnya Bima, sehingga seolah-olah badan Bima terbawa melesat keluar alam lain dan seketika sudah berada di Tepi hutan Negara Amarta.(Bima Akan menerima Hidayah Jati pada tingkatan-tingkatan lebih tinggi setelah Bharatayuda).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H