Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Memaknai Musibah dalam Pandangan Seorang Muslim

19 Desember 2014   13:15 Diperbarui: 4 April 2017   17:05 2389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, musibah itu sebagai pensuci dosa. Ada contoh kisah menarik ketika Rasulullah datang menengok seorang badui yang sedang sakit panas dan Rasulullah saw berkata:”sakitmu itu sebagai penyuci dosa-dosa”. Ada hadits riwayat Imam Tirmidzi yang menyebutkan bahwa : “orang mu’min dan mu’minat tidak akan terlepas dari ujian/bala baik pada dirinya, anaknya atau hartanya sampai ia bertemu dengan Allah tanpa ada kesalahan dan dosa sama sekali”.

Yang keempat, musibah sebagai penghapusan dosa (kaffarah), ada yang berbentuk kaffarah (penghapusan dosa), ada yang berbentuk affian (maaf, pembebasan, penghilangan), dan maghfirah (ampunan). Kaffarah adalah yang paling rendah, sedangkan maghfirah adalah bentuk yang paling tinggi.

Kaffarah caranya bermacam-macam a.l:

(a) ada yang berbentuk kebajikan (dalam firman Allah:”kebajikan itu akan menghilangkan kesalahan-kesalahan.

(b) ada yang berbentuk musibah, jadi kalau difoto copy sudah tidak kelihata, tetapi kalau diterawang masih agak kelihatan dikit-dikit, penghapusan dosa pada level ini adalah penghapusan dosa pada level paling bawah.

(c) ada yang berbentuk al-affu secara kebahasan artinya adalah pembebasan atau penghapusan/penghilangan, jadi walaupun dengan diterawang ia tidak akan kelihatan lagi.

(d) yang paling tinggi adalah maghfirah, jadi ibaratnya semua catatan dalam  buku, berbagai macam rekaman semuanya ditutup, betul-betul dihapus.

Dalam Shaheh Muslim disebutkan:”tidak ada seorang muslim/muslimat yang diberi musibah oleh Allh baik berupa sakit, kesedihan, keresahan, bahkan sampai kena duri yang mengenai sedikit lecet pada dirinya, kecuali semua itu akan menjadi kaffarat baginya.

Kelima adalah sebagai tanda cinta Allah kepada hamba-hambanNya. Dalam hadits riwayat Imam AT-Thabrani : Allah ketika mencintai seseorang/sekelompok orang, Allah akan menguji mereka” siapa yang rela dengan ujuan Allah ia akan mendapatkan ridha Allah, bisa dalam bentuk maghfirah, rahmat,affian, kaffarah dan seterusnya, dan siapa yang marah akan mendapat murka Allah.

Keenam, ini mirip-mirip juga dengan apa yang dikehendaki baik oleh Allah:

(a) Orang yang dikehendaki baik oleh Allah dia diberi ilmu dalam masalah agama,

(b) Allah menghendaki baik kepada hambanya, Allah akan mensegerakan siksaan itu di dunia, yang sebenarnya di neraka lalu dipindahkan ke dunia sehingga menjadi kecil, hanya berupa pusing, gatal, sakit perut mules, stroke, dll.

Berbeda terhadap orang kafir yang dikehendaki jelek oleh Allah, maka dosa-dosanya itu tidak diganti dengan tebusan musibah. Tetapi dikumpulkan semuanya dan dipindahkan ke akhirat yakni “hatta yuwafiya fihi yaumal qiyamah”

Dari keenam hikmah yang diberikan oleh Allah kepada kita kaum muslimin, Rasulullah bersabda:”ajaban li amril mu’min”sungguh mengagumkan sikap orang mu’min, semuanya, perilakunya positip apabila diberi kenikmatan dia bersyukur kepada Allah swt, apabila diberi musibah ia bersabar.

Tidak ada nikmat kecuali bersyukur dan tidak ada musibah kecuali bersabar. Dalam Al-Qur’an dinyatakan untuk orang yang bersabar: “berilah kabar gembirakepada orang-orang yang sabar, sikap yang pertama menghadapi musibah adalah sabar. Bagaimanapun kita meyakini bahwa kita adalah milik Allah, mau diberi apa oleh Allah, terserah Allah, tida ada kekuatan kecuali dari Allah “la hauwla wala quwwata illa billah”, Yang kedua adalah dengan ikhlas, bahwa segala sesuatu adalah kehendak Allah. Jadi orang mu’min yang sempurna imannya adalah apabila mendapat musibah ia bersabar, dan apabila ia mendapat kenikmatan ia bersyukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun