Mohon tunggu...
Imam Hariyanto
Imam Hariyanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Agribisnis Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hei Sarjana, Kamu Gak Harus Jadi Karyawan Kok!

7 Mei 2015   11:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:17 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_415833" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi - bisnis online (Shutterstock)"][/caption] Hujan sedang rajin “memandikan” kota kelahiranku, Jember, akhir-akhir ini. Cukup menyebalkan juga saat kehujanan di tengah jalan. Maklumlah, aku harus PP alias pergi-pulang rumah ke kampus (hampir) setiap hari yang jaraknya 30 km. Jadi sekitar 60 km, jarak yang harus aku tempuh dalam 1 hari. Lumayan membuat punggung sakit. Hahaha…

Okelah, lupakan soal punggungku. Kali ini aku mau bercerita soal salah seorang temanku. Namanya Agus Sakti. Eits, jangan salah sangka dulu, meski namanya ada embel-embel kata “sakti”, dia bukan dukun atau paranormal :D. Kami mulai berteman saat masih SMA dulu, jaman masih sama-sama muda lah. Haha.

Mas Agus, begitu aku memanggilnya. Orangnya supel, humoris, dan asik diajak ngobrol. Ceritanya, siang itu aku dan dia janjian untuk minum kopi di Cafe Corakna, buat ngobrol santai karena sudah cukup lama tidak ngobrol bareng.

[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Kopi Espresso di Cafe Corakna"]

Kopi Espresso di Cafe Corakna
Kopi Espresso di Cafe Corakna
[/caption]

[caption id="attachment_1187" align="aligncenter" width="518" caption="Cafe Corakna, Jember"]

[/caption]

Kami berbincang banyak soal sesuatu yang gak penting sampai sesuatu yang penting. Saat ini Agus Sakti sedang menekuni sebuah bisnis online, lebih tepatnya sebagai digital product creator (pembuat produk digital). Hah, apa itu?

Okey buat kamu yang masih awam sama produk digital, coba kamu perhatikan desain blog ImamHariyanto.com ini, ini namanya template sebuah website. Ini salah satu produk digital. Kamu pernah pakai Power Point? Pasti pernah dong. Di situ kamu bisa memilih berbagai desain template untuk slide presentasi kamu.

Nah, template Power Point itu juga salah satu produk digital. Intinya produk digital itu adalah sesuatu yang digunakan untuk kebutuhan di dunia digital, baik secara offline maupun online. Produk digital ini tentu saja bisa diperjual-belikan dan bisa menghasilkan uang, sama seperti produk fisik. Nah, Agus Sakti sedang fokus membangun bisnis seperti itu.

Pemuda kelahiran Kota Pisang, Lumajang, 26 tahun lalu ini adalah seorang  sarjana psikologi dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang. Lha lulusan psikologi kok malah bisnis digital? Seorang sarjana biasanya sangat bergantung pada ijazahnya (yang setelah lulus sibuk “membagi-bagikannya” ke perusahaan-perusahaan), namun tampaknya Agus muda tidak berpikir demikian.

Lulus kuliah pada tahun 2010, Agus Sakti sempat bekerja pada bagian marketing sebuah perusahaan swasta yang berangkat pagi-pulang malam (wah...). Merasa tidak cocok dengan pekerjaan yang hanya menyisakan sedikit waktu untuknya berkembang, dia memutuskan untuk resign setelah 2 hari bekerja. Sebuah keputusan yang berani dari seorang pemuda yang baru mendapat pekerjaan pertama.

Kemudian dia memutuskan untuk mencari penghasilan dari internet atau bahasa umumnya adalah bisnis online yang sudah dikenalnya sejak saat masih kuliah dulu, tepatnya tahun 2009. Sudah beberapa model bisnis online yang dia coba tekuni, mulai dari memasarkan produk-prdouk amazon.com sebagai affiliate sampai membangun hampir 100 website sebagai publisher Google Adsense.

Sedikit demi sedikit dia mendapatkan penghasilan dari bisnisnya ini. Hingga pada akhirnya sebuah musibah datang. Mulai dari seluruh website-nya “disapu” Google (tidak sesuai algoritma Google) hingga yang paling parah, banned! Ya, akun Google Adsense-nya dianggap melanggar aturan iklan Google sehingga “dimatikan”. Otomatis penghasilannya juga ikut terhenti.

