(Hanya dengan sebuah niat yang tulus, akhirnya Bima dengan secepat kilat masuk ke dalam jagad wadag dari Dewa Ruci)
Dewa Ruci: Kulup, werkudara, katakanlah sejelas-jelasnya , segala yang kau saksikan di sana
Bima:” Hamba berada di sebuah tempat yang hamba sendiri tidak mengetahuinya, terang benderang tetapi tidak tampak sinar matahari, keadaan senyap, hening, alam semesta yang sangat luas tak terjangkau di alam pikiran hamba, tidak diketahui arah timur, barat, utara dan selatan, yang mana atas dan yang mana bawah, semuanya serba membingungkan, dibelakang dan didepan hamba tiada berbeda. Pukulun hamba mohon petunjuk.
Dewa Ruci: “Bima …tenangkanlah hatimu, pusatkan seluruh kekuatan batinmu, dan mulailah bermohon kepada Tuhan Yang Maha Agung, yakinilah dan jangan sekali-kali berhenti memohon, meminta, dengan seluruh kerendahan hati, pasrahkan segalanya minta petunjuk-Nya, pertolongan Tuhan Yang Maha Agung” pasti akan segera datang (dalam sekejap setelah disebutkan nama Tuhan Yang Maha Agung, sang Bima menemukan kiblat dan melihat surya, setelah hati kembali terang benderang, tampaklah sang Dewaruci di jagad walikan.) Mulailah Sang Dewa Ruci memberikan wejangan-wejangan Ilmu Marifat apa yang disebutkan oleh kebanyakan orang sebagai “Air Kehidupan” yang sebenarnya adalah “Ilmu Hidayah Jati”, ada yang menyebutnya “Ilmu Sejatining Urip.
Dewa Ruci:” Dengarkan dan perhatikan sabda ulun.” Sesungguhnya tidak ada apa-apa, karena ketika masih kosong belum ada sesuatupun, yang ada lebih dahulu adalah Aku, tidak ada Tuhan kecuali Aku, Dzat Yang Maha suci, yang meliputi sifat-Ku, menyertai nama-Ku, menandai perbuatan-Ku.”
Dewa Ruci:”Penjelasannya begini angger Bima:
- Yang mengatakan sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Aku, Dzat yang Maha Suci, ialah hidup kita pribadi, dengan bertambahnya rahsa Dzat yang Agung.
- Semua sifat tersebut ialah; rupa kita pribadi, mendapatkan warna Dzat yang elok. Menyertai nama, ialah nama kita pribadi, yang diakui sebagai;”Dzat yang Kuasa”. Sebagai tandanya adalah tingkah-laku kita pribadi, pasti mencerminkan perbuatan Dzat yang Sempurna. Oleh karena itu, ibarat Dzat yang mengandung sifat; sifat menyertai nama, dan nama menandakan perbuatan, perbuatan menjadi wahana Dzat.
- Dzat mengandung sifat, seumpama madu dengan rasa manisnya, pasti tak dapat dipisahkan.
- Sifat menyertai nama, seumpama matahari dengan sinarnya, pasti tak dapat dibedakan.
- Nama menandai perbuatan, seumpama cermin, orang yang bercermin dengan bayangannya, pasti segala tingkah-lakunya mengikuti bayangan.