Apa yang terjadi? Agus Sakti yang memutuskan menikah di usia 21 akhir ini mulai rehat sejenak dari kegiatan online. Tahapan berikutnya, dia membantu usaha mertuanya; jasa tour & travel agent. Nyaman menjalani bisnis ini, Agus Sakti ternyata merasa “kangen” dengan bisnis online. Akhirnya tahun awal 2012, dia mencoba merintis usaha jual produk fisik secara online.

Awal mulanya dia berbisnis secara dropship atau reseller, hingga akhirnya dia berhasil menjadi supplier. Usahanya kali cukup stabil memberikan pemasukan bagi keluarganya. Bahkan nantinya dari pengalamannya sebagai supplier ini, dia membuat sebuah produk digital berupa panduan bisnis online sebagai supplier melalui sosial media yang sudah terjual di atas 600 copies di Indonesia, sebagian pembelinya dari Malaysia. Panduan yang sangat bermanfaat bagi para wirausahawan Tanah Air. Keren!

“Bisnis itu yang penting bisa sustain ngasih income tiap bulan. Bukannya bulan ini hasil besar, tapi bulan depannya jadi nol...”

Itu kata-kata Agus Sakti yang aku kutip dari kicauannya di twitter. Bermodal kreativitas dan keberanian mencoba hal baru, dia membuat berbagai akun sosial media seperti akun Twitter @mahasiswajeber, @mahasiswajatim, dan @mahasiswaunej, dan puluhan akun Twitter anonim lainnya yang digunakan untuk berbagi informasi, serta berjualan produk-produk yang menarik.

Dari sini dia juga mendapatkan penghasilan tiap bulannya, entah itu dari hasil jualan produk atau dari pengiklan. Apalagi saat ini sosial media jadi kegemaran para anak muda Tanah Air, peluang ini dia manfaatkan secara apik untuk menghasilkan uang. Asoyy... hehe Merasa butuh tantangan baru, awal tahun 2014, Mas Agus memutuskan untuk memperluas pasarnya ke Eropa dan Amerika Serikat. Caranya? Sadar bahwa menjual produk fisik akan susah dilakukan dan membutuhkan biaya yang besar, Agus Sakti memilih untuk berbisnis produk digital. Alasannya sederhana, karena produk digital : 1) Cuma dibuat sekali, tapi bisa dijual berkali-kali; 2) Tidak ada masa kadaluarsanya, evergreen; 3) Bisa dijual ke mana saja dengan sangat mudah, cukup dikirim via email atau link download saja; yang paling penting semua transaksinya sudah diatur oleh sistem. Bahkan, ketika kami berdua sedang nyruput coffee latte, ada beberapa transaksi dari customer-nya, tanpa campur tangan Agus Sakti.

“If you can dream, you can do it. (Walt Disney)”

Mungkin kamu merasa heran, mengapa seorang sarjana psikologi yang lebih banyak berkutat dengan pikiran manusia dan jauh dari kata desain grafis, coding, website development lebih memilih untuk menekuni usaha yang tidak sesuai dengan background pendidikannya? Apakah dia bisa? Benar. Agus Sakti tidak memiliki kemampuan itu semua. Jangankan kemampuan coding dan utak-atik bahasa pemograman HTML yang njelimet, desain grafis saja tidak mahir. Tetapi, seperti kata Walt Disney, “Jika kamu bisa bermimpi, kamu bisa melakukannya”. Sadar kalau usaha ini membutuhkan keahlian itu, sedangkan dirinya tidak mahir dalam hal tersebut, Agus Sakti tidak hilang akal. Dia membayar orang untuk mengerjakan hal yang tidak dia kuasai. Sedangkan dia mengerjakan hal yang dia bisa, manajemen bisnis dan marketing. Yang penting bisnis jalan!

Sudah lebih dari 1 tahun dia menjalani bisnisnya, dan selama itu pula dia berhasil “menelurkan” 8 album... eh salah, maksudku 8 produk digital. 3 untuk pasar Indonesia, dan 5 untuk pasar internasional. Saat kami ngobrol, sudah ada 3 produk yang sedang diproduksi oleh timnya. Anyway, aku tidak akan menjelaskan seberapa besar penghasilan yang dia dapat dari bisnisnya ini, karena memang aku tidak tahu... haha. Melihat seorang teman bisa hidup bahagia dengan keluarganya sudah menjadi kesenangan tersendiri bagiku.

Jarang-jarang bisa ngobrol bareng orang hebat begini, aku coba untuk “menangkap” beberapa inspirasi dari Agus Sakti ini.

  • Bussiness is not just about money, bussiness is about relationship

Saat ngobrol, berkali-kali Agus Sakti selalu menekankan bahwa dalam bisnis, menjaga hubungan dengan partner dan pelanggan itu sangat penting. Bahkan lebih penting daripada definisi bisnis itu sendiri. Hubungan bisnis yang sehat akan diikuti oleh keuntungan yang layak dan berkelanjutan (sustain).

Contoh aja nih: Kamu bisnis jualan jaket gunung. Untuk mendapatkannya kamu harus beli grosiran dari seorang supplier. Kamu menjualnya melalui online shop, dan juga menggunakan akun buzzer sebagai media promosi. Tentu saja, jika barangmu terjual, kamu akan memperoleh keuntungan. Nah sekarang coba bayangkan, kamu bikin masalah sama supplier dan partner promosimu. Akibatnya, si supplier gak mau transaksi sama kamu lagi. Si buzzer juga gak mau promoin barangmu lagi. Tentu saja kamu gak bisa jualan, means kamu gak dapat untung dong. Belum lagi kalau kamu cari supplier dan partner promosi baru, berapa banyak waktu, tenaga, dan biaya yang kamu habiskan. Sangat tidak efisien. Ini yang disebut pentingnya menjaga hubungan (relationship).

  • Kamu gak harus jadi karyawan

Saat ini banyak anak muda yang galau gara-gara gak punya pacar karena bingung mencari pekerjaan. Jamak dipandang, setelah lulus banyak para penyandang gelar kaum berilmu nan pintar (baca: sarjana) yang berbondong-bondong membawa ijazah dan surat lamaran pekerjaan. Of course, that’s great bro! Mencari pekerjaan atau sumber rejeki yang halal itu hal yang sangat hebat dan mulia.

Tapi apakah untuk mendapatkan rejeki harus menjadi karyawan? Tentu saja tidak. Bisnis jadi salah satu jalannya, dan inilah yang dipilih oleh Agus Sakti. Menjadi seorang pembuat produk digital adalah profesi yang belum “biasa” dilakukan masyarakat pada umumnya. Namun, dia berhasil membuktikan bahwa dari profesi ini dia bisa menunaikan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga. Jujur, ini yang membuat aku kagum.

Sebagai seorang sarjana, dia memilih jalur yang tidak banyak diambil oleh rekan sesamanya. Lebih bangga lagi, jalur yang dia pilih ini telah mengantarkannya ke pasar luar negeri yang tentu saja dia harus bersaing secara sehat dengan orang-orang dari seluruh dunia. Patut ditunggu, sampai sejauh mana jalur ini akan membawanya pergi. Semangat terus Mas bro!

  • Boleh gagal, tapi jangan menyerah

Bagaimana rasanya ketika usaha yang kamu rintis mulai dari nol, kemudian usaha itu mulai memberikan penghasilan yang lumayan, tiba-tiba tanpa alasan yang jelas usaha kamu bangkrut? Merasa gagal, kecewa, hancur, dan ingin rasanya menyerah saja.

Saat Google Adsense mulai mesra ngasih jatah tiap bulan, tiba-tiba saja Mbah Google ini menceraikannya tanpa alasan yang jelas. Sedih donk. Itu yang dialami Agus Sakti, tapi meski gagal dia tidak berhenti berusaha. Bangkit adalah keputusan yang diambilnya. Dia merintis lagi bisnis internetnya, meski melalui cara yang berbeda. Hasilnya saat ini dia sudah memiliki 8 produk digital. Soal penghasilan, katanya sih alhamdulillahnya lebih banyak dari yang dulu. :D

Nah itu tadi secuil kisah hidup dari Agus Sakti. Semoga bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi teman-teman pembaca.

Oia, ini foto orangnya

[caption id="attachment_1186" align="aligncenter" width="576" caption="Agus Sakti dan Keluarganya"]

[/caption]

Last but not least, makasih udah ditraktir kopi dan coklatnya :D

Disclaimer: Tulisan ini telah mendapatkan persetujuan dari yang bersangkutan. Tulisan ini sebelumnya telah dipublkasikan di blog pribadi penulis yang bisa dilihat pada tautan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